Sivania Amelia merupakan putri dari keluarga konglomerat. Tanpa kasih sayang orang tua dan perhatian dari semua orang membuatnya menjadi sosok arogan.
Hingga suatu hari dirinya menemukan sebuah buku novel di lorong sekolahnya. Buku dimana dirinya menjadi tokoh antagonis. Seorang putri palsu yang berusaha keras untuk membunuh putri asli. Tapi berakhir dengan kematian tragis.
Anehnya, semua nama tokoh di buku itu merupakan anggota keluarganya. Satu persatu kejadian dalam buku benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Sebuah buku dengan akhir cerita kematiannya yang penuh derita.
Tapi satu hal berbeda, hati Sivania telah membeku, meninggalkan keluarganya untuk diberikan pada putri asli.
Ini bukan miliknya, maka dirinya akan membuang segalanya. Tapi kenyataan lain terbongkar membuat keluarganya memohon agar Amelia kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peliharaan
Perlahan Amelia melangkah di tengah hujan, hanya membawa payung. Matanya melirik ke arah suara kucing. Inilah awal dari bagaimana Roni jatuh cinta pada Tiara.
Kucing kecil yang berada di tengah hujan. Tiara berlari menyelamatkannya. Amelia memegang gagang payung kali ini dirinya hanya akan menatapnya dalam diam.
Seekor anak kucing kecil yang begitu kebasahan mengeong beberapa kali. Saat itulah tangan hangat Taira bergerak menyelamatkannya.
Tubuh Tiara menggigil kedinginan seperti dalam cerita novel. Tapi tetap diam di teras usai memberikan susu dan mengeringkan bulu sang kucing.
Inilah serangkaian adegan dalam novel. Terlihat protagonis yang begitu baik hati, seorang penyayang hewan.
Gina melangkah mendekat mengeringkan rambut Tiara pelan."Sayang, ayo masuk. Kamu terlalu baik hati, di luar dingin nanti kamu sakit."
"Benar! Kalau ingin kucing kakak bisa belikan ras yang lebih baik. Bukan kucing kampung seperti ini." Siska menghela napas.
"Ibu, kakak...anak kucing ini butuh pertolongan. Kita harus menolong sesama." Ucapnya dalam senyuman menyejukkan hati.
Sedangkan Amelia mengangkat sebelah alisnya. Adegan ini benar-benar ada, jika sebagai pembaca maka akan beranggapan protagonis begitu baik hati. Tapi, satu lagi hole plot yang terasa menyengat, hingga akhir tidak ada adegan Tiara memiliki hewan peliharaan. Lalu bagaimana nasib anak kucing ini. Apa mati karena keracunan susu? Entahlah, seharusnya sebagai orang yang baik hati Tiara merawatnya.
Benar saja tidak lama kemudian suara mesin mobil lain terdengar. Seseorang yang telah ditunggu, Roni datang. Berlari di tengah hujan, bahkan kali ini sama sekali tidak menyapa Amelia. Bagus! Benar-benar bagus padahal dulu Roni yang memohon agar membantunya untuk dekat dengan Siska.
Tapi kala sampai di teras, tatapan mata Roni pada Tiara terlihat begitu berbeda.
"Tiara tidak bisa diberikan saran. Aku menyuruhnya untuk berhenti bermain-main dengan kucing. Udaranya dingin, nanti dia sakit. Tapi masih saja menolong anak kucing di tengah hujan. Kamu lihat! Sangat kotor, ditambah kaki kucingnya terluka. Sebaiknya bawa ke dokter hewan saja." Gumam Siska yang memang memiliki mulut pedas tapi terkadang dapat begitu tulus.
Nada bicaranya tidak ramah, tapi dirinya ingin membawa kucing tersebut ke dokter hewan.
"Pria jika sudah dibutakan cinta, tahi kucing rasa coklat. Wajah Mak Lampir jadi wajah Lisa black pink." Gumam Amelia menatap adegan di hadapannya. Dirinya sama sekali tidak akan ikut campur. Lebih baik membiarkan Roni menjadi budak Tiara.
"Aku hanya merasa anak kucing kecil ini sepertiku yang menjalani hidup sulit selama ini. A...aku ingin berbagi dengannya, karena itu, aku ingin mengobati luka pada kakinya sendiri saja." Tiara tersenyum terlihat begitu cantik di mata Roni. Membuatnya menelan ludah, dunianya terasa teralih hanya pada orang ini.
"Siska...Tiara benar. Adikmu punya hati yang tulus." Ucap Roni pelan.
Siska terlihat menganggap ini sebagai kejadian biasa. Nyatanya hati Roni telah berubah tanpa disadari olehnya.
Bagaimana membuat seseorang jatuh cinta? Bagaimana membuat seseorang memiliki kesan kejiwaan padanya? Entahlah bagaimana harus berucap.
"Iya! Ayo masuk! Kamu tidak boleh sakit." Ucap Siska pada akhirnya mencemaskan Tiara.
Semua orang pada akhirnya melangkah masuk. Meninggalkan kucing kecil kedinginan di teras. Kucing kecil berusaha menghangatkan diri, kakinya terluka hingga kesulitan berjalan, tapi hanya menerima pengobatan seadanya dari Tiara.
Petir menyambar, bersamaan dengan itu Amelia terlihat berdiri di dekat sang kucing membawa payung. Ekspresi wajahnya datar, benar-benar menyeramkan. Bahkan sang anak kucing pun, takut dengan kehadirannya.
"Kucing kecil bodoh yang dimanfaatkan hanya untuk menarik perhatian semua orang. Harusnya aku apakan?" Gumam Amelia, hendak meraih kucing kecil yang gemetar akan sosoknya.
Kucing yang mengeong ketakutan, tapi tidak dapat melarikan diri. Sungguh! Antagonis memang auranya berbeda.
Jemari tangan Amelia bergerak mengambil kucing kecil yang ditinggalkan oleh semua orang di teras. Masih memakai payung, kemudian mengemudikan mobilnya menuju dokter hewan.
Baik hati? Terkadang kebaikan hati tidak harus diketahui banyak orang. Tidak harus ditunjukkan dengan senyuman atau tangis semanis lelehan gula.
Seperti kucing kecil yang merasakan kehangatan kala telah dibawa ke dokter hewan. Berkedip beberapa kali, mengira orang yang jarang tersenyum ini begitu buruk. Tapi tidak juga, wanita menyeramkan berwajah dingin yang begitu hangat.
"Dengar! Aku mengadopsimu, bukan karena menyukaimu tapi karena malas saja menyingkirkan bangkai kucing." Komat-kamit Amelia mengomel. Tapi kucing kecil itu malah mengelilinginya semakin manja.
Sedangkan Amelia hanya mengamati. Mungkin nasibnya dalam cerita novel tidak ubahnya sama dengan kucing ini. Tiara meninggalkannya di teras setelah berhasil membuat kesan polos dan baik hati di mata semua orang, sudah pasti anak kucing ini akan mati kedinginan. Sama seperti dirinya yang mati dalam cerita novel.
"Dasar! Nasib kita sama..." Pada akhirnya Amelia menyerah, mengangkat kucing kecil berwarna orange ini."Tapi kalau kamu hidup, mungkin aku juga akan berakhir hidup bukan. Aku akan memberikan banyak makanan. Jadi bantu aku buktikan semua yang tertulis dalam novel belum tentu benar."
Suara kucing mengeong begitu menggemaskan. Hujan masih mengguyur, jadi mungkin Amelia memutuskan untuk pulang sedikit larut. Apa yang akan terjadi dalam hidup Siska?
Walaupun mereka sering bertengkar, tapi Siska adalah kakak yang disayangi olehnya. Yang terpenting kehormatan Siska masih terjaga, sebelum Roni jatuh cinta pada Tiara.
"Aku harap play boy itu tidak berniat mempunyai dua istri." Gumam Amelia, dengan sang kucing yang sudah sedikit dapat berjalan, merayap bermain di bahu Amelia. Lebih tepatnya di klinik dokter hewan.
***
Hujan yang mengguyur, perlahan Tiara tersenyum. Tidak salah dirinya mengambil sembarangan anak kucing di pasar, hanya tinggal sedikit melukai kakinya, kemudian meletakkannya di rumah. Lalu berpura-pura mengobati, maka pandangan semua orang akan semakin baik padanya.
"Tiara ini untukmu. Kamu pasti kedinginan." Roni memberikan jaket hangat padanya.
"Terimakasih kak Roni." Tangan Tiara bergerak, seolah-olah tidak sengaja bersentuhan dengan tangan Roni. Membuat pemuda itu bungkam, salah tingkah sesaat.
Memang benar, tidak ada pemuda, yang tidak akan jatuh cinta pada kecantikan dan wajah malaikat Tiara. Senyumannya yang manis, tingkahnya yang welas asih. Membuat pembaca ingin menjambak rambutnya.
"Ini untukmu, lain kali jangan hanya karena seekor hewan, kamu rela kedinginan." Siska yang baru datang dari dapur membawakan beberapa cangkir coklat hangat.
"Terimakasih kakak...aku sayang sekali pada kakak." Ucap Tiara memeluk Siska bagaikan adik yang manis.
Siska terdiam sesaat, memang lebih menyenangkan memiliki adik seperti ini. Berbeda dengan Amelia yang terus-menerus bertengkar dengannya. Terkadang hingga saling mengejar, menyindir dan bertingkah seenaknya.
Mungkin sang kakak belum menyadari itulah persaudaraan. Terkadang akan ada pertengkaran kecil. Tapi dalam hati akan selalu ada rasa menyayangi.
Tapi apa yang terjadi di balik meja. Kaki Roni bergerak membelai kaki Tiara. Tiara menoleh ke arahnya, perlahan minum dengan tenang membalas perlakuan Roni padanya.
"Kakak, kalian adalah pasangan paling serasi. Jangan dengarkan apa yang Amelia katakan." Ucap Tiara penuh senyuman cerah.
"Kamu memang adik terbaik. Tidak seperti Amelia yang sudah jam segini tapi belum pulang." Siska menghelat napas, terlihat tidak senang.
"A...aku tidak tau, tapi belakangan ini Amelia sering bersama dengan siswa paling miskin di sekolah. Aku hanya takut Amelia mengkhianati Tristan."
masa cuman gitu
bagaimana ini,nanggung bet🤣🤣🤣
sayang melewati kesempatan ini
cabut euy,kita pulang
mau liat keributan ini
upps...ga ya aku kan kakak perempuan yg Budiman 🤣