NovelToon NovelToon
Cinta Sendirian

Cinta Sendirian

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Misteri / Romansa Fantasi / Kehidupan alternatif / Romansa
Popularitas:188
Nilai: 5
Nama Author: Tara Yulina

Aira Nayara seorang putri tunggal dharma Aryasatya iya ditugaskan oleh ayahnya kembali ke tahun 2011 untuk mencari Siluman Bayangan—tanpa pernah tahu bahwa ibunya mati karena siluman yang sama. OPSIL, organisasi rahasia yang dipimpin ayahnya, punya satu aturan mutlak:

Manusia tidak boleh jatuh cinta pada siluman.

Aira berpikir itu mudah…
sampai ia bertemu Aksa Dirgantara, pria pendiam yang misterius, selalu muncul tepat ketika ia butuh pertolongan.

Aksa baik, tapi dingin.
Dekat, tapi selalu menjaga jarak, hanya hal hal tertentu yang membuat mereka dekat.


Aira jatuh cinta pelan-pelan.
Dan Aksa… merasakan hal yang sama, tapi memilih diam.
Karena ia tahu batasnya. Ia tahu siapa dirinya.

Siluman tidak boleh mencintai manusia.
Dan manusia tidak seharusnya mencintai siluman.

Namun hati tidak pernah tunduk pada aturan.

Ini kisah seseorang yang mencintai… sendirian,
dan seseorang yang mencintai… dalam diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tara Yulina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menahan Malu

Setelah selesai membantu Aira, bayangan Aksa langsung keluar dari tubuh Aira. Seorang teman duduk Aira menghampirinya.

“Air, lo hebat banget sih, sumpah,” ujar Lala.

“Hebat? Hebat kenapa?” tanya Aira bingung. Dirinya tidak merasa melakukan hal hebat apa pun. Ia masih merasa dirinya tetap penakut.

“Ya lo hebat bisa ngelawan Gina sama Rosa,” jelas Lala.

“Gue ngelawan Gina sama Rosa? Masa iya?” ujar Aira tak percaya. Ia sama sekali tidak merasa berani melawan mereka.

“Iya, Ra. Lo hebat banget sampai Gina yang kesakitan, bukan lo,” tambah Lala lagi.

Aira makin bingung dan heran. Kenapa ia tidak sadar kalau dirinya melawan Gina dan Rosa? Ada apa dengan tubuhnya tadi?

“Hehehe… iya, kali ya,” ujar Aira ragu.

“Lo kenapa kayak ragu gitu sih, Ra?” tanya Lala curiga.

“Enggak kok. Ya udah, yuk masuk kelas,” jawab Aira mengalihkan pembicaraan.

Lala dan Aira pun menuju kelas.

Sementara itu, Gina dan Rosa menyusun rencana jahat untuk Aira. Gina membawa sebuah lem super kuat, lalu menempelkannya ke kursi Aira. Ia berniat agar saat Aira berdiri, rok Aira akan ikut menempel dan sulit dilepas. Kalau pun bisa dilepas, risikonya rok itu akan robek.

Saat kelas masih sepi, Gina melakukan semuanya dengan cepat.

“Sepi. Dah, yuk tinggalin. Ntar keburu ketahuan,” ujar Gina.

Setelah beres, Gina dan Rosa keluar kelas. Namun tanpa mereka sadari, semua yang mereka lakukan dilihat oleh Aksa dalam wujud bayangan tak kasatmata. Dengan cepat, Aksa menukar bangku Aira dengan bangku Gina. Ia memang tidak tahu pasti bangku mana yang biasa diduduki Gina, tapi ia meramalnya.

Dan ternyata benar.

Bangku yang sudah diberi lem itu kini bukan lagi bangku Aira. Aira pun aman.

Setelah itu, bayangan Aksa pergi mencari raganya dan kembali menyatu.

Aksa kemudian bertemu Galih.

“Galih,” panggil Aksa.

“Siap. Ada yang bisa saya lakukan?” ujar Galih sambil hormat.

“Jaga Aira di kelas itu. Jangan sampai kenapa-kenapa. Ada dua perempuan yang ingin bermain licik dengan Aira. Tapi aku sudah membereskannya. Lihat saja nanti.”

“Siap laksanakan,” jawab Galih, lalu kembali ke kelas.

Saatnya masuk kelas. Aira duduk di bangkunya dengan aman berkat bayangan Aksa yang tepat waktu mengamati tingkah Gina dan Rosa. Dengan senyum licik, Gina percaya diri melihat Aira yang sudah duduk—padahal dirinya sendiri yang akan terkena akibatnya.

Tak lama kemudian, dosen datang.

Mata kuliah pagi pun dimulai. Presentasi hari ini dilakukan oleh Aira, Gina, dan Rosa.

“Oke, yang presentasi hari ini langsung maju ya. Aira, Gina, dan Rosa,” ujar Bu Faizah.

Aira, Gina, dan Rosa berdiri bersamaan. Namun tiba-tiba bangku Gina ikut terangkat karena lem yang sangat lengket. Sedangkan Aira berdiri dengan aman.

Galih memperhatikan kejadian itu. Ia melacak apa yang terjadi sebelumnya dan yakin, ini semua adalah ulah Aksa. Aira benar-benar aman.

“Ros, ini kenapa bangku gue sih? Harusnya kan bangku Aira,” ujar Gina keceplosan.

“Jadi lo mau ngejebak gue lagi?” ujar Aira lantang. Suaranya terdengar oleh seisi kelas.

Alhasil, Gina langsung disoraki.

“Huuu…!” “Huuu… senjata makan tuan!” “Makanya jangan jahat!” “Hahaha, kasian deh lo!”

Gina benar-benar dipermalukan. Padahal ia sendiri yang memberi lem, tapi justru ia yang kena. Dalam hatinya ia bertanya-tanya, siapa yang menukar bangku itu? Ia yakin sebelumnya tidak ada yang mengintip.

“Dia yang kasih lem, dia yang kena!” “Huuu… huu…!”

“Sudah-sudah. Kapan presentasinya mau dimulai?” ujar Bu Faizah tegas.

Kelas kembali hening.

“Aira, Rosa, Gina, maju,” perintah Bu Faizah.

Aira melangkah maju. Rosa yang masih kesal melihat Aira aman-aman saja, sengaja menyandung kaki Aira saat Aira lewat.

Bughh…

Aira terjatuh, namun tubuhnya langsung ditangkap oleh Rayhan. Mata mereka bertemu.

“Gue suka sama lo, Air,” batin Rayhan.

“Ciee… cieee…” ujar beberapa mahasiswa yang usil.

Aira cepat-cepat melepaskan diri. “Makasih ya… sorry.”

Galih melihat jelas Aira hampir jatuh karena ulah Rosa. Sesuai perintah Aksa, Galih membalasnya. Bayangan Galih keluar tanpa terlihat. Saat Rosa melangkah, kakinya terantuk sesuatu yang tak kasatmata.

Brughh…

“Aww…!” Rosa terjatuh ke lantai.

“Itu akibatnya coba-coba berani sama Aira,” ujar Galih lirih dari belakang.

Aira mengulurkan tangan untuk membantu Rosa bangun, namun Rosa menolaknya mentah-mentah.

“Gak usah sok baik lo!” bentak Rosa sambil menghempaskan tangan Aira.

“Aku emang baik. Kalian aja yang terlalu jahat sama aku,” ujar Aira tenang.

Semua mahasiswa memperhatikan Aira. Di mata mereka, Aira terlihat tulus dan berhati baik. Sangat berbeda dengan Gina dan Rosa yang terlihat penuh kelicikan.

“Aira perempuan yang baik. Pantas aja Aksa secepat itu dekat sama dia,” gumam Galih.

“Padahal tadi jelas-jelas kaki Rosa yang nyandung Aira, tapi Aira masih baik,” gumam Lala. “Hati Aira terbuat dari apa sih?”

Presentasi pun dimulai oleh Aira dan Rosa.

“Ibu keluar sebentar ya. Presentasi tetap dilanjutkan,” ujar Bu Faizah.

Sementara itu, Gina masih berusaha melepaskan lem di roknya.

“Ah, sialan. Kenapa bisa jadi gue sih yang kena? Mana lengket banget lagi,” batin Gina.

Ia menarik roknya dengan paksa.

Krekk…

Rok Gina akhirnya terlepas—namun robek.

Semua mata tertuju padanya.

“Hahaha, robek!” “Huuu…!”

Rok pendek itu robek cukup besar hingga memperlihatkan celana dalam Gina. Tanpa ragu, Aira langsung melepas almamaternya dan mengikatkannya di pinggang Gina agar tidak menjadi tontonan.

Aira memang kesal, tapi ia tak tega melihat itu terjadi di depan matanya.

Namun Gina justru mendorong Aira dengan keras.

“Apa-apaan sih lo! Gak usah sok baik!”

Aira terdorong ke arah pintu, tapi tubuhnya tertahan oleh seseorang.

Aksa.

“Aksa…” ujar Aira terkejut.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Aksa.

Aira mengangguk.

“Diam di sini,” perintah Aksa tegas.

“Iya…” jawab Aira patuh.

Aksa menghampiri Gina. Gina langsung bersikap manja dan memeluk Aksa.

“Aksa… tolongin aku,” rengeknya.

Namun Aksa justru mendorong Gina hingga terjatuh.

Semua terdiam.

“Almamaterku jadi kotor,” ujar Aira pelan menunjuk almamaternya.

“Lepas,” perintah Aksa pada Gina.

“Tapi rok aku robek, Ak…”

“Lepas,” ulang Aksa dingin.

Gina terpaksa melepas almamater itu dan menyerahkannya.

Aksa mencengkeram dagu Gina kasar. “Jangan pernah ganggu Aira lagi.”

“Aira pacar gue.”

Semua terkejut. Termasuk Aira yang membelalak.

“Hah? Pacar?”

“Lo gak cocok sama cewek kampung kayak Aira!”

Plakk!

Tamparan Aksa mendarat di mulut Gina.

“Jangan maki Aira,” ancam Aksa.

Rayhan hanya bisa menatap tak percaya.

Ternyata Aira dan Aksa… sudah bersama.

Kelas masih dipenuhi bisik-bisik setelah pengakuan Aksa. Tatapan mahasiswa tertuju pada Aira, sebagian kagum, sebagian iri. Aira sendiri masih berdiri kaku, jantungnya berdetak tak beraturan. Kata pacar itu masih terngiang di kepalanya.

“Aksa… maksud kamu apa tadi?” bisik Aira pelan, suaranya hampir tenggelam oleh riuh kelas.

Aksa menoleh, tatapannya lembut tapi tegas. “Nanti aku jelasin. Sekarang fokus dulu.”

Nada suaranya bukan permintaan, melainkan janji.

Bu Faizah kembali masuk kelas, wajahnya mengeras melihat suasana yang belum sepenuhnya kondusif. “Ada apa ini? Kenapa ribut?”

“Tidak apa-apa, Bu,” jawab Aira cepat, refleks melindungi keadaan agar tak semakin besar.

Bu Faizah mengangguk singkat. “Baik. Presentasi dilanjutkan.”

Aira menarik napas panjang. Tangannya sedikit gemetar saat memegang kertas presentasi, namun begitu ia mulai berbicara, suaranya justru terdengar tenang. Materi ia sampaikan dengan jelas, runtut, tanpa terbata. Banyak mahasiswa yang diam-diam terkejut—Aira bukan hanya baik, tapi juga cerdas.

Dari bangku belakang, Aksa memperhatikan tanpa berkedip. Ada rasa bangga yang tak ia sembunyikan.

Perempuan sekuat ini… pantas dilindungi, batinnya.

Sementara itu, Gina duduk menunduk, menahan malu dan amarah. Setiap tawa kecil yang terdengar terasa seperti hinaan baginya. Untuk pertama kalinya, ia merasakan bagaimana rasanya menjadi pihak yang kalah.

Presentasi selesai dengan tepuk tangan.

Aira menoleh ke arah Aksa. Tatapan mereka bertemu—dan untuk sesaat, dunia terasa sunyi hanya milik mereka berdua.

1
Kama
Penuh emosi deh!
Elyn Bvz
Bener-bener bikin ketagihan.
Phone Oppo
Mantap!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!