Langit di seluruh dunia kini hanyalah kanvas retakan. Malam tanpa bintang. Dua puluh tahun yang lalu, peradaban manusia berubah selamanya. Sebuah lubang dari retakan dimensi yang menganga seperti luka di angkasa, memuntahkan makhluk-makhluk dari mimpi buruk.
Mereka datang dari dunia lain, tanpa nama dan tanpa belas kasihan. Mereka menghancurkan gedung pencakar langit, meratakan jalan, dan menyebarkan kepanikan di mana-mana. Separuh populasi musnah, dan peradaban manusia berada di ambang kehancuran total.
Namun, di tengah-tengah keputusasaan itu, harapan muncul. Beberapa manusia, entah bagaimana, mulai bangkit dengan kekuatan luar biasa.Mereka menjadi Pemburu. Dengan kekuatan yang setara dewa, mereka berjuang, jatuh, dan bangkit kembali.
Namun, di balik layar, rumor mulai beredar. Retakan-retakan kecil yang seharusnya stabil mulai menunjukkan tanda-tanda kegelisahan. Seolah-olah mereka adalah mata-mata dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang sedang menunggu di sisi lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21: Negosiasi yang Penuh Ketegangan
Di ruang tes pemburu, Gedung Lembaga Pusat Pemburu di Indonesia, suasana yang biasanya rutin tiba-tiba berubah menjadi kegemparan. Seorang pemuda yang baru saja mendaftar, Raka, melangkah menuju kubus aura berwarna putih yang digunakan untuk mengukur kekuatan pemburu baru.
Seorang staf memberi instruksi, "Letakkan tanganmu di atas kubus. Lepaskan auramu sekuat mungkin."
Raka melakukan yang diperintahkan. Saat telapak tangannya menyentuh permukaan kubus, sebuah cahaya terang mulai memancar. Awalnya, staf itu tersenyum, mengira ini hanya kekuatan biasa, tetapi senyum itu lenyap saat retakan mulai muncul di permukaan kubus.
Dalam sekejap, kubus itu meledak dengan suara keras, serpihannya berhamburan ke seluruh ruangan.
Semua orang di sana staf, pemburu lain, dan teknisi terkejut. Kubus putih itu dirancang untuk mengukur aura hingga kualifikasi A. Ledakan kubus hanya terjadi jika aura yang dilepaskan jauh melampaui batas, biasanya hanya terjadi pada Pemburu kualifikasi S atau lebih tinggi.
"Tidak mungkin..." gumam salah seorang staf, wajahnya memucat. "Itu artinya dia setidaknya kualifikasi SS... atau bahkan di atasnya."
Pemuda bernama Raka itu, yang baru saja kemampuannya bangkit, kini menjadi pusat perhatian. Dengan ledakan kubus itu, ia telah membuat dirinya dikenal dan menjadi topik pembicaraan di seluruh Lembaga Pusat Pemburu.
Harsa langsung turun dari kantornya dan mendatangi Raka. "Sungguh sebuah keberuntungan," ucap Harsa sambil tersenyum. "Ada Pemburu kualifikasi S yang lain!"
Dengan mata yang tajam, Harsa bisa melihat aura Raka begitu kuat, mengingatkannya pada Valerius Thorne. "Gedung ini hanya bisa mengukur aura sampai kualifikasi A," kata Harsa. "Tapi kamu, sepertinya kualifikasimu jauh di atas itu. Besok kita akan melakukan tes di WHA."
Raka menatap Harsa dengan tatapan dingin, namun kemudian tersenyum lebar. "Baik, Pak," jawabnya.
Harsa tersenyum. "Sungguh anak muda yang bersemangat."
Keesokan harinya, Harsa dan rombongannya pergi ke markas WHA untuk mengantar Raka. Di ruang tes, semua orang terkejut. Kualifikasi Raka mencapai SSS, menjadikannya sosok terkuat ke-8 di dunia. Berita ini menyebar dengan cepat, sampai ke telinga Valerius Thorne, Kaelen Reed, Ethan Blackwood, dan Saintess Amara.
Valerius yang sedang menikmati kopi di mansionnya terkejut. "Sungguh mengejutkan," gumamnya. "Tiba-tiba ada Pemburu baru yang langsung mencapai kualifikasi SSS. Padahal aku harus bertarung habis-habisan selama 20 tahun untuk mencapai kualifikasi ini."
Valerius segera melakukan panggilan video dengan Kaelen, Ethan, dan Saintess Amara. Begitu panggilan terhubung, Saintess Amara langsung berbicara. "Valerius, aku merasakan firasat aneh dengan Pemburu baru dari Indonesia itu. Dewi memberitahuku untuk mengawasinya."
Kaelen tersenyum sinis. "Sepertinya akan ada kejadian menarik."
"Aku juga merasakan hal yang sama," jawab Valerius. "Semua Pemburu yang hari ini memiliki kualifikasi SSS harus melalui pertarungan tanpa henti. Tapi orang itu, dalam kebangkitan pertamanya, sudah mencapai SSS. Kalau tidak salah, namanya Raka."
Ethan, yang biasanya diam, angkat bicara karena firasatnya yang sama. "Lalu apa saranmu, Valerius?"
Valerius berpikir sejenak. "Untuk sementara, aku akan menemuinya langsung dan mengundangnya bergabung dengan aliansi kita. Dengan begitu, kita bisa mengawasinya dari jarak dekat."
"Bagaimana jika dia menolak?" tanya Ethan.
"Kita minta Pemimpin Lembaga Pusat Pemburu Indonesia untuk mengawasinya," jawab Valerius.
Kaelen langsung meminta izin untuk ikut. "Aku ikut denganmu, Valerius. Aku ingin melihat seperti apa pemula SSS ini."
"Baiklah," jawab Valerius. "Kita bertemu jam 7 malam di Gedung WHA. Mereka akan menginap satu malam di sana."
Setelah telepon ditutup, Valerius segera memerintahkan asistennya untuk menghubungi Pemimpin WHA.
°°°
Raka dibawa ke kantor ketua WHA. Di sana, seorang pria paruh baya dengan aura berwibawa menunggunya. Dia adalah Ketua WHA, sosok yang bertanggung jawab mengoordinasikan seluruh organisasi pemburu di dunia.
"Duduklah," ucap Ketua WHA, menunjuk kursi di depannya. "Selamat datang di WHA, Tuan Raka. Saya harap Anda bisa beradaptasi dengan baik di sini."
Raka duduk. "Terima kasih," jawabnya singkat.
Ketua WHA memulai penjelasannya. "Tugas seorang Pemburu tidak sesederhana yang terlihat di berita," katanya. "Kita bukan hanya membunuh monster yang keluar dari retakan dimensi. Itu hanyalah sebagian kecil dari tugas kita."
Ia melanjutkan, menjelaskan bahwa para pemburu juga bertugas mengamankan area sekitar retakan, memastikan warga sipil dievakuasi, dan meneliti monster-monster yang keluar dari retakan tersebut. "Semua yang kita lakukan adalah untuk melindungi dunia dari ancaman yang tidak terlihat oleh mata biasa."
"Namun, Anda adalah kasus yang berbeda," lanjutnya, menatap Raka. "Kemampuan Anda... itu di luar pemahaman kami. Anda adalah Pemburu pertama yang mencapai kualifikasi SSS pada kebangkitan pertama. Itu membuat Anda berbeda dari Pemburu lainnya. Itu juga yang membuat kami khawatir."
Ketua WHA melanjutkan penjelasannya mengenai bahaya retakan dimensi, mata misterius yang mengintip, dan kemungkinan adanya aliansi tersembunyi. "Itu sebabnya, empat pemimpin organisasi terkuat di dunia ingin bertemu dengan Anda. Mereka ingin mengundang Anda untuk bergabung dengan aliansi mereka. Saya harap Anda bisa menerima undangan itu."
Raka mendengarkan dengan seksama, tatapannya tidak berubah. Setelah Ketua WHA selesai berbicara, Raka bertanya, "Jika saya bergabung, apakah saya bisa menggunakan kekuatan saya dengan bebas?"
Ketua WHA terdiam sejenak, lalu menjawab, "Anda bebas menggunakan kekuatan Anda, tapi hanya untuk melindungi manusia dan melawan monster. Jangan gunakan kekuatan itu untuk hal-hal yang tidak penting."
Raka mengangguk. "Baiklah, saya mengerti."
"Kalau begitu, mari kita bersiap. Mereka akan tiba jam 7 malam," ucap Ketua WHA.
°°°
Malam pertemuan telah tiba. Di sebuah ruang konferensi mewah, Raka duduk bersama Harsa dan Ketua WHA. Tepat pada waktunya, pintu terbuka, dan Valerius Thorne serta Kaelen Reed masuk.
Valerius, yang biasanya menutup mata, kini membukanya, menatap tajam ke arah Raka. Matanya memancarkan aura dingin dan menusuk. Ketua WHA menyambut kedatangan mereka, memperkenalkan Valerius sebagai Pemburu kualifikasi SSS dan pemimpin organisasi Blood Sword of Heaven, dan Kaelen sebagai pemimpin Sky Cloud Spear.
Setelah perkenalan singkat, Valerius angkat bicara dengan nada dingin. "Sungguh kejutan besar, ada Pemburu yang mencapai kualifikasi SSS pada kebangkitan pertamanya."
Sementara itu, Kaelen hanya tersenyum lebar, menatap Raka sambil menyandarkan tubuhnya dengan santai. Raka membalas tatapan Valerius dengan dingin.
"Kedatanganku kemari untuk mengundang Tuan Raka bergabung dengan aliansi kami, untuk memperkuat kedamaian dunia," lanjut Valerius.
Raka terdiam sejenak, lalu menjawab dengan senyum lebar dan nada meledek. "Sungguh suatu kehormatan bisa bertemu Pemburu terkuat di dunia. Tapi jika saya bergabung dengan aliansi yang ditawarkan oleh Tuan, apa kelebihan yang akan saya dapatkan?"
Kaelen tersenyum puas. "Tentu saja akan menyenangkan, karena kita akan bertarung di garis terdepan."
"Wah, sepertinya menyenangkan," balas Raka, nada suaranya berubah menjadi lebih dingin. "Tapi apakah saya bisa membunuh sesuka saya?"
Semua orang terdiam, termasuk Kaelen. Ketua WHA segera mengambil alih pembicaraan. "Tentu saja, Tuan Raka bebas membunuh monster dengan bebas."
Raka kembali memasang wajah dingin. "Tawaran Anda tidak memenuhi keinginan saya. Sepertinya kita tidak sejalan. Saya akan menjadi penguasa dunia ini."
Mendengar itu, semua orang terkejut. Mata Valerius semakin dingin, dan Kaelen melepaskan sedikit energinya. "Sepertinya pemula ini sedikit tidak tahu diri," gumamnya.
Namun, Raka kembali tersenyum. "Hahaha... maaf, Tuan. Saya hanya bercanda." Ia kembali bersikap dingin. "Saya akan tetap tinggal di Indonesia dan bergabung dengan organisasi Pemburu di sini."
Harsa, yang tadinya cemas, kini merasa bangga. Valerius bangkit. "Baiklah," ucapnya sambil berjalan keluar. "Semoga kedepannya kita bisa bertarung bersama."
Kaelen tersenyum lebar dan mengikuti Valerius. "Semoga beruntung, pemula."
jangan dikasih kendor thor😁🔥