NovelToon NovelToon
Ini Cinta 365 Hari Atau Cinta 669 Masehi?

Ini Cinta 365 Hari Atau Cinta 669 Masehi?

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Peramal / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Naniksay Nay

Kerajaan Galuh, sebuah nama yang terukir dalam sejarah tanah Sunda. Namun, pernahkah kita menyangka bahwa di balik catatan sejarah yang rapi, ada sebuah kisah cinta yang terputus? Sebuah takdir yang menyatukan seorang pangeran dengan gadis desa, sebuah janji yang terikat oleh waktu dan takdir.

Kisah tragis itu membayangi kehidupan masa kini Nayla, seorang wanita yang baru saja mengalami pengkhianatan pahit. Di tengah luka hati, ia menemukan sebuah kalung zamrud kuno peninggalan neneknya, yang membawanya masuk ke dalam mimpi aneh, menjadi Puspa, sang gadis desa yang dicintai oleh Pangeran Wirabuana Jantaka. Seiring kepingan ingatan masa lalu yang terungkap, Nayla mulai mencari jawaban.

Akankah di masa depan cinta itu menemukan jalannya kembali? Atau akankah kisah tragis yang terukir di tahun 669 Masehi itu terulang, memisahkan mereka sekali lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naniksay Nay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 – Teman Diskusi

Perjalanan dari mata air menuju parkiran terasa hening.

Nayla berjalan di samping Rendi, tubuhnya masih sedikit gemetar. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan, keraguan, dan perasaan campur aduk antara takut, rindu, dan haru.

Rendi membiarkan Nayla menenangkan diri.

Sesampainya di mobil, mereka duduk dalam keheningan yang menyesakkan. Nayla menatap lurus ke depan, sementara Rendi menyalakan mesin.

Mesin mobil mulai memecah keheningan, mengantar mereka keluar dari Astana Gede Kawali.

Beberapa menit berlalu. Rendi hanya fokus mengemudi. Ia melirik Nayla sekilas. Wajahnya masih pucat, dan matanya memancarkan kebingungan.

Rendi mengambil napas dalam-dalam. Ia harus membuka percakapan.

“Ini beneran kamu enggak mau cerita sama aku, Nay?” tanyanya. Suaranya lembut, tapi ada ketegasan di dalamnya.

Mobil melaju di jalan tol yang lengang, membelah kegelapan malam. “Tanya-tanya kerajaan Galuh itu udah aneh. Terus pas di situs... kamu juga aneh.”

“Aneh gimana, Ren?” suara Nayla pelan, hampir berbisik.

“Nay, kita bareng lho dari TK sampai SMP. Aku tahu kamu enggak mungkin penasaran sama sesuatu kalau enggak ada sebabnya. Nah, ini kenapa?”

Nayla terdiam, memilin ujung jaketnya.

“Kalau kamu enggak cerita,” Rendi melanjutkan, nada serius kembali muncul, “Mana aku tahu harus mulai dari mana kasih infonya.”

“Kan udah tadi kamu ngajak ke Karangkamulyan sama Astana Gede Kawali... itu info, kan?” Nayla mencoba menghindar.

Rendi menggeleng pelan. “Kamu tahu, Nay, tatapan kamu di Karangkamulyan itu kayak orang patah hati... tapi campur rindu. Dan satu lagi, di mata air tadi kamu kayak... gimana ya jelasinnya.”

“Enggak ada apa-apa, Rendi.” Suaranya terdengar tegas, tapi tatapannya goyah.

“Ya udah kalau enggak mau cerita. Sesiapmu aja,” ucap Rendi, seakan menyerah.

Nayla menghela napas. Ia menoleh ke arah Rendi, menatap wajah yang familiar sejak kecil itu. “Ren, kamu pernah enggak mimpi... kayak ke masa lalu gitu. Jadi seseorang... terus...”

Rendi membelokkan mobil ke rest area, memutus percakapan sejenak. Setelah parkir, ia menatap Nayla serius. “Belum sih. Semacam kilasan masa kecil, gitu?”

“Bukan masa kecil. Lebih lama lagi. Kayak... kamu pernah jadi tentara zaman penjajahan, atau bagian dari kerajaan.”

Rendi tertawa kecil. “Belum sejauh itu. Mimpi jadi anggota Avengers malah udah, Nay.”

“Nah, kalau kamu mimpi jadi Avengers, tapi di dunia nyata ada peninggalannya juga... gimana?”

Rendi terkekeh, menoleh sekilas. “Belum ada yang kayak gitu.”

Nayla mencondongkan tubuh, menatap Rendi dalam. “Kamu percaya reinkarnasi?”

“Percaya enggak percaya sih,” Rendi mengusap dagunya, berpikir. “Tapi kalau kamu cari di Google, ada nama Dorothy Eady. Sejak kecil, dia merasa dirinya dari Mesir kuno. Dia mengaku sebagai Bentreshyt, pendeta kuil Isis di Abydos. Saat dewasa, dia pindah ke Mesir, jadi arkeolog, dan bikin geger karena tahu detail kuil Abydos yang bahkan belum digali.”

“Benarkah?” mata Nayla membulat, tak percaya.

“Iya. Ada juga Shanti Devi dari India. Sampai Mahatma Gandhi sama profesor-profesor ngerespon kasusnya. Kenapa, Nay?”

“Kalau di Indonesia?”

“Ada, tapi enggak serinci itu. Katanya ada anak kecil di Cirebon yang tahu detail keraton, nama pusaka, sampai jalur rahasia yang bahkan enggak diketahui umum. Dan... mungkin kamu kali, reinkarnasi dari Galuh.”

Tubuh Nayla menegang. “Ka... kalau aku cerita hal kayak gitu... dianggap perlu ke psikiater enggak?”

“Ya tergantung. Kalau ke psikolog, mungkin iya. Kalau ke aku... ya kita cari bukti sejarah.” Rendi tersenyum, mencoba mencairkan suasana.

Papan penunjuk bertuliskan Rest Area Tol Cipali KM 101 menyambut mereka. Dari balik kaca mobil, Nayla melihat keramaian yang kontras dengan keheningan jalan tol.

Lampu-lampu terang, deretan restoran cepat saji, kafe kopi kekinian, hingga musala yang penuh orang.

"Istirahat dulu ya... cari makan. Kamu mau apa?" Rendi bertanya sambil melepaskan sabuk pengaman.

"Ikut aja, Ren," jawab Nayla lirih.

Ia membuka pintu mobil dan mengikuti Rendi menuju salah satu rumah makan. Di sana, Nayla masih terdiam, mengaduk-aduk makanannya tanpa selera.

Rendi tahu, percakapan serius tadi telah menguras energinya.

"Nay," panggil Rendi lembut. "Makan dulu. Setelah ini kita istirahat sebentar di mobil ya."

Nayla mengangguk. Setelah selesai makan, mereka kembali ke mobil.

"Tidur dulu aja, Nay" kata Rendi.

"Biar gantian aku yang nyetir, Ren," Nayla menawarkan, merasa tidak enak hati.

"Enggak usah," jawab Rendi cepat. "Kamu istirahat aja. Kamu kayak orang linglung gitu. Nanti kalau sudah segeran kita berangkat lagi."

Nayla akhirnya mengalah. Rendi memutar lagu jazz lembut dari radio, meredupkan lampu dalam mobil, dan memposisikan jok Nayla agar lebih nyaman.

Ia sendiri menyandarkan punggungnya, menunggu hingga Nayla terlelap. Rendi melirik Nayla. Ia tahu, ada beban berat di hati teman masa kecilnya itu.

...Melepas Rasa Sakit...

Rendi tersentak, kelopak matanya mengerjap berat. Ia melirik jam di dasbor mobil: pukul 01.30 dini hari. Ia sudah tertidur lebih dari dua jam. Ia menoleh ke kursi penumpang, Nayla masih terlelap. Napasnya teratur, ekspresi wajahnya jauh lebih damai dibanding saat berada di situs tadi.

Tanpa membangunkan Nayla, Rendi menegakkan kembali sandaran joknya, mematikan lagu jazz, dan mulai menyalakan mesin. Ia memacu mobilnya pelan, masuk ke jalan tol yang sudah sepi.

Beberapa waktu kemudian, Nayla terbangun. Ia menoleh ke jendela, menyadari pemandangan sudah jauh berubah. Ia menoleh ke arah Rendi, yang masih fokus menyetir.

"Lho? Udah berangkat sejak kapan Ren?" tanya Nayla, suaranya serak.

Rendi melirik sekilas. "Udah dari tadi, ini udah mau sampai Batang, Nay. Mau mampir toilet? Ini mau cari pom."

"Kok aku enggak dibangunin?" Nayla bertanya lagi, sedikit bingung.

Rendi tersenyum, tidak menoleh. "Ya enggak apa-apa... santai aja... kamu udah lama banget enggak ngerepotin aku," sahut Rendi.

Nayla spontan menepuk tangan Rendi. "Mau direpotin gimana, kamu yang pindah tiba-tiba!"

Rendi tertawa renyah. "Anak SMP masa enggak mau nurut ortu sih, Nay. Ortuku mau merantau, ya ikut lah."

Nayla menggeleng-gelengkan kepala, senyum tipis terukir di bibirnya. "Enggak nyangka bisa ketemu kamu."

"Ya kan karena kamu patah hati. Kalau enggak patah hati, mana bisa ketemu. Nikah aja enggak kasih kabar," sindir Rendi.

Nayla tertawa getir. Matanya menerawang. "Enggak jadi nikah, Ren..."

Rendi merasakan perubahan suasana. Ia menyentuh lengan Nayla lembut. "Kasihan. Masih sakit enggak?"

"Udah enggak terlalu," jawab Nayla, nada suaranya lebih pelan. "Sebel, iya."

"Ceritain dong, kok bisa kamu ketipu mokondo?" tanya Rendi, mencoba membuat Nayla kembali ceria.

Nayla menghela napas panjang. Ia menoleh, menatap Rendi yang masih fokus menyetir. "Dia teman kuliahku..."

"Yang cewek?" tanya Rendi, mengernyitkan dahi.

"Sama-sama teman kuliah," jawab Nayla, suaranya tercekat. "Satu angkatan, satu kelas. Ke mana-mana bareng."

"Gokil sih..." Rendi menggelengkan kepala. "Masa kamu enggak tahu gelagat mereka?"

"Bego Ren, kalau lagi bucin masa nggak paham kamu," sahut Nayla, terkekeh hampa. "Pantesan waktu aku lamaran, kok Tania opname."

"Tania? Temanmu itu?" tanya Rendi, menautkan alisnya.

"Iya. Malam itu, habis lamaran, Arga jenguk ke sana. Kok aku enggak sadar ya... ortunya enggak dikabarin kenapa malah ngabarin cowok orang," ujar Nayla, merasa bodoh.

Rendi tertawa, "Ini kalau kamu jadiin drama pendek kayak drama China short itu, seru lho!"

"Terusin ketawa yaaa," Nayla memukul pelan bahu Rendi. "Mana Tania perutnya udah dielus-elus, duh, bete banget. Padahal kita cuma enggak kumpul bertiga empat bulanan lho karena aku persiapan buat acara nikah."

"Ya, kamu persiapan nikah, dia persiapan juga," timpal Rendi santai.

Nayla menoleh, menyadari maksud ucapan Rendi, lalu keduanya tertawa bersama. Di tengah kegelapan malam, tawa mereka pecah, seakan menjadi pelepasan untuk rasa sakit yang Nayla pendam.

Mobil terus melaju. Kilatan lampu jalanan menyinari wajah keduanya.

Hingga akhirnya tiba di sebuah Rest Area KM 360 Batang.

"Mau istirahat dulu, Ren?" Nayla bertanya, suaranya terdengar lelah.

"Iya, kita ke kamar mandi dulu aja ya." jawab Rendi sambil memarkirkan mobil.

Setelah Nayla selesai, ia kembali ke mobil dan melihat Rendi sedang berjalan membawa sekantong snack. "Enggak istirahat dulu, Ren?" tanya Nayla.

"Enggak capek kalau malam gini, lanjut aja yuk, nanti aja kalau lapar di Salatiga kita mampir," jawab Rendi sambil tersenyum.

Nayla tersenyum tipis, lalu masuk ke mobil.

Rendi meletakkan kantung snack di konsol tengah, mengambil satu bungkus kecil, lalu menaruhnya di pangkuan Nayla.

“Buat kamu. Biar enggak ngantuk,” ucapnya ringan.

Nayla membuka bungkusnya, memakan sepotong, lalu melirik ke arah Rendi. “Kamu selalu kayak gini ya...”

Rendi menyalakan mesin, senyum tipis terukir di wajahnya. “Itu karena kita udah terlalu lama bareng, Nay. Walau delapan tahun enggak ketemu, aku masih hafal. Kalau lagi mikir atau sedih, obatmu selalu cemilan asin.”

Nayla terkekeh, matanya berbinar. “Jangan gitu ah... nanti banyak yang baper.”

“Buktinya aku masih jomblo sampai sekarang, Nay,” sahut Rendi cepat, pura-pura serius.

"Kelamaan milih sih" Jawab Nayla

Keduanya tertawa bersama. Tawa yang pecah di tengah heningnya malam, mengisi ruang mobil yang sejak tadi dipenuhi percakapan berat.

Mobil kembali melaju, membelah jalan tol yang lengang.

1
SENJA🍒⃞⃟🦅
keris kak? bukan kujang?
SENJA🍒⃞⃟🦅
hmmm ini adegan yang lalu kan? ini dari sudut wisnu yang jadi wira 😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
laaah kesurupan dia eh mimpi juga dia 🤣
SENJA🍒⃞⃟🦅
kok bisa main pergi gitu aja , kasian kan rendi 😤
SENJA🍒⃞⃟🦅
waddduh ...apa dia turunan jagatpati? weeeh 😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
jadi ketagihan mimpi🤭
Irmha febyollah
lanjut kk
SENJA🍒⃞⃟🦅
ya balon gas yang tetiba gas nya dibuang yah .... pupus harapmu
SENJA🍒⃞⃟🦅
wah yah bagus itu jalurnya nay ikutin rendi aja kamu kan tinggal molor doang 🤭
SENJA🍒⃞⃟🦅
berdebar karena rendi atau wira? 😂😂😂
SENJA🍒⃞⃟🦅
modusmu diskusi padahal kencan 😂
SENJA🍒⃞⃟🦅
ihhh jagatpati, itu isterimu lhooo astaga jahatnya. kamu kencana durhaka banget ke ibu sendiri😤
SENJA🍒⃞⃟🦅
waaah penghinaan ini ngatain rajanya bodoh! wah hukum mati aja udah 😂
SENJA🍒⃞⃟🦅
hilih belangmu terlihat 😂 lagian wira ga mau sama anakmu lho 🤭
SENJA🍒⃞⃟🦅
bukannya dewi parwati dari kalingga yak? nanti mandiminyak sama parwati jadi penguasa kalingga utara atau bumi Mataram 🤭
Naniksay Nay: thx kak...

betul kak...
Pangeran Mandiminyak atau Prabu Suraghana atau Suradharmaputra emang berkuasa didua negara, yaitu Kerajaan Kalingga (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan Kerajaan Galuh (di Tatar Sunda).

hanya saja disini biar bisa menggambarkan aja bahwa Sempakwaja dan Mandiminyak itu saling terkait...

sama kaya Pangeran Jantaka, saya tambahkan nama Wirabuana krn dibuat cinta2an biar ga diprotes ahli sejarah, masa resi love2an ....
total 1 replies
SENJA🍒⃞⃟🦅
udah banyak buktinya itu jagatpati, serang aja daerahnya kan sempakwaja penguasa Galunggung , ehh belom kejadian yah 😂
Naniksay Nay: 😭nggak bs kak.... bs2 dia di killkill jg sm pamannya
total 1 replies
SENJA🍒⃞⃟🦅
naaah ini jejak yang di hilangkan 😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
hilih jahatnya kamu 😤 wira mana mau sama kau
SENJA🍒⃞⃟🦅
hmmm bener kan jahat dia ini si kencana 😳
Naniksay Nay: jangan ditemenin dia kak... bapaknya jahat🤭
total 1 replies
SENJA🍒⃞⃟🦅
hmmm kencana ini nampaknya jahat ini 🥺😳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!