NovelToon NovelToon
MAS BERONDONG, I LOVE YOU

MAS BERONDONG, I LOVE YOU

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Berondong / Beda Usia / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Enemy to Lovers
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nanadoongies

Orang bilang Abel yang jatuh cinta duluan dengan gombalan-gombalan itu, tapi Abi juga tahu kalau yang rela melakukan apa saja demi membuat Abel senang itu Laksa.
.
Berawal dari gombalan-gombalan asbun yang dilontarkan Abel, Laksa jadi sedikit tertarik kepadanya. Tapi anehnya, giliran dikejar balik kok Abel malah kabur-kaburan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nanadoongies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

Abel memanggil dari tengah lapangan.

"Kok buru-buru mau pulang sih? Emang lo nggak mau ketemu sama sepupu lo dulu?" Laksa menaikkan alis. "Maksud gue hujan. Kan, sama-sama dingin kayak sikap lo selama ini."

"Nggak jelas."

"Memang. Yang jelas, 'kan, cuma perhatian gue yang sekarang-sekarang ini makin terarah ke lo. Ngomong-ngomong, deretan highlight story lo belum ada muka gue nih, kapan bisa liburan bareng dan nangkring di akun instagram lo?"

"Ngarep!"

"Kalau bentukannya kayak lo, siapa juga yang nggak ngarep?" Abel mendekat, dengan tubuh setengah basah dia kembali melebarkan senyum. "Halo, kembarannya Jisung NCT."

"Malah tambah stres."

"Rumor-rumornya, 'kan, Jisung lagi ngejar-ngejar Karina, kalau lo ngejar-ngejar gue aja."

"Mabok kecubung?"

Abel tiba-tiba berjinjit dengan bisikan pelan. "Mabok sama kopiannya ayah Shaka nih."

Laksa refleks melotot. "Lo lihat postingan gue sampai bawah?"

"Hu'um. Tadinya iseng doang sih, tapi lama-lama kok tambah ketagihan."

"ABEL!"

Keduanya menoleh. Itu Bian. Dia datang sembari membawa jaket hitam-yang kemarin nangkring di pundak Abel- dengan kerutan di dahi.

"Gue batalin rapat bukan buat lihat lo hujan-hujanan kayak gini. Kalau jadi masuk angin, gimana? Bentar lagi kita mau kemping."

"Gue nggak selemah itu tau. Lagian kempingnya masih hari apa? Jum'at. Sekarang baru hari Selasa."

"Ngeyel banget kalau dikasih tau."

Laksa akhirnya berlalu. Bukan sebab cemburu, tapi malas saja mengurusi hal tidak penting itu. Pundak Abel kontan terkulai lemas, sedikit kecewa karena Laksa pergi begitu saja.

"Ayo pulang keburu masuk angin beneran."

"Gue mau balik sama Jani ah, siapa tau nanti diajakin jajan."

"Enak aja. Dikira gue sugar mommy lo apa gimana?"

"Emang mirip tante-tante sih."

"Heh!"

"Ajakin pulang aja, Jan."

"Iyeeee."

Dito sudah melesat lebih dulu karena enggan disalahkan atas kegiatan tak berfaedah itu. Dasar lempar batu sembunyi tangan.

"DITOOOOO!"

"Ehehehe, pisss."

***

Kamis pagi Shaka benar-benar pulang. Sesuai janji, sesuai kesepakatan. Mitha yang tengah membuat pesanan terpaksa menyambut dengan sedikit berantakan. Noda tepung di bagian pipi, belum lagi cepolan rambut yang agak turun dari tempatnya. Gitu-gitlu, Shaka tetap cinta mati dengannya.

"Selamat pagi."

"Selamat pagi. Kok nggak bilang kalau jadi pulang Kamis pagi sih, Yah? Tahu gitu bunda jemput ke bandara."

"Bukannya sedang repot?" Shaka mengusap noda di pipi dengan kekehan gemas. Sebelum memeluk dengan cukup erat. "Rindu sekali. Mumpung Laksa sedang tidak ada di rumah, pelukan sedikit lama sepertinya tidak masalah."

"Kena tepung nih."

"Biasanya juga seperti itu, 'kan?"

Mitha tertawa kecil. Ia berikan kecupan di pipi sebelum menggiring Shaka masuk. "Sekarang bunda lagi bikin donat, yang tengahnya ada cincinnya itu lho. Kemarin iseng-iseng posting malah banyak yang nanyain."

"Jadi sementara waktu beralih jadi penjual donat?"

"Ya, risol. Ya, donat. Pokoknya apa aja deh. Mumpung masih bisa cobain semua resep, kalau jadi langsung dijualin aja."

"Padahal tidak berjualan pun kita juga tidak akan kekurangan."

"Meskipun hasilnya nggak seberapa, lumayan bisa tambah-tambahin uang jajan adek."

Secangkir wedang jahe tersaji di atas meja. Kalau sedang ada di rumah, pokoknya pantang mengonsumsi kopi. Itu perintah Mitha, Shaka bagian menurutinya saja.

"Kata mamanya Abi, di sekolah ada yang suka sama adek tau, Yah."

"Oh, ya?"

Dan obrolan mengenai Abel Kalula, mengalir deras setelah itu.

Laksa tersenyum tipis ketika Shaka menyambutnya sore itu. Berbekal kerinduan-yang enggan disuarakan- mereka saling memeluk. Eraaaat sekali. Lagaknya seperti tidak bertemu beberapa abad saja padahal setiap minggu Shaka juga pulang.

"Kapan ayah sampai?"

"Tadi pagi. Segera bersiap saja, kita akan berbelanja sebentar lagi." Shaka tiba-tiba menepuk bahu. "Ayah lihat, penampilannya cukup ceria. Tidak ada salahnya berteman dengannya."

"Siapa yang ayah maksud?"

"Abel."

Kali pertama, Laksa berdecak kesal karena ucapan sang ayah.

"Ayah kebanyakan gosip sama bunda."

"Bukan gosip, hanya sedang membicarakan kisah romansa kamu saja."

"Nggak ada apa-apa sama Abel. Nggak akan ada apa-apa juga, jadi berhenti godain Laksa kayak gini. Laksa nggak suka."

"Apa nih baru sampai rumah mukanya udah bete kayak gini?"

"Bunda ngomong yang enggak-enggak sama ayah."

"Kapan?" Mitha menoleh dengan dahi berkerut. "Emangnya bunda pernah ngomong apa sama ayah?"

Shaka tertawa, membawa daksa istrinya lebih dekat dengan kecupan kecil di bagian pelipis. Memang ada-ada saja keluarga kecilnya itu.

Setelah berbelanja kebutuhan-kopi, camilan, errrr ... jaket baru- Laksa mengajak, ah, maksudnya diajak makan ke sebuah restoran jepang. Kali ini, menu ramen yang jadi pilihan. Semula, tidak ada yang aneh, toh lalu lalang pengunjung memang seramai itu, sampai akhirnya senggolan kecil membuat Laksa mengangkat kepala.

"Kenapa, Nda?"

"Lihat tuh ada siapa."

Wala! Belum apa-apa, Laksa sudah frustasi saja.

"Itu yang namanya Abel?" Shaka menyahut, ikut menoleh pada sudut yang sama.

"Iya. Ternyata kalau dilihat secara langsung lebih cantik dan imut, ya?"

"Bunda kebanyakan didoktrin sama Abi."

"Ngaco! Orang anaknya memang cantik kok. Panggil dia, Dek. Ajakin makan sini mumpung sama mamanya juga."

"Nggak mau."

"Adeeeek."

"Nggak. Biarin aja dia cari meja lain."

Padahal Laksa sudah keukeh bilang tidak, tapi namanya juga ibu-ibu, kalau tidak hebring mungkin hatinya tidak riang gembira.

"ABEL?" Mitha melambai dengan senyum mentereng. "Gabung ke sini saja."

"Saya, Tante?"

"Iya, kamu."

Mulanya, Abel sempat menggaruk pipi, tapi begitu menemukan Laksa, senyum menterengnya langsung kumat juga.

"Boleh, Tante, kalau tidak mengganggu quality time-nya."

"Nggak ganggu dong! Sini, sini, duduk di depan adek."

"Adek?" Abel setengah terkejut, setengah mengejek pula. Hampir tertawa kecil tapi Laksa buru-buru melotot.

"Selamat malam, Tante Mitha dan Om Shaka."

"Eeeehh. Selamat malam juga, Abel. Kalau dilihat secara langsung ternyata tambah cantik saja, ya?"

Yang dipuji terkekeh kecil, sok kalem, aslinya hampir jumpalitan karena dipuji oleh ... ekhm, mungkin calon mertuanya di masa depan.

"Eheheh, tante bisa aja."

Sang mama-Chika namanya, menyenggol dengan senyum tipis. Agak bingung sekaligus merasa tidak enak karena Abel iya-iya saja.

"Siapa?" bisiknya.

"Keluarganya Laksa. Yang kasih risol mayo waktu itu loh, Ma."

"Ohh. Ganteng, ya, anaknya."

"Lebih ganteng lagi kalau nanti jadi calon mantu mama."

Pinggang Abel dicubit, membuat Mitha terkekeh kecil. Alhasil, sekalian nyemplung saja karena Abel sudah memulai candaan ini.

"Kalau bisa meluluhkan adek, gimana ke depannya nanti, bisa dipikirkan lagi. Jangankan jadi calon mantu, jadi calon ibu dari cucu tante juga bisa kok."

"Waduh, malah dikasih lampu ijo."

Semua orang tertawa, terkecuali Laksa. Yah, namanya juga sedang bete setengah mampus, sekalipun obrolannya menyenangkan, dia tidak akan tertawa. Orang sumber betenya ada di depan mata.

"Bercanda saja, Tante. Saya dan Laksa hanya berteman saja kok. Kabar yang beredar selama ini hanya sebagai ajang seru-seruan dengan anak-anak yang lain."

"Abel sudah punya pacar?"

"Belum. Tapi, takutnya, Laksa tidak berkenan saja kalau bercandaannya dibawa serius."

"Kalau begitu, tante doakan yang terbaik saja."

Abel manggut-manggut. Sadar kalau Laksa sudah terlajur bete dengan kehadirannya, belum lagi dengan topik obrolan yang emmm ... sedikit tidak menyenangkan itu. Kalau Abel sih suka-suka saja, tapi bagi Laksa, mungkin candaan ini cukup kelewatan.

"Abel?"

"Ya, Tante."

"Besok kamu mendampingi adek kemping, 'kan? Tante boleh titip pesan?"

1
ren_iren
kok aneh, padahal laksa liat Abel diikat sm tutup matanya masih aja dimarahin...
ren_iren: nanti bucin mampus sampe keurat2 nadi kapok lo sa.... 🤭
total 2 replies
Nanadoongies
kritik dan saran sangat amat dianjurkan, ya. jadi jangan sungkan buat ngoceh di kolom komentar.
Nanadoongies
Jangan lupa tinggalkan jejak, teman-teman
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!