Kota X adalah kota tanpa tuhan, tanpa hukum, tanpa belas kasihan. Di jalanan yang penuh mayat, narkoba, prostitusi, dan pengkhianatan, hanya satu hal yang menentukan hidup dan mati: kekuasaan.
Di antara puluhan geng yang saling memangsa, berdirilah satu nama yang ditakuti semua orang—
Reno, pemimpin The Red Serpent, geng paling brutal dan paling berpengaruh di seluruh Kota X. Dengan kecerdasan, kekejaman, dan masa lalu kelam yang terus menghantuinya, Reno menguasai kota melalui darah dan api.
Namun kekuasaan sebesar itu mengundang musuh baru.
Muncul Rafael, pemimpin muda Silver Fang yang ambisius, licik, dan haus kekuasaan. Ia menantang Reno secara terbuka, memulai perang besar yang menyeret seluruh kota ke jurang kehancuran.
Di tengah perang geng, Reno harus menghadapi:
Pengkhianat dari dalam kelompoknya sendiri
Politisi korup yang ingin memanfaatkan kekacauan
Hubungan terlarang dengan Vira, wanita dari masa lalunya yang tersembunyi
Konspirasi besar yang lebih gelap dari dunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boy Permana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alpha (Musuh lama)
Mobil hitam Reno berhenti perlahan di depan sebuah bangunan besar, tempat yang dulu sering dipakai Black Hound untuk rapat kecil.
Tomo turun lebih dulu, memeriksa sekitar.
Damar menyusul, tangannya selalu berada di dekat sarung pistolnya, dia selalu waspada.
Reno turun terakhir. Angin malam ini terasa dingin nya menusuk, membuat Reno sedikit meng gigil
“Sepi,” bisik Tomo.
“sangat sepi,” tambah Damar.
Reno melangkah menuju pintu gudang. lalu membukanya dengan perlahan.
Gelap.
Reno menyalakan lampu senter kecil di ponselnya dan masuk.
Tomo dan Damar mengikutinya.
Beberapa meja terbalik. Tumpukan kursi berserakan. Jejak sepatu masih terlihat, seolah ada puluhan orang yang habis berkumpul beberapa jam yang lalu.
Tomo jongkok, menyentuh lantai.
“Jejak sepatu mereka masih baru.”
Reno menghela napas pendek. “Mereka memang ke sini.”
Damar bergerak ke sudut lain.
“Bos!” panggilnya pelan.
Reno dan Tomo segera mendekat.
Ada sebuah simbol tengkorak dicoret di tembok, ini lambang Black Hound, namun di bawahnya ada tanda tambahan, lambang geng kita di coret dengan cat merah dengan tanda X besar
Tomo mengerutkan dahi. “apa mereka ingin kita melihat ini, Bos.”
Reno mendekatkan wajahnya.
“Ini seperti tantangan,” katanya tenang.
Damar berputar, memperhatikan lebih detail.
“Ada sesuatu lagi di lantai.”
Ia mengambil sebuah ponsel layarnya retak parah, namun masih bisa menyala.
“Bos,” kata Damar sambil menyerahkannya.
Reno menerima dan menekan tombol power.
Layar menyala. Ada satu pesan di sana.
Satu pesan yang membuat mata Reno menjadi menatap dengan tajam.
“Kau sudah terlalu lama berkuasa.
Kami datang kembali untuk merebut Kota X.
Sampai jumpa, REN0.”
Nama Reno ditulis dengan angka 0, sebuah ejekan lama yang hanya dipakai satu orang.
Reno menutup ponsel itu pelan.
“Satu-satunya orang yang memanggilku Reno dengan angka 0…”
Ia menatap tembok penuh coretan itu.
“…adalah Alpha.”
Damar mengangkat wajahnya terlihatkaget.
“Jadi Alpha kembali?!”
Reno mengangguk tipis.
“Dan kalau dia kembali untuk memimpin Black Hound lagi… itu berarti kita akan berperang kembali.”
Tomo mengepalkan tangan, nadanya rendah penuh marah.
“Dia masih berani kembali setelah apa yang terjadi dulu?”
Damar bersiap. “Bos, apa rencana mu?”
Reno menatap kedua orang kepercayaannya itu.
Namun sebelum ia sempat menjawab, tiba-tiba.
Dari kejauhan terdengar suara puluhan motor…
Reno tersenyum kecil.
“Alpha… benar-benar mengumpulkan kembali semua orang gila itu…”
Tomo menatap Reno.
“Bos, kita keluar untuk lawan mereka atau bertahan di sini?”
Reno menghela napas panjang.
“Lebih baik Kita pulang dulu. Kita perlu strategi. Black Hound bukan geng kecil. Kalau Alpha yang memimpin mereka lagi, kita harus menggerakkan semua divisi.”
Damar menyiapkan jalan keluar. “Lewat belakang. Saya akan buka jalannya.”
Reno berjalan keluar bersama kedua penjaganya, meninggalkan gudang yang kini mulai di penuhi para anggota geng motor.
“Perang akan dimulai,” kata Reno pelan.
Pintu besar markas terbuka Reno memasuki halaman. Semua anggota yang berjaga langsung berdiri memberi hormat.
Reno berjalan sambil menarik napas panjang.
"Mana Iwan dan Cakra?" tanya Reno.
“Mereka baru kembali, Bos,” jawab salah satu penjaga. “Mereka sedang di ruang rapat.”
Reno mengangguk dan berjalan masuk.
Di sepanjang lorong anggota Red Serpent menatap dengan hormat tapi merasa aneh Bos pulang dengan berjalan kaki.
Tomo berjalan tepat di sebelah kiri Reno, Damar di kanan dua bayangan yang selalu berada di sisi sang pemimpin.
RUANG RAPAT INTI
Pintu dibuka.
Di dalam sudah duduk para kapten:
Iwan kapten (Divisi 1) – sedang menyalakan roko.
Laras kapten (Divisi 2) – menyandarkan diri dengan tangan terlipat.
Renata kapten (Divisi 3) – hanya duduk diam.
Bara kapten (Divisi 4) – sedang memukul-mukul meja pelan.
Cakra kapten (Divisi 5) – duduk sambil memainkan laptop nya.
Elang kapten (Divisi 6) – bersandar dengan kaki disilangkan.
Guntur kapten (Divisi 7) – sedang memainkan gelas berisi minuman keras.
Jhon kapten (Divisi 8) – memainkan kunci mobilnya.
Jaka kapten (Divisi 9) – duduk tegap seperti penjaga istana.
Kala kapten (Divisi 10) – senyum tipis sadis seperti biasa.
Begitu Reno masuk, semua langsung berdiri.
“Duduk,” kata Reno.
Mereka duduk. Suasana menjadi sunyi.
Iwan sambil meroko membuka percakapan.
“Bos… saya dapat info beberapa anggota Geng motor itu bergerak berkelompok mengacau di pasar.
Reno meletakkan ponsel rusak yang ia dapatkan di gudang.
Semua menatap.
“Ada satu pesan,” kata Reno.
Reno menekan layar menampilkan teks terakhir.
“Kami datang kembali untuk merebut Kota X.
Sampai jumpa, REN0.”
Cakra langsung berdiri.
" mungkinkah itu Alpha.”
“Ternyata dia kembali!” timpal bara.
Laras menatap Reno.
“Bos. Kalau itu benar Alpha… berarti Black Hound akan kembali bangkit.”
Renata mengaitkan rambutnya ke belakang.
“Pasti ada rencana besar yang alpha siapkan.”
Jhon bersiul pelan.
“apa kita akan perang, Bos?”
Reno mengangguk sekali.
“Benar besar kemungkinan Alpha kembali.”
Alpha adalah mantan orang kepercayaan Reno. Pengkhianat paling berbahaya yang pernah mereka hadapi. Pria yang hampir menghancurkan Red Serpent dua tahun lalu.
Iwan menghela napas panjang.
“Bos, kalau Alpha yang memimpin Black Hound… kota ini bisa jadi kacau seperti dulu.”
Reno berjalan pelan mengitari meja.
“Dia tidak hanya kembali… dia sedang mengumpulkan kekuatan.”
Kala tertawa rendah seperti orang mendengar kabar menyenangkan.
“aku ingin sekali memotong lidahnya begitu dia kita tangkap.”
Guntur menepuk bahu Kala.
“SABAR, penyiksa. Perang belum mulai.”
Tomo angkat bicara, tegas.
“Bos… apa rencana kita?”
Reno berhenti tepat di ujung meja.
Tatapannya sangat dingin.
“Semua divisi bersiap-siap. Mulai malam ini, Red Serpent masuk mode perang.”
Para kapten menegakkan tubuh.
Reno melanjutkan:
“Cakra, kumpulkan semua data tentang gerakan Black Hound. Aku ingin titik-titik perkumpulan mereka dan siapa saja yang baru bergabung dengan mereka.”
“Siap, Bos.”ucap cakra
“Iwan.”
Iwan langsung berdiri.
“Siap, Bos.”
“Kau pimpin patroli keliling kota, Kalau kau bertemu angota Black Hound… langsung hajar di tempat tidak ada toleransi bagi orang yang membuat kekacauan di wilayah kita.”
Iwan tersenyum. “Dengan senang hati bos.”
“Laras dan Renata.”
Dua wanita itu menatap Reno.
“Kalian cari informasi tentang alpha di lapangan.
Laras mengangguk mantap.
Renata tersenyum." baik bos.
“Bara dan Elang.”
“Siap!”
“Kalian siap kan senjata.
Elang dan bara mengangguk.
“Guntur, siapkan jebakan di luar markas dan bersiap-siap jika ada penyerangan ke markas.”
“Siap, Bos. Akan ku pasang seperti perintah mu.
“Jhon dan Jaka.”
Keduanya menunduk hormat.
“Kalian dan pasukan kalian berjaga di markas.”
“Baik, Bos.”
“Kala.”
Kala tersenyum ngeri.
“Ya, Bos?”
kau pergi bersama Iwan patroli di seluruh kota.
dengan senang hati boss." jawab kala.
Reno menatap seluruh ruangan.
“Kita tidak akan menunggu Alpha yang menyerang seperti dulu. Kita yang akan bergerak duluan."
Semua kapten berdiri serempak.
“Siap, BOS!!”
Tomo berdiri di samping Reno.
“Perintah untuk ku, Bos?”
Reno memandang jendela besar di ruang rapat.
“Bersiaplah Kita ke titik selatan malam ini.”
Tomo mengangguk.
Iwan mendekat sedikit.
“Bos… titik selatan itu area Black Hound dulu. Alfa pasti menaruh orang-orangnya di sana.”
Reno tersenyum tipis.
“Itu sebabnya kita harus datang.”
Reno memandang seluruh kaptennya.
“Perang ini mungkin dimulai dari mereka…
tapi akan diakhiri oleh kita.”