Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.
Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.
Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.
Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 ~ Sylvia dengan segala pikirannya
Dana kini telah berada di perusahaan tinggi yang menjulang ...
Setibanya di ruangan itu, Dana di panggil Fawn keruangannya.
Namun ketika berada di ruangan itu, Fawn menyuruh mengecek laporan keuangan bersama Ibu Sri.
Dana yang ingin mengambil berkas itu dan keluar dari ruangan Fawn di cegah oleh Fawn.
"Tidak perlu kamu keluar, kerjakan di sini bersama Ibu Sri, kamu harus belajar dulu dengannya, saya izinkan menggunakan ruangan saya!" seru Fawn.
Dia menyuruh Sri dan Dana menggunakan ruangan itu dengan alasan dia ingin tahu bagaimana kinerja Dana.
Dan dia beralasan pula sedang sibuk tidak dapat mengecek laporan tersebut.
Mana ada Dana percaya, dia hanya tersenyum simpul tanpa ketara, jelas dia tahu jika Fawn hanya menggunakan komputer untuk bermain game.
Wanita bodoh, memangnya seorang IT tidak dapat memasuki komputermu dan mengecek apa saja yang kau gunakan hah?. Batin Dana geram, ingin sekali menyingkirkan wanita yang ada di hadapannya itu.
Dana kini duduk bersama Sri. Saat menjelaskan setiap laporan itu, Dana manggut-manggut memahami isi dalam laporan tersebut.
Namun kini wanita memberikan secarik kertas kecil secara diam-diam melalui tangan Dana.
Dana tersenyum memahami apa yang di maksud Sri. Mereka melanjutkan hingga sore hari, dan waktu pulang pun tiba, para pekerja pun kembali pulang.
Setibanya di rumah kosannya, Dana membuka secarik kertas itu.
Dana 088... ini no Ibu mohon di save, ... Ini Ibu Sri yang sering mentransfer uang kepada rekeningmu, dan seperti biasa laporan asli keuangan sudah di kirim ke mailmu, Ibu tidak memiliki catatan itu di kantor hanya yang tadi yang telah Ibu bahas bersama kamu. Data yang tadi kita pelajari telah di kurangi dan bukan yang sebenarnya.
ttd
Sri Handayani
Dana tersenyum, dan kita lihat apa yang akan terjadi dengan perusahaan itu? akan aku hancurkan kalian perlahan, aku tidak akan membalas dendam dengan nyawa, itu urusan Tuhan. Tapi kemiskinan kalian harus kalian tanggung. Dan akan aku buat kalian mengemis kepadaku. gumam Dana.
Saking sibuknya Dana, dia melupakan kembali Sylvia juga adiknya. Dana malah kembali di sibukkan dengan mengecek isi laporan melalui mail-nya.
Di sisi lain, Sylvia menangis di dalam kamarnya, semenjak kepergian Dana, Dana hanya mengabarkan jika dia sudah tiba di sebuah kosan dan dia harus berangkat melamar pekerjaan.
Namun setelah itu, tidak ada satu kabarpun yang di terima oleh Sylvia. Sylvia jelas merindukan Dana, dia terus menangis, berbagai macam prasangka menghinggapi dirinya.
Benar kata Ibu dulu, jika Dana kembali ke kota dia akan melupakan aku. Mana ada pria kaya yang mau dengan wanita macam aku yang ah tidak bisa mengurus kencantikan ataupun sanggup membeli alat kecantikan seperti pada umumnya wanita-wanita kaya itu. pikir kalut Sylvia.
Tak lama dari prasangka Sylvia, Dana menghubunginya, Sylvia mengerutkan keningnya.
Ngapain dia menghubungiku?. Pikir Sylvia.
Sylvia membuat hening handphonenya, dan melemparkannya ke sudut kasur.
Dana yang telah 2x menghubungi Sylvia pun heran kenapa tidak mengangkat teleponnya. Dana akhirnya melihat jam di arlojinya, ternyata sudah pukul 10 malam, dan mungkin saja Sylvia telah tidur. Pikir Dana.
Tapi Dana yang merindukan Sylvia pun kembali menuliskan pesan melalui aplikasi chatnya.
Dana : Sayang ... sedang apa? apa sudah tidur? maaf aku tidak bisa mengabarimu karena seharian aku sibuk. Aku harus bertemu klien dan mengecek laporan keuangan. Begitupula saat aku pulang, aku mengecek mail. Dan ini baru selesai.
Dana : Aku rindu kamu, maaf jika aku tidak bisa langsung membalasmu, banyak hal yang perlu aku lakukan di perusahaan itu. Jujur aku cape sayang, aku ingin berada di sampingmu hanya dengan mengurus dan menjual bunga. Aku nyaman di sana.
Dana : Jika kamu terbangun baca pesanku, dan balas sesempat yang kamu bisa ya.
Dana : Maafkan aku yang kini tidak ada di sampingmu, aku benar-benar merindukan kamu juga yang lainnya.
Dana : aku ingin bertemu denganmu, rindu ini menyiksaku bahkan membuatku sulit tidur.
Dana : Selamat malam cantik, mimpi indah sayang.
Dana mengungkapkan semuanya melalui pesan chatnya, dia yang begitu lelah akhirnya tertidur dengan Handphone yang masih berada di tangannya, meski hatinya merasakan rindu teramat berat bahkan besar kepada Sylvia dan yang lainnya namun rasa kantuk itu seakan membiusnya begitu saja tanpa di sadarinya.
Sylvia yang telah melempar handphonenya kini telah berada di tangannya, dia yang tak tahan dengan kerinduan juga segala pemikirannya akhirnya membuka isi pesan yang tertera di layar handphonenya.
Sylvia membuka dan membaca pesan dari Dana, ada guratan lebar yang terukir di bibirnya.
Yang awalnya marah, kini hatinya kembali berbunga-bunga.
Maafkan aku sayang, aku telah salah paham kepadamu, sungguh hati merindukanmu. Batin Sylvia dengan senyuman merekah.
Setelah selesai membaca Sylvia mencoba menghubungi Dana. Namun sayang entah yang keberapa kali Sylvia menghubungi Dana, tidak ada satupun yang di angkat Dana.
Katanya rindu? mana ada rindu tapi tidak mengangkat telepon dari pacarnya. Jelas kamu sudah membohongiku Cendana. Pikir Sylvia kembali.
Kembali Sylvia menghubungi Dana, namun kembali Dana tidak mengangkatnya, di lempar kembali handphone Sylvia yang berada di tangannya itu.
Kembali Sylvia menangis di balik bantalnya, sakit sekali rasanya. Sungguh rindu ini menyiksa diri Sylvia, bahkan panjang lebar Dana mengirim pesan dan membuat Sylvia tersenyum.
Namun saat itupula hati Sylvia kembali sakit, seakan hanya bualan saja Dana menulis itu. Tak sedikitpun ucapan Dana yang dapat di buktikan olehnya.
Lihat saja, beberapa saat lalu mengirim pesan rindu dan lainnya, tapi beberapa saat kemudian tidak ada satupun telepon Sylvia yang di angkat Dana.
Setelah Sylvia puas dengan tangisannya, Sylvia kembali mengambil handphonenya, kembali di buka aplikasi chat tersebut.
Berharap ada pesan atau telepon balik dari kekasihnya, namun sayang yang di harapkan itu pupus.
Tidak ada yang di balas satupun, bahkan Sylvia yang telah berbunga dan bahagia ingin membalas chat tersebut juga ingin mengatakan 'sayang aku pun rindu', kembali di urungkan.
Gelisah, balik ke kiri salah, ke kanan juga salah, pikiran buruk tentang Dana yang menghubungi wanita lain kembali berputar.
Bagaimana tidak Sylvia berpikir demikian, yang di lihat Sylvia jelas Dana sedang Online, tapi telepon dari Sylvia tidak satupun yang di angkat Dana.
Sedangkan Dana tertidur setelah chat terkirim semua kepada Sylvia, dengan tampilan handphone yang masih terbuka di aplikasi chat bahkan di chat terakhir kepada Sylvia masih terpampang jelas.
Namun sayang saking lelahnya Dana seharian berkutat dengan pekerjaan yang baru di tekuni dalam dunia nyata, (biasanya hanya dalam handphone mengecek laporan yang di berikan oleh orang kepercayaan Ibunya), sekarang harus terjun langsung dan itu membuatnya sangat kelelahan.
Hingga dia tertidur dengan posisi menyamping dengan handphone yang masih berada di telapak tangannya. Hingga Sylvia menghubunginya entah berapa kalipun tidak terdengar sama sekali oleh Dana, saking pulas dan lelahnya tubuh Dana.
Bersambung ....