Sivania Amelia merupakan putri dari keluarga konglomerat. Tanpa kasih sayang orang tua dan perhatian dari semua orang membuatnya menjadi sosok arogan.
Hingga suatu hari dirinya menemukan sebuah buku novel di lorong sekolahnya. Buku dimana dirinya menjadi tokoh antagonis. Seorang putri palsu yang berusaha keras untuk membunuh putri asli. Tapi berakhir dengan kematian tragis.
Anehnya, semua nama tokoh di buku itu merupakan anggota keluarganya. Satu persatu kejadian dalam buku benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Sebuah buku dengan akhir cerita kematiannya yang penuh derita.
Tapi satu hal berbeda, hati Sivania telah membeku, meninggalkan keluarganya untuk diberikan pada putri asli.
Ini bukan miliknya, maka dirinya akan membuang segalanya. Tapi kenyataan lain terbongkar membuat keluarganya memohon agar Amelia kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertama Kalinya
"Ya...ya...ya...sama sekali tidak cinta. Setelah Amelia dan si miskin pacaran, aku akan berteriak mampus padamu." Andra mengangkat salah satu alisnya. Masih melangkah mengikuti Tristan.
"Amelia dari kecil hingga sekarang selalu mengejarku. Wanita membosankan, manja yang matrealistis sepertinya, sama sekali tidak menarik. Berbeda dengan Tiara yang tidak murahan, tidak matrealistis, sudah pasti akan menjadi istri yang baik." Gumam Tristan penuh rasa percaya diri.
"Begitu? Tapi jika Amelia terus menerus mengejarmu itu artinya dia matrealistis. Jadi kalau hatinya beralih pada si miskin, itu artinya dia tidak matrealistis. Dan kalau dia sama sekali tidak mau kembali padamu, walaupun kamu memohon, meminta, berlutut, bukankah artinya dia tidak murahan." Kalimat masuk akal dari Andra.
"Apa maksudmu?" Tanya Tristan berusaha keras untuk tersenyum.
"Artinya mau Amelia wanita baik atau jahat kalian sudah tidak mungkin bersama lagi. Kalau dia wanita jahat maka kamu tidak akan mencintai dia. Jika dia wanita baik, akhirnya dia akan bersama dengan Savier. Yah... namanya tidak jodoh. Pada akhirnya lebih baik Amelia yang datar melepaskanmu, untuk diberikan pada Tiara yang lembut dan baik." Ucap Andra apa adanya.
"Kata-katamu benar, tapi entah kenapa aku sedikit membencimu." Tristan berjalan lebih cepat meninggalkannya.
"Tu... tunggu! Tristan! Kamu marah padaku!? Aku tidak mengatakan hal yang salah. Ma... maksudku kamu dan Tiara pasangan serasi yang ditakdirkan Tuhan. Sedangkan Amelia penyihir jahat yang akan menikah dengan pria miskin." Andra mengejarnya, berharap kata-katanya dapat meringankan kekesalan Tristan.
Tapi tidak sama sekali, Tristan tetap berjalan cepat meninggalkannya. Malah terlihat lebih kesal lagi. Pemuda yang tidak mengerti mengapa dirinya kesal. Bukankah lebih baik seperti ini? Amelia tidak menempel padanya lagi. Dirinya dapat bersama dengan Tiara.
***
"Jadi Amelia keluar semalaman dengan calon kakak iparmu?" Tanya Yona pada Tiara.
Tiara memilin jemari tangannya sendiri, bagaikan ragu untuk berucap."A...aku tidak tau. Kak Roni dan Amelia batu pulang larut malam. Kak Siska menangis karena semalam kak Roni sempat membentaknya."
Yona dan Titania saling melirik. Benar-benar parah! Mungkin itulah yang ada dalam otak mereka.
Air mata Tiara yang bagaikan butiran mutiara mengalir. Membuat hati siapapun yang melihat akan tersentuh."Aku hanya sedih melihat kak Siska menangis. Jangan ceritakan pada siapapun, aku hanya ingin curhat ke kalian."
"Sudah pasti dia sengaja menggoda kakak iparnya. Gila! Baru saja ketahuan bukan anak kandung, langsung ingin merebut pacar kakak sendiri." Titania menghela napas.
"Pantas saja Tristan sama sekali tidak tertarik dengannya. Tabiatnya seperti itu. Lihat! Begitu menyebalkan! Sekarang benar-benar dekat dengan Savier. Di luar daripada itu, ingin memegang Tristan dan Roni bersamaan. Dasar wanita culas." Yona mengepalkan tangannya menahan rasa kesal.
"Kalian jangan katakan ini pada siapapun ya? Aku tidak ingin menuduh, aku juga tidak ingin hubunganku dengan Amelia semakin memburuk. Hanya saja aku perlu teman bicara." Ucapnya pelan.
Yona dan Titania mengangguk. Tapi dalam diri mereka berfikir lain, berita ini harus diberitahu pada teman curhat mereka yang lain.
Sedangkan Tiara sudah mengetahui segalanya. Mulut kedua orang ini bagaikan ember bocor. Sudah pasti ini akan menjadi desas-desus super panas.
"Pernah ada saat kak Siska sedang berdua dengan kak Roni. Amelia marah-marah tidak jelas mengundang keributan." Ucap Tiara menunduk.
"Apa mungkin mereka sudah menjalani hubungan di belakang kak Siska?" Titania mulai terpancing.
"Bisa saja, wanita murahan seperti Amelia, apa yang bisa diharapkan. Gagal mendapatkan harta keluargamu, dia mencoba merebut pacar kakakmu." Yona menghela napas."Tiara, aku tau kamu terlalu baik. Benar-benar terlalu baik. Tapi kamu juga harus berhati-hati dengan Amelia. Berikan peringatan pada kakakmu."
Tiara mengangguk lemah."Hari ini aku resmi menjalin hubungan dengan Tristan. A...aku takut pulang dan bertemu dengan Amelia di rumah. Kedua orang tuaku lebih menyayangi dan percaya pada kata-kata Amelia. Bagaimana jika..."
"Kamu itu anak kandung dari kedua orang tuamu. Sedangkan Amelia hanya anak yang tidak sengaja tertukar. Atau mungkin ibu Amelia sengaja menukar kalian... entahlah tapi yang jelas, keluarga, Tristan, semuanya adalah hakmu dari awal. Pertahankan, dan cari cara untuk mengusirnya!" Semangat yang diberikan oleh Titania.
"Wanita sepertinya pantas mati." Yona bahkan memberikan komentar yang lebih ekstrim lagi.
Sejenak mata mereka tertuju pada Amelia yang baru saja memasuki kelas. Yona dan Titania menipiskan bibir menahan tawanya.
Menunggu Amelia menduduki bangku yang telah dilapisi lem Korea. Sedikit lagi maka Amelia akan duduk. Dua orang yang menelan ludahnya.
Tapi.
Amelia menghela napas, mengambil foto di bangkunya. Kemudian menghubungi seseorang.
"Hallo, apa ini kantor damkar? Saya ingin membuat laporan, ada tindakan percobaan penyerangan. Bangku tempat saya duduk diberi lem Korea, ini dapat mengakibatkan iritasi serius. Bisa bapak kemari memberikan penyuluhan tentang keamanan. Nanti saya berikan uang bensin." Ucap Amelia pada seseorang di seberang sana, mematikan panggilannya setelah mendapatkan jawaban.
Membuat semua orang di kelas menoleh padanya. Bukankah itu artinya mempermalukan semua orang dengan menghubungi damkar? Satu kelas dapat dihukum karena ini.
"Amelia! Apa yang kamu lakukan?" Tanya sang ketua kelas.
"Kalian melihat mereka meletakkan lem Korea ke bangkuku. Tapi tidak ada satupun yang mencegahku untuk duduk. Itu artinya otak dan moral kalian sudah rusak. Apa ini menyenangkan bagi kalian menertawakan karena terkena perangkap? Jika aku benar-benar duduk, ada kemungkinan aku akan mengalami iritasi parah. Tidak menutup kemungkinan juga harus menjalani operasi." Amelia mengatakan segalanya dengan raut wajah datar.
Amelia menyeringai penuh arogansi."Itu artinya kalian sampah yang bersembunyi di balik solidaritas. Tidak peduli benar atau salah, tidak peduli orang lain akan terluka atau tidak."
"Itu karena kamu memang jahat!" Yona menggebrak meja.
"Apa aku pernah menggoda ayahmu? Apa aku pernah mengirim orang untuk melecehkan kakakmu? Apa aku pernah mengirim perampok ke rumahmu? Sebaiknya kamu berdoa dalam hati agar aku tidak melakukannya." Wanita yang menyeringai membuat semua orang yang berada di kelas menelan ludahnya.
"Amelia, jangan seperti ini. Ini hanya lelucon kecil. Mereka tidak bermaksud---" Kalimat Tiara terhenti kala Amelia menarik paksa tangannya.
"Sebuah lelucon kecil? Kenapa tidak kamu saja yang jadi korbannya? Kenapa harus aku? Biar kita lihat, apa kamu akan dapat tertawa dengan lelucon mereka." Amelia tersenyum, memaksa Tiara duduk di bangku yang sudah dilumuri lem Korea.
"Lepas! Amelia kamu keterlaluan! Aku tidak mau!" Tiara yang ketakutan melawan.
Hingga Tristan tiba-tiba memasuki ruang kelas. Mungkin setelah mendapatkan informasi ada keributan yang melibatkan Amelia.
"Lepas!" Bentak Tristan mencengkeram tangan Amelia.
Tapi.
Plak!
Untuk pertama kalinya Amelia menampar pipi Tristan cukup kencang. Membuat Tristan membulatkan matanya.
"Oh...maaf...aku tidak sengaja. Tanganku licin." Amelia masih tersenyum menyeringai. Bagaikan seekor ular yang menyimpan racun.
masa cuman gitu
bagaimana ini,nanggung bet🤣🤣🤣
sayang melewati kesempatan ini
cabut euy,kita pulang
mau liat keributan ini
upps...ga ya aku kan kakak perempuan yg Budiman 🤣