Safeea dan ibunya sudah lama hidup di desa. Setelah kematian ibunya, Safeea terpaksa merantau ke kota demi mencari kehidupan yang layak dan bekerja sebagai pelayan di hotel berbintang lima.
Ketika Safeea tengah menjalani pekerjaannya, ia dibawa masuk ke dalam kamar oleh William yang mabuk setelah diberi obat perangsang oleh rekan rekannya.
Karena malam itu, Safeea harus menanggung akibatnya ketika ia mengetahui dirinya hamil anak laki laki itu.
Dan ketika William mengetahui kebenaran itu, tanpa ragu ia menyatakan akan bertanggung jawab atas kehamilan Safeea.
Namun benarkah semua bisa diperbaiki hanya dengan "bertanggung jawab"?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Safeea menelan ludahnya ketika ia melihat William yang tanpa ragu mulai melepas jasnya, menaruhnya di sandaran kursi, lalu dengan santai membuka kancing kemejanya satu per satu di hadapannya. Laki laki itu tidak masuk ke kamar mandi seperti yang ia kira.
Rasa panik sekaligus terkejut menyelusup di dalam hati Safeea. Dengan cepat ia memutar tubuhnya, memunggungi William, dan menatap lurus ke arah dinding. Napasnya terasa sedikit lebih berat, jemari tangannya menggenggam ujung seragamnya seolah-olah itu bisa menenangkan degup jantungnya yang tak karuan.
“E-eh… kenapa… kenapa Pak William tidak cepat keluar dari kamar? Apa pak William mau tidur di kamar ini?” tanya Safeea dengan terbata-bata sekaligus mencoba untuk terdengar tenang namun suaranya jelas terdengar gugup.
Sejenak suasana terasa hening sebelum akhirnya suara tawa kecil yang rendah terdengar dari bibir William.
“Keluar dari kamar?” William mengulang kata-katanya seakan pertanyaan itu adalah hal paling lucu yang ia dengar malam ini.
Langkah kaki laki-laki itu perlahan mendekat. Safeea bisa merasakannya tanpa harus melihatnya, auranya yang hangat dan kuat seakan mengelilingi diri Safeea. Ia refleks mundur selangkah, tapi langkah itu hanya membuat punggungnya menempel ke tembok dan membuatnya terpojok.
"Kenapa aku harus keluar dari kamar ini? Apa kau tidak suka aku berada disini?" tanya William yang berhenti tepat di depan Safeea dan cukup dekat untuk membuat Safeea menundukkan kepala lebih dalam, tak sanggup menatap mata tajam pria itu. Senyum tipis terbit di wajah William saat ia melihat betapa gugupnya gadis itu saat berhadapan dengannya.
"Ti-tidak, bukan begitu maksud saya pak, aku... Aku..." ucap safeea dengan terbata-bata yang merasa bingung harus menjawab William dengan jawaban apa.
“Dengarkan aku Safeea, aku akan tidur sekamar dan seranjang denganmu. Karena bagiku kau sudah menjadi istriku, meskipun kita belum resmi menikah di mata agama maupun hukum.” ucap William dengan nada rendah namun mantap.
Safeea semakin menunduk, jemari tangannya terlihat mengepal di kedua sisi tubuhnya. Ia tak tahu harus menjawab apa. Ia hanya merasa detak jantungnya berdebar semakin kencang atas kata kata yang diucapkan oleh William.
William yang memperhatikan raut wajah Safeea yang gugup itu, lalu menarik napas dengan pelan. Ia tidak ingin membuat Safeea semakin ketakutan. Maka dari itu ia mundur beberapa langkah untuk memberi jarak kepada gadis itu.
“Gantilah seragam mu, Safeea. Kau tidak mungkin bisa beristirahat dengan memakai pakaian itu. Gaun tidur sudah kusiapkan di dalam lemari. Pakailah itu, lalu istirahat.” ucap William dengan lembut.
Safeea mengangguk singkat tanpa berani menatap wajah William, ia lalu bergegas menuju lemari untuk mencari gaun tidur yang dimaksud. William hanya memandanginya sebentar, senyum tipisnya kembali muncul sebelum ia sendiri berbalik menuju sisi tempat tidur.
Setelah mengambil gaun tidur itu, Safeea kemudian bergegas menuju ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya sebelum beristirahat.
Tak lama kemudian pintu kamar mandi perlahan terbuka, dan membuat Safeea melangkah keluar dengan langkah hati-hati. Rambutnya yang basah tergerai lembut hingga menutupi sebagian bahunya, sementara gaun tidur selutut berwarna biru lembut itu membalut tubuhnya dengan pas—tidak terlalu ketat, tapi cukup untuk menonjolkan lekuk indah tubuhnya yang selama ini tak pernah William perhatikan dengan detail.
....udah pasti kamu bakal hidup sangat berkecukupan.