NovelToon NovelToon
Koki Cantik Penyelamat Kaisar

Koki Cantik Penyelamat Kaisar

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Time Travel / Cinta Seiring Waktu / Masuk ke dalam novel / Mengubah Takdir / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Laila ANT

Han Qiu, seorang penggemar berat street food, tewas akibat keracunan dan bertransmigrasi ke dalam tubuh Xiao Lu, pelayan dapur di era Dinasti Song. Ia terkejut mendapati Dapur Kekaisaran dikuasai oleh Chef Gao yang tiran, yang memaksakan filosofi 'kemurnian'—makanan hambar dan steril yang membuat Kaisar muda menderita anoreksia. Bertekad bertahan hidup dan memicu perubahan, Han Qiu diam-diam memasak hidangan jalanan seperti nasi goreng dan sate. Ia membentuk aliansi dengan Kasim Li dan koki tua Zhang, memulai revolusi rasa dari bawah tanah. Konfliknya dengan Chef Gao memuncak dalam tuduhan keracunan dan duel kuliner akbar, di mana Han Qiu tidak hanya memenangkan hati Kaisar tetapi juga mengungkap kejahatan Gao. Setelah berhasil merestorasi cita rasa di istana, ia kembali ke dunia modern dengan misi baru: memperjuangkan street food yang lezat sekaligus higienis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laila ANT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dekrit Kedua

“Mereka berdebat seperti sekumpulan filsuf yang kelaparan!” bisik Li dengan napas terengah-engah. Ia baru saja menemukan Han Qiu di sudut terpencil halaman belakang, tempat para pelayan menjemur kain. Wajahnya memerah karena semangat dan kecemasan.

“Kau berhasil, Xiao Lu! Kau benar-benar berhasil! Laporan medisnya sudah keluar! Tiga kati! Seluruh sayap medis gempar! Ada yang bilang ini keajaiban, ada yang bilang ini sihir hitam, tapi yang jelas mereka semua bingung!”

Han Qiu, yang sedang memeras sehelai celemek dengan kekuatan penuh seolah sedang mencekik leher Chef Gao, berhenti sejenak. Secercah kelegaan yang hangat membanjiri dirinya, menyingkirkan hawa dingin dari ancaman Gao tadi pagi.

“Itu… itu berita bagus, Li.”

“Bagus? Ini berita terbaik sejak penemuan tahu!” seru Li.

“Ini bukti! Bukti nyata bahwa makananmu bekerja! Kita tidak gila! Kita tidak hanya mempertaruhkan leher kita untuk sepiring daging panggang! Kita sedang menyelamatkan dinasti!”

Tawa kecil yang kering keluar dari bibir Han Qiu.

“Kita juga baru saja kehilangan satu-satunya tempat kita bisa memanggang daging itu, kalau kau lupa.” Ia menunjuk ke arah halaman luas tempat para penjaga kini mondar-mandir mengawasi tumpukan arang yang menggunung seperti kuburan bagi revolusi mereka.

“Gao mungkin tidak punya bukti, tapi dia cerdas. Dia tidak perlu menemukan tikusnya kalau dia bisa membakar seluruh lumbung.”

Euforia Li sedikit meredup.

“Benar,” desahnya.

“Lalu… apa rencana kita selanjutnya? Kita tidak bisa berhenti sekarang. Yang Mulia…”

“Aku tahu,” potong Han Qiu. Ia memandang tangannya yang kapalan.

Ia telah memenangkan hati Kaisar, tetapi ia kalah dalam perang logistik. Ia butuh cara baru. Metode baru. Sesuatu yang tidak membutuhkan api arang yang berasap.

“Yang Mulia mengirimkan sesuatu untukmu,” kata Li tiba-tiba, merogoh ke dalam lengan bajunya yang longgar. Ia mengeluarkan sebuah sapu tangan sutra kuning, jenis yang hanya boleh digunakan oleh keluarga kekaisaran. Sapu tangan itu dilipat dengan rapi.

Han Qiu mengambilnya dengan hati-hati. Tidak ada tulisan, tidak ada sulaman rahasia. Hanya sapu tangan bersih.

“Apa ini?”

“Buka lipatannya,” desak Li, matanya berbinar.

Han Qiu membuka lipatan sapu tangan itu. Di tengahnya, tergeletak satu butir nasi. Nasi yang agak kering dan sedikit kekuningan, jelas bukan berasal dari mangkuk bubur Chef Gao yang putih steril. Itu adalah sisa dari nasi goreng pertamanya—kerak hitam yang dulu hampir membuatnya celaka. Tapi bukan itu pesannya.

“Dia menyimpannya?” bisik Han Qiu tak percaya.

“Itu simbolnya,” jelas Li.

“Tapi pesannya… pesannya verbal.” Li mencondongkan tubuhnya lebih dekat, suaranya turun menjadi bisikan yang sarat dengan permohonan dan perintah suci.

“Yang Mulia berkata, sampaikan pada Xiao Lu…”

Li berhenti sejenak, menelan ludah seolah kata-kata itu memiliki berat yang luar biasa.

“‘Tolong,’” lanjutnya, mengutip langsung kata-kata sang Putra Langit,

“‘buat aku merasa lapar lagi.’”

Sebuah getaran menjalari tulang punggung Han Qiu. Itu bukan lagi sekadar permintaan. Itu adalah sebuah mandat. Sebuah deklarasi perang terbuka yang didelegasikan kepadanya.

Semua keraguan dan ketakutannya menguap, digantikan oleh gelombang adrenalin yang familier. Rasa lapar. Ia mengerti rasa lapar. Ia hidup untuk itu.

Otaknya langsung berputar, memindai ribuan resep dari kehidupan modernnya. Sesuatu yang tidak butuh panggangan arang. Sesuatu yang bisa dibuat dengan panas yang lebih terkendali. Sesuatu yang aromanya bisa disamarkan. Sesuatu yang gurih, renyah, dan… digoreng.

“Baik,” kata Han Qiu, tekadnya mengeras seperti baja yang ditempa. Matanya berkilat dengan cahaya yang berbahaya.

“Kita akan membuatnya lapar. Kita akan buat dia begitu lapar sampai dia mau memakan singgasananya sendiri.” Ia meremas sapu tangan itu di tangannya.

“Kita akan membuat panekuk daun bawang. Renyah di luar, lembut di dalam. Dengan saus cuka hitam dan jahe.”

Mendengar kata ‘jahe’, wajah Li yang tadinya berseri-seri langsung berubah sepucat tahu yang direndam air. Ia mundur selangkah, menggelengkan kepalanya dengan panik.

“Tidak bisa,” desisnya, suaranya tercekat ngeri.

“Xiao Lu, kita tidak bisa.”

“Kenapa tidak?” tanya Han Qiu bingung.

“Jahe hanya butuh sedikit panas untuk mengeluarkan aromanya. Kita bisa menumisnya dengan cepat di wajan…”

“Bukan itu masalahnya!” potong Li, matanya membelalak ketakutan.

“Kau tidak dengar? Setelah kau pergi tadi pagi, Chef Gao mengeluarkan dekrit baru. Dekrit kedua hari ini.”

“Dekrit apa lagi?”

Li menatap Han Qiu dengan tatapan putus asa, seolah hendak mengumumkan akhir dunia.

“Untuk ‘memastikan kemurnian akar-akaran dan umbi-umbian suci di dapur kekaisaran’, mulai hari ini, semua jahe, bawang putih, dan bawang merah… harus direbus hingga lunak dan kehilangan semua ‘getah kasarnya’ sebelum boleh disentuh oleh juru masak.”

Mendengar dekrit kedua itu, tentang merebus semua jahe hingga lunak dan kehilangan ‘getah kasarnya’, Li merasa nyalinya benar-benar putus. Itu bukan lagi sekadar larangan, itu adalah deklarasi perang terhadap semua yang beraroma, sebuah upaya pembantaian massal terhadap indra penciuman.

Han Qiu, di sampingnya, hanya menghela napas panjang, tatapannya kosong menatap langit fajar yang kini telah sepenuhnya jingga. Revolusi rasa mereka, yang baru saja mencicipi kemenangan manis, kini terancam jadi bubur hambar.

“Kita harus menemukan cara lain,” bisik Han Qiu, suaranya terdengar lebih seperti erangan.

Li menggelengkan kepalanya dengan putus asa.

“Cara lain apa lagi? Chef Gao sudah seperti dewa yang cemburu. Setiap kali kita membuat Kaisar tersenyum, dia menghukum kita dengan dekrit baru. Sebentar lagi, dia akan melarang kita bernapas karena takut mengkontaminasi udara istana dengan ‘getah kasar’ dari paru-paru kita!”

Dan seolah-olah langit mendengar keluhan Li, tepat saat itu, seorang pelayan senior yang dikenal sebagai suruhan pribadi Chef Gao mendekat, wajahnya tanpa ekspresi.

“Kasim Li,” panggilnya, suaranya datar seperti lantai marmer.

“Chef Gao memanggil Anda. Sekarang juga.”

Jantung Li mencelos hingga ke lutut. Ia melirik Han Qiu, matanya memohon bantuan. Han Qiu hanya bisa memberinya tatapan prihatin, yang entah kenapa, bukannya menenangkan, malah membuat Li merasa seperti domba yang diantar ke tukang jagal.

“Untuk… untuk apa, ya?” tanya Li, suaranya tercekat.

Pelayan itu hanya mengangkat bahu.

“Beliau hanya berkata, Yang Mulia Kepala Koki memiliki beberapa pertanyaan tentang ‘kebiasaan makan yang baru-baru ini diamati’ oleh Kaisar. Sepertinya Anda adalah kasim yang paling sering terlihat di sekitar kamar Yang Mulia, bukan?”

Li menelan ludah.

Sialan.

Tentu saja Gao mencurigainya. Siapa lagi yang bisa menjadi perantara antara Kaisar dan makanan terlarang? Li adalah satu-satunya jembatan antara dunia rasa dan dunia hambar yang dikuasai Gao. Ia adalah mata rantai terlemah, sekaligus yang paling vital.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!