NovelToon NovelToon
Suami Ku Yang Relakan

Suami Ku Yang Relakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: ScarletWrittes

Leon, pria yang ku cintai selama 7 tahun tega mengkhianati Yola demi sekertaris bernama Erlin, Yola merasa terpukul melihat tingkah laku suamiku, aku merasa betapa jahatnya suamiku padaku, sampai akhirnya ku memilih untuk mengiklaskan pernikahan kita, tetapi suamiku tidak ingin berpisah bagaimana pilihanku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScarletWrittes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

Leon merasa bingung ada apa dengan Erlin. Saat Leon mencoba menggenggam tangannya, Erlin justru menepis tangan itu.

Sesampainya di rumah, Erlin turun dengan perasaan sedih karena perkataan Leon. Ia menangis sambil berjalan menuju tangga, lalu masuk ke dalam rumahnya.

Erlin merasa, beginikah rasanya menyukai pria milik orang lain? Rasanya tidak enak. Tapi mengapa ia tetap bertahan dalam hubungan gelap seperti ini?

Leon mencoba mengetuk pintu rumah Erlin, tapi Erlin tidak mau membuka dan tidak juga menjawab. Ia sudah lelah berurusan dengan Leon.

Dalam pikirannya, Erlin sempat terlintas: apa dengan mengakhiri hidupnya, Leon bisa bahagia? Walau ia tahu, mungkin Leon lebih mementingkan anaknya daripada dirinya.

Leon ingin mendobrak pintu, tetapi ia takut akan mengenai Erlin yang mungkin berada di belakang pintu. Bunyi ketukan pintu terus terdengar, membuat kepala Erlin semakin pusing. Akhirnya, Erlin mencoba mengalah dan membuka pintu untuk Leon.

Namun, ia kaget saat melihat banyak orang di depan rumah. Erlin tidak menyangka Leon membuatnya malu. Tanpa berkata apa-apa, Erlin langsung menarik Leon masuk. Sedangkan Leon hanya tersenyum ketika ditarik masuk olehnya.

Di dalam rumah, Erlin meledak,

“Kamu kenapa sih bikin aku malu? Orang-orang jadi ngelihatin kita, mereka yang tadinya nggak tahu jadi tahu kalau kita selingkuhan!”

Leon menatapnya tenang.

“Kok kamu bisa bilang kayak gitu sih? Emangnya mereka peduli sama kamu? Kayaknya itu cuma perasaan kamu aja, deh. Kamu selalu negatif thinking.”

“Aku ini udah lama tinggal di sini, dan kamu baru. Jadi aku lebih tahu. Kalau aku nggak mau kabarin kamu, ya harusnya kamu sadar diri, bukannya malah maksa!”

“Aku khawatir sama janin di perut kamu, makanya aku langsung ke sini buat lihat kondisi kamu.”

Mendengar itu, Erlin hanya terdiam. Walau lelah, ia akhirnya mengalah dan mencoba mendengarkan Leon.

Sementara itu, Yola sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Leon. Baginya, sikap Leon yang kadang perhatian dan kadang tidak, semakin membingungkan.

Yoto yang melihat Yola bengong hanya menunggu, sambil memakan roti.

“Yola, kamu kenapa?”

“Aku lagi mikirin suami aku. Ada apa ya sama dia?”

“Emang dia kenapa?”

“Aku merasa ada yang aneh sama dia.”

“Aneh gimana maksudnya? Aku jadi nggak paham.”

“Kadang dia kayak angin, kadang hangat, kadang juga panas. Aku jadi bingung. Apa mungkin dia lagi ada masalah kehidupan, makanya begitu?”

Yoto hanya tersenyum kecil, seolah menahan tawa mendengar kata-kata Yola. Hal itu membuat Yola menatapnya kesal.

“Menurut kamu gimana sih? Kok ketawa? Aku lagi serius loh sama kamu.”

“Ya aku juga serius. Cuma aku merasa kamu itu polos banget.”

Yola makin bingung.

“Kamu bicara apa sih? Aku jadi nggak paham.”

Yoto menatap wajah Yola yang begitu dekat, hingga pipinya memerah. Ia langsung menjauh.

“Tidak kok… lupain aja apa yang aku bilang tadi.”

Yoto menjauh, sementara pikirannya dipenuhi keraguan: apakah aku harus tetap menahan diri di depan Yola, atau bagaimana?

Yola sendiri tidak terlalu memikirkan hal itu. Tak lama, ponselnya berdering. Nama Leon muncul di layar.

Yola menoleh sekilas ke arah Yoto, lalu menjawab dengan malas.

“Kenapa?”

“Kamu di mana?”

“Bukan urusan kamu.”

“Kok gitu jawabannya? Urusan akulah! Aku suami kamu. Kalau bukan urusan aku, urusan siapa lagi?”

Yola merasa risih, lalu menutup telepon tanpa berkata apa-apa.

Leon kesal karena teleponnya dimatikan. Ia menelepon lagi. Yola semakin jengkel. Ia bingung, harus dijawab atau tidak. Tapi semakin ia mengabaikan, Leon makin menggila.

“Ada apa sih? Kenapa kamu telepon aku terus? Kan aku udah bilang jangan telepon-telepon. Nggak paham ya?”

“Kamu lagi sama siapa sih? Sama pria itu ya? Kalau kamu sama pria itu, bilang sama dia jangan ganggu istri aku. Paham nggak!”

Yola merasa Leon seperti orang gila. Suaminya mendadak posesif dan sangat menyebalkan.

Yoto tidak sanggup melihat Yola bersedih karena sikap Leon. Ia memutar otak agar Yola bisa bahagia bersamanya.

“Yola, ayo kita ke puncak.”

“Ha? Ngapain?”

“Kamu kayaknya butuh refreshing deh. Daripada nanti kamu stress. Gimana menurut kamu?”

“Ya boleh lah. Mungkin saran kamu benar. Makasih ya, Yoto.”

Yoto hanya tersenyum. Di perjalanan, ia terus mencuri pandang ke arah Yola, meski Yola tak banyak bicara.

“Yola, mau makan apa? Kita lagi di rest area. Kita di mobil aja ya, jangan turun. Soalnya hujan, biar kamu nggak kehujanan. Kan kita nggak bawa baju ganti.”

“Oh, iya. Benar juga. Terus gimana dong? Nggak ada baju ganti.”

“Gampanglah. Dekat puncak kan ada toko, nanti kamu pilih aja baju yang kamu suka.”

Yola hanya diam, menurut saja. Dalam hatinya, ia tak tahu apakah harus percaya penuh pada Yoto.

Sesampainya di puncak, Yola tertidur. Yoto bingung, ia harus membeli baju seperti apa untuk Yola. Ia meninggalkan mobil sebentar, membuka sedikit kaca jendela agar udara masuk.

Saat membayar di kasir, antreannya panjang. Yoto jadi khawatir Yola kenapa-kenapa. Tapi akhirnya ia berhasil kembali ke mobil, lega karena Yola masih tidur dengan tenang.

Setibanya di atas puncak, Yola terbangun. Ia melihat pemandangan hijau dengan udara sejuk, lalu berkata,

“Hmm… enak ya, udaranya sejuk.”

Ia mengambil ponsel dan merekam momen itu. Yoto ikut senang melihat Yola tersenyum.

Setelah selesai memotret dan mengunggah, Yola tersadar. Ia lupa menyaring postingan agar Leon tidak melihat. Saat mencoba menghapus, sudah terlambat. Leon keburu melihatnya.

Seketika mood Yola hancur. Ia merasa bersalah pada Yoto.

“Yoto, maafin aku ya. Tadi nggak sengaja aku posting, terus ketahuan suami aku. Kayaknya dia mau nyamperin kita.”

Yoto hanya diam. Yola jadi berpikir, apakah Yoto marah?

“Yoto, kamu marah ya sama aku? Aku minta maaf deh. Harusnya aku nggak sembarangan posting. Harusnya aku sortir dulu.”

“Aku lagi fokus nyetir kali, bukan marah. Kamu salah paham. Lagi pula, aku marah sama kamu buat apa? Nggak ada gunanya juga.”

Yola semakin merasa bersalah. Dalam hatinya ia berpikir, pria sebaik Yoto seharusnya mendapat wanita yang lebih baik dariku.

“Yoto…”

“Apa?”

“Kalau seandainya aku mau jujur sama kamu, apa kamu akan marah?”

Yoto mencoba memahami setiap perkataan Yola, karena ia tidak mau ada salah paham antara dirinya dengan Yola.

Sedangkan di sisi lain, Yola merasa takut. Jika dirinya jujur, ia khawatir tanggapannya akan berbeda dengan apa yang ada di dalam pikirannya.

Keduanya bingung, apa yang harus dibicarakan dan apa yang harus diungkapkan. Dalam benak mereka, muncul pertanyaan: apakah semua ini penting untuk kebersamaan mereka?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!