NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Jadi Bebek

Reinkarnasi Jadi Bebek

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Sistem / Perperangan / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: yuyuka manawari

Siapa sangka, kematian konyol karena mesin penjual minuman bisa menjadi awal petualangan terbesar dalam hidup… atau tepatnya, setelah hidup.

Ketika bangun, ia bukan lagi manusia, melainkan seekor bebek rawa level 1 yang lemah, basah, dan jadi incaran santapan semua makhluk di sekitarnya.

Namun, dunia ini bukan dunia biasa. Ada sistem, evolusi, guild, perang antarspesies, bahkan campur tangan Dewa RNG yang senang mengacak nasib semua makhluk.

Dengan kecerdikan, sedikit keberuntungan, dan banyak teriakan kwek yang tidak selalu berguna, ia membentuk Guild Featherstorm dan mulai menantang hukum alam, serta hukum para dewa.

Dari seekor bebek yang hanya ingin bertahan hidup, ia perlahan menjadi penguasa rawa, memimpin pasukan unggas, dan… mungkin saja, ancaman terbesar bagi seluruh dunia.

Karena kadang, yang paling berbahaya bukan naga, bukan iblis… tapi bebek yang punya dendam..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuyuka manawari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20: Laporan Vlad Juani

Setelah gulungan pesan itu diterima, beberapa musang yang sejak tadi bersembunyi di luar bangunan tampak gelisah. Mereka yang sebelumnya hanya mengintip dari balik celah bebatuan akhirnya mundur perlahan, satu per satu menghilang di balik kegelapan. Tidak ada yang berani bertahan terlalu lama setelah tahu pesan itu sudah sampai padaku.

Tiga bebek yang kini menjadi bawahanku. Zaza, Titi, dan Poci, kian hari menunjukkan perkembangan. Meski gerakan mereka masih sering tidak seirama, aku bisa melihat kemajuan. Sayap yang dulunya gemetar ketika menahan berat zirah kini lebih stabil, langkah kaki mereka juga tidak sekaku saat awal latihan. Sesekali masih ada benturan atau tabrakan kecil, tapi itu wajar. Tidak ada perjuangan yang sia-sia selama mereka mau mengulanginya lagi dan lagi.

Tiga hari terakhir, aku tidak terlalu sibuk memikirkan rencana atau strategi. Aku lebih memilih untuk menekuni latihan fisik. Nafasku teratur, ayunan sayapku terkendali. Aku ingin tubuhku terbiasa, karena pertempuran ke depan tidak akan memberi kesempatan untuk beradaptasi.

Sesekali pikiranku kembali ke kejadian beberapa hari lalu. Pertanyaan itu terus berputar di kepalaku: apakah membunuh Kapten Kokok adalah kesalahan? Mungkin iya.

Namun jika aku menolak melawan saat itu, dia pasti akan menuntaskan niatnya menghabisi kami. Hanya saja… sampai sekarang, aku belum menemukan bukti nyata kalau ia memang ingin menyerang.

Faktanya, gulungan kertas yang dibawa oleh para musang jelas menunjukkan maksud mereka. Buluku tersimpan di sana. Itu bukti cukup bahwa dendam sedang diarahkan padaku.

Aku tidak pernah melarang dendam. Jika ada yang ingin membalas, biarlah mereka datang dengan kekuatan penuh. Aku tidak akan mengalah, tidak akan mundur.

Inilah alam liar. Tidak ada aturan selain satu: memangsa atau dimangsa.

...----------------...

Malam terakhir sebelum keberangkatan ke tempat negosiasi, aku sengaja mengumpulkan mereka semua. Kami duduk di ruang makan yang sederhana namun hangat. Bau masakan Vlad memenuhi udara, aroma gurih bercampur rempah mengundang selera. Wanita itu, pelayan yang setia di sisiku, selalu tahu cara menyajikan hidangan dengan sempurna.

Aku menatap ketiga bebek yang duduk di depanku, kemudian membuka suara.

“Bagaimana latihan kalian hari ini? Kalian sungguh melakukannya dengan serius?”

Zaza langsung mengerutkan alisnya. Sayapnya terangkat sedikit, dan matanya melebar.

“Tadi waktu latihan, Titi menabrakku dari belakang!” serunya keras, tidak berusaha menahan nada marahnya.

Titi buru-buru membela diri. “Itu bukan salahku! Aku benar-benar tidak bisa melihat, aku juga tidak tahu kenapa bisa begitu.”

Poci menunduk. Bulu di lehernya sedikit mengembang, jelas ia merasa bersalah. Ia tahu masalah tadi sebenarnya akibat dirinya, tapi ia terlalu malu untuk mengatakannya langsung.

Aku menghela napas, lalu menatap mereka satu per satu.

“Setidaknya kalian sudah tahu di mana letak kelemahan kalian. Aku sudah menunjukkan bagaimana caranya. Kalian tinggal menyempurnakan sisanya.” Suaraku tenang, tapi tegas.

Poci akhirnya memberanikan diri bersuara. Nada bicaranya pelan, terbata-bata, tidak seperti biasanya.

“A-aku… aku akan berusaha lebih keras, Rajaku.”

Zaza dan Titi, meski tadi sempat berselisih, kini mengangguk bersamaan.

“Kami juga!” jawab mereka, hampir serentak.

Aku bisa melihat semangat di mata mereka, meski masih diselimuti keraguan. Itu cukup untuk malam ini.

Setelah selesai makan, kami masih duduk di ruang itu. Piring sudah kosong, hanya tersisa bau hangat makanan yang menempel di udara. Aku memandang mereka sekali lagi sebelum membuka pembicaraan baru.

“Seperti yang kalian tahu, sudah empat hari ini aku resmi menjadi raja.” Suaraku pelan, namun cukup jelas terdengar di ruangan yang sunyi. “Dan dua hari lalu, kita menerima surat undangan dari kerajaan Ratu Musang. Mereka mengajukan pertemuan… perihal negosiasi.”

Poci langsung terperanjat, sayapnya terangkat sedikit tanpa sadar. Titi dan Zaza yang duduk di sisi meja ikut menoleh dengan wajah kaget.

Aku menatap mereka bertiga sambil melanjutkan.

“Kerajaan ayam jantan, tepatnya Raja Pekokok, ingin menuntut darah kepadaku. Undangan ini bukan undangan biasa, ini undangan yang sarat dengan dendam. Dan untuk saat ini, kabarnya hal itu akan dibicarakan nanti di dalam konteks negosiasi.”

Poci mengerjap cepat. Sayapnya gemetar ringan.

“Apa…? Tuanku, kalau begitu, negosiasi itu sangat berbahaya untuk dilakukan! Anda tidak perlu datang ke hal tersebut, lebih baik mengirim utusan saja!”

Aku belum menjawab. Mataku bergerak sebentar ke arah Vlad. Ia masih menunduk dalam-dalam, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan keterkejutan. Sepertinya ia sudah tahu kabar itu sejak awal.

Zaza kemudian angkat suara, suaranya terdengar hati-hati.

“Tuanku, dulu aku pernah mendengar cerita bahwa Ratu Musang itu sangat licik. Undangan yang dikirimkan bisa saja hanyalah jebakan. Sebaiknya Anda jangan datang, karena dikhawatirkan justru akan terjadi sesuatu pada diri Anda.”

Aku menarik napas perlahan, lalu menjawab dengan tenang.

“Tidak, Zaza. Tidak juga, Poci. Aku harus datang.”

Dalam hati aku menegaskan sekali lagi: aku memang harus datang. Jika tidak, yang terjadi adalah lebih buruk. Ada kemungkinan dua kerajaan sekaligus akan menyerang kita. Lebih parah lagi, saat ini kita sama sekali tidak punya informasi tentang kekuatan mereka. Apakah mereka memiliki aliansi lain? Apakah ada pihak ketiga yang menjadi pendukung di belakang mereka? Semua itu masih tanda tanya besar.

Jika aku menolak dan membiarkan undangan ini berlalu, maka ujung-ujungnya hanya akan berakhir pada perang. Perang yang jelas tidak kuinginkan sekarang. Memang aku cukup yakin bisa melawan sebagian dari mereka, tapi bagaimana dengan Poci, Titi, dan Zaza? Bagaimana dengan semua pengikutku? Bagaimana dengan benteng dan bangunan ini?

Aku menghela napas lagi, kali ini lebih berat.

“Aku juga sebenarnya punya alasan lain,” kataku kepada mereka bertiga. “Aku penasaran. Aku ingin mengetahui lebih banyak tentang kerajaan-kerajaan di sekitar kita. Selama ini informasi yang kita miliki masih terlalu sedikit.”

Poci buru-buru menimpali, wajahnya masih cemas.

“Tapi tuanku… bukankah nanti mereka bisa saja melakukan sesuatu yang tidak diinginkan kepada Anda?”

Aku menoleh padanya, tersenyum tipis.

“Poci, kamu sedang berbicara dengan seseorang yang kuat, tahu? Jadi tenang saja.”

Poci terlihat ingin membantah lagi, tapi menahan dirinya.

Aku menambahkan, nada suaraku lebih lembut.

“Tapi ketahuilah, aku tidak ingin ada hal buruk terjadi pada kalian. Itu yang paling aku khawatirkan.”

Zaza langsung menyela cepat, matanya menatap lurus ke arahku.

“Tidak, rajaku. Jangan terlalu memikirkan kami. Kami adalah pengikut setia Anda. Apa pun yang terjadi, kami sudah siap menerima. Kami akan selalu tunduk pada perintah Anda.”

Poci ikut mengangguk, kali ini dengan suara yang lebih mantap.

“Ini adalah negosiasi pertama untuk kerajaan kita. Kami akan selalu mendukung Anda, rajaku.”

Titi, yang sejak tadi diam, akhirnya ikut bersuara.

“Ya, kami akan mendukung Anda sepenuhnya.”

Aku merasakan hangat di dadaku. Mereka benar-benar tulus. Aku mengangguk sambil berkata pelan,

“Terima kasih. Besok kita akan memulai perjalanan untuk menghadiri negosiasi di balairung kerajaan musang.”

“Baik, rajaku.” Suara ketiganya serempak, penuh tekad.

...----------------...

Suasana makan malam akhirnya kembali berjalan. Meski rasa tegang masih terasa di udara, makanan tetap kami habiskan bersama. Setelah selesai, aku kembali ke kamar untuk beristirahat.

Tidak lama setelah aku merebahkan diri, terdengar ketukan pelan di pintu. Aku bangkit, melangkah, lalu membuka.

“Masuk,” ucapku singkat.

Pintu bergerak, dan sosok yang masuk adalah Vlad. Pakaian yang dikenakannya kali ini serba hitam, ketat menempel di tubuh, jelas memudahkan gerakan. Ia berdiri tegap di hadapanku, aura dingin mengikutinya.

“Rajaku,” katanya dengan suara rendah namun tegas, “izinkan saya melapor.”

Aku mengangguk.

“Silakan.”

“Setelah saya mengintai ke berbagai arah dari kerajaan musang, saya mendapatkan beberapa informasi yang cukup penting.”

Aku duduk di kursi kayu dekat meja, sementara Vlad tetap berdiri seperti seorang pelayan yang siap melapor. Tatapanku lurus ke arahnya.

“Teruskan.”

Vlad menghela napas tipis sebelum melanjutkan.

“Kerajaan musang dipimpin oleh Ratu Lira. Informasi itu benar adanya. Namun, yang sering menjalankan strategi di balik layar adalah Perdana Menteri mereka. Dialah yang merancang kebijakan dan memastikan keinginan sang ratu selalu terlaksana. Dari pengamatan saya, sebagian besar musang dijadikan unit pengintai. Jumlah pasukan bersenjata yang terlihat hanya sekitar dua puluh sampai tiga puluh orang. Sebaliknya, unit pengintai jumlahnya berlipat ganda. Dari situ terlihat jelas bahwa mereka lebih mengandalkan informasi dibandingkan kekuatan tempur langsung.”

Aku mengangguk perlahan, menaruh kedua tanganku di atas meja.

“Lanjutkan.”

“Baik.” Vlad tidak menunggu lama.

“Kerajaan musang saat ini memiliki aliansi dengan dua kerajaan. Kemungkinan besar, kerja sama itu terbentuk karena kekuatan informasi yang dimiliki musang. Mereka bertindak sebagai pemberi kabar dan pengamat, lalu menukar informasi itu dengan keuntungan politik maupun militer. Kerajaan pertama yang beraliansi adalah Kerajaan Ayam Jantan, dipimpin oleh Raja Pekokok. Kerajaan kedua adalah Kerajaan Sungai Timur, dipimpin oleh seekor buaya purba.”

Alisku terangkat, tubuhku sedikit condong ke depan.

“Buaya?” tanyaku memastikan.

“Ya, benar, Rajaku,” jawab Vlad tanpa ragu. “Buaya purba itu memang berkuasa di wilayah sungai. Mereka tidak bisa berbuat banyak di daratan. Karena itulah mereka bergantung pada laporan dan informasi dari unit pengintai kerajaan musang. Sebagai imbalannya, mereka memberikan keamanan penuh di jalur sungai. Dengan jaminan itu, para musang bebas bergerak melalui air tanpa takut diserang. Bahkan, jika kerajaan musang terdesak di wilayah daratan, mereka selalu punya jalur aman untuk melarikan diri lewat sungai.”

Aku mengetukkan jariku ke permukaan meja, berpikir.

“Jadi, mereka sudah menyiapkan jalur mundur.”

“Benar, Rajaku,” sahut Vlad cepat. “Ratu Lira tidak hanya mengandalkan kecerdikan, tapi juga memastikan bahwa setiap langkahnya punya jalan keluar.”

Aku mendengus pelan.

“Lalu bagaimana dengan ayam jantan? Apakah mereka memiliki aliansi lain selain musang?”

“Sejauh ini tidak ada tanda-tanda,” jawab Vlad. “Namun, belakangan saya melihat ayam jantan bertemu dengan beberapa angsa liar. Sepertinya mereka mencoba menjalin kerja sama, walaupun hasilnya masih belum jelas. Mungkin mereka ingin memperkuat diri.”

Aku bersandar di kursi, pandangan mengarah ke lantai.

“Atau mungkin saja mereka sama-sama korban,” gumamku lirih.

Vlad menunduk, lalu menambahkan,

“Masih ada satu hal terakhir, Rajaku. Pesan ini penting agar Anda tidak menurunkan kewaspadaan dalam negosiasi nanti.”

Aku mendongak menatapnya lagi.

“Apa itu?” tanyaku, nada suaraku lebih serius.

“Raja Pekokok memiliki sesuatu… benda atau kekuatan khusus. Saya hanya mendengar dari desas-desus, tapi hampir semua yang saya intai menyebut hal yang sama. ‘Itu’ bisa membuatnya lebih kuat dari biasanya.”

Aku menyipitkan mata.

“Kau yakin tidak salah dengar, Vlad?”

Vlad menggeleng pelan.

“Tidak, Tuanku. Saya cukup yakin dengan informasi ini.”

Aku terdiam sejenak, lalu sebuah tawa kecil lolos dari mulutku.

“Kalau begitu, ini akan semakin menarik. Aku justru ingin melihat langsung kekuatan itu… bahkan mungkin memilikinya sendiri.”

Vlad tetap diam, ekspresinya tidak berubah.

Aku melanjutkan, kali ini suaraku lebih rendah namun penuh tekad.

“Biarkan mereka menunjukkan dulu kekuatan dan kesombongannya. Aku akan berpura-pura sebagai bebek yang lemah, imut, dan manis. Dengan begitu, mereka akan meremehkanku, dan saat itulah semua kelemahan mereka akan terlihat jelas.”

“Baik, Rajaku.” Vlad menunduk dalam-dalam, menerima perintah tanpa bertanya lebih jauh.

1
Anyelir
kasihan bebek
Anyelir
wow, itu nanti sebelum di up kakak cek lagi nggak?
yuyuka: sampai 150 Chap masih outline kasar kak, jadi penulisannya belum🤗
total 1 replies
Anyelir
ini terhitung curang kan?
yuyuka: eh makasi udah mampir hehe

aku jawab ya: bukan curang lagi itu mah hahaha
total 1 replies
POELA
🥶🥶
yuyuka
keluarkan emot dingin kalian🥶🥶
FANTASY IS MY LIFE: 🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶
total 1 replies
yuyuka
🥶🥶🥶🥶
Mencoba bertanya tdk
lagu dark aria langsung berkumandang🥶🥶
yuyuka: jadi solo leveling dong wkwkwkw
total 1 replies
Mencoba bertanya tdk
🥶🥶
FANTASY IS MY LIFE
bro...
Mencoba bertanya tdk
dingin banget atmin🥶
FANTASY IS MY LIFE: sigma bgt🥶
total 1 replies
FANTASY IS MY LIFE
ini kapan upnya dah?
yuyuka: ga crazy up jg gw mah ttp sigma🥶🥶
total 1 replies
Leo
Aku mampir, semangat Thor🔥
yuyuka: makasi uda mampir
total 1 replies
Demon king Hizuzu
mampir lagi/Slight/
yuyuka: arigatou udah mampir
total 1 replies
Demon king Hizuzu
mampir
yuyuka: /Tongue/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!