NovelToon NovelToon
Pernikahan Palsu Dadakan

Pernikahan Palsu Dadakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Volis

Adriella menjalani hidup penuh luka dalam balutan kemewahan yang semu. Di rumah milik mendiang ibunya, ia hanya dianggap pembantu oleh ayah tiri dan ibu tirinya. Sementara itu, adik kandungnya yang sakit menjadi satu-satunya alasan ia bertahan.

Demi menyelamatkan adiknya, Adriella butuh satu hal, warisan yang hanya bisa dicairkan jika ia menikah.

Putus asa, ia menikahi pria asing yang baru saja ia temui: Zehan, seorang pekerja konstruksi yang ternyata menyimpan rahasia besar.

"Ini pasti pernikahan paling sepi di dunia,” gumam Zehan.

Adriella menoleh pelan. “Dan paling sunyi.”


Pernikahan mereka hanyalah sandiwara. Namun waktu, luka, dan kebersamaan menumbuhkan benih cinta yang tak pernah mereka rencanakan.

Saat kebenaran terungkap dan cinta diuji, masihkah hati memilih untuk bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Volis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21. Complain

Langit malam sudah gelap ketika Adriella dan Zehan tiba kembali di rumah. Setelah makan malam di luar, mereka berjalan beriringan melewati jalanan perumahan yang mulai sepi. Sesampainya di depan rumah, Zehan membuka pintu dengan hati-hati.

Di dalam rumah, Alessia duduk di sofa ruang tamu, menonton televisi sambil memainkan ponselnya. Begitu mendengar suara pintu terbuka, ia langsung menoleh. Dilihatnya Adriella dan Zehan berjalan masuk sambil bergandengan tangan.

“Lama banget,” gumamnya sambil bangkit dari duduk.

Adriella tersenyum. “Maaf ya, kita agak kelamaan di luar.”

“Seharian, lebih tepatnya,” ujar Alessia dengan nada menyindir, meski senyum tipis menghiasi wajahnya.

“Kami mampir ambil pesanan kamu juga, nih,” ujar Zehan sambil mengeluarkan kotak kue dari kantong kertas.

Adriella menyerahkannya pada Alessia. “Yang kamu pesan tadi pagi. Untung masih kebagian.”

Alessia menerima kotak itu lalu memeriksa isinya sebentar. “Akhirnya,” ujarnya pelan, lalu melirik mereka berdua. “Ya udah, aku maafin keterlambatannya. Tapi minggu depan kalau kalian mau jalan lagi, aku bakal ikut juga.”

Zehan tertawa pelan. “Yakin?"

Alessia melihat tawa buruk Zehan tiba-tiba menggelengkan kepala. "Enggak jadi deh, tapi aku pasti bakal minta dibeliin sesuatu yang lebih mahal."

Siapa yang mau jadi bola lampu. Pikir Alessia.

Mereka bertiga duduk sejenak di ruang tamu. Televisi masih menyala di latar, dan meski hari sudah larut, suasana rumah terasa hangat. Tidak ada ketegangan, hanya percakapan ringan dan kelegaan karena kembali ke rumah setelah hari yang panjang.

Malam itu ditutup tanpa banyak kata, cukup dengan kehadiran yang tulus dan senyum yang tulus pula.

🍁🍁🍁

Keesokan harinya, Adriella tiba di kantor lebih pagi dari biasanya. Ia duduk di meja kerjanya, menyalakan laptop, dan mengecek email seperti biasa. Kopi hangat di sebelahnya bahkan belum sempat disentuh saat satu notifikasi baru muncul.

Dari: Clara – Velveta Production Head

Subjek: URGENT – Kualitas Kain Batch Pertama

Adriella langsung duduk tegak dan membuka email itu dengan jantung sedikit berdebar.

"Selamat pagi,

Kami sudah melakukan quality check pada batch kain pertama yang diterima dua hari lalu. Sayangnya, kami menemukan beberapa kain yang mudah sobek dan teksturnya tidak sesuai dengan sampel awal.

Kami perlu penjelasan secepatnya karena ini menyangkut standar kami. Untuk sementara, proses produksi di sisi kami kami tunda sampai bahan bisa diganti atau diperjelas kualitasnya.

Mohon segera tindak lanjut.

Terima kasih, Clara – Velveta Production Head"

Adriella menatap layar cukup lama. Ia yakin betul bahan-bahan itu telah melalui pemeriksaan. Bahkan ia sendiri turun langsung ke gudang saat pengemasan.

Segera ia berdiri, mengambil map catatan pengecekan bahan dan menuju gudang untuk memeriksa ulang daftar kode batch. Ada ketidaksesuaian. Beberapa kode tidak cocok dengan yang ia masukkan ke dalam sistem.

Pikirannya berputar cepat.

“Aku yang periksa, tapi kenapa bisa beda?”

Adriella mengerutkan dahi. Dia mengingat proses pengecekan terakhir sebelum pengiriman dan memikirkan bagaimana Bara selalu menganggunya saat sedang memeriksa.

Apakah ini ada hubungannya dengan Bara?

Daripada tinggal di sini berpikir tanpa menemukan jawaban, Adriella memutuskan untuk memeriksa ke gudang lebih dulu.

🍁

Adriella baru saja kembali dari gudang dan hendak masuk ke ruang kerjanya ketika pintu kantor utama terbuka lebar. Bastian melangkah masuk dengan wajah tegang dan nada langkah yang berat.

“Adriella!” panggilnya lantang.

Langkah Adriella terhenti. Ia menoleh cepat dan melihat pria paruh baya itu berjalan langsung ke arahnya, ekspresi wajahnya jelas tidak bersahabat.

“Masuk ke ruanganku. Sekarang,” ucap Bastian tajam.

Adriella mengangguk singkat dan mengikuti Bastian ke dalam ruang kerjanya. Begitu pintu tertutup, Bastian langsung meletakkan tablet di atas meja. Layar menampilkan email dari Clara, email yang sama yang dibaca Adriella pagi tadi.

“Apa maksudnya ini?” tanya Bastian dingin. “Kain rusak? Produksi ditunda? Mereka bahkan mengancam akan mengevaluasi ulang kerja sama kalau ini nggak segera diselesaikan!”

Adriella tetap berdiri tegak meski hatinya berdebar. “Saya juga baru menerima email itu pagi ini. Saya sedang menelusuri penyebabnya, Pak. Ada ketidaksesuaian kode batch di gudang.”

“Ketidaksesuaian?” Bastian mengulang dengan suara meninggi. “Kamu sendiri bilang sudah cek semua bahan sebelum dikirim, kan?”

“Saya memang turun langsung, Pak. Tapi saat itu saya sempat diganggu oleh Bara. Dia datang ke gudang tanpa alasan yang jelas, mengajak bicara cukup lama, dan membuat saya tidak sempat memeriksa semua batch. Saya mulai curiga mungkin dia tahu sesuatu, atau bahkan terlibat dalam penggantian bahan ini.”

Bastian mengerutkan kening, ekspresinya berubah dari marah menjadi heran. “Bara? Kamu yakin? Dia memang suka iseng, tapi saya rasa dia tidak akan sejauh itu.”

"Bisa saja kan Pak, Bara ingin memfitnah saya dan mengeluarkan saya dari perusahaan," argumen Adriella.

“Apakah kamu mengatakan ini hanya karena ingin mengalihkan tanggung jawab? Ini proyek penting, Adriella! Gagal sedikit saja, reputasi kita bisa hancur. Aku nggak mau dengar alasan,” hardik Bastian.

Adriella menunduk sejenak, lalu berkata pelan namun tegas, “Saya mengatakan itu bukan karena tidak ingin bertanggung jawab. Saya pasti akan bertanggung jawab dan mencari tahu siapa yang melakukan sabotase. Tapi saya minta waktu untuk menyelidikinya, Pak.”

Bastian terdiam, masih menatap tajam, lalu akhirnya mendesah berat.

“Aku beri kamu waktu dua hari. Bereskan ini. Kalau tidak.”

Kalimat itu menggantung, tapi cukup jelas maknanya.

Adriella mengangguk. “Baik, Pak.”

Ia keluar dari ruangan itu dengan dada sesak, tapi langkahnya mantap. Ia tahu ini bukan hanya tentang pekerjaannya.

Ini soal harga dirinya. Dan ia tidak akan tinggal diam.

🍁🍁🍁

Setelah meninggalkan ruangan Bastian, Adriella berjalan ke ruang pengawasan dengan pikiran penuh. Sesampainya di sana dia meminta seorang teknisi bernama Rio menemani Adriella di ruangan pengawasan. Mereka mulai menelusuri rekaman malam pengemasan batch terakhir.

“Coba tampilkan CCTV dalam gudang tiga hari yang lalu,” pinta Adriella.

Rio mengetik cepat di komputernya, tapi layar hanya menampilkan pesan eror. “Maaf, Bu. Kamera dalam gudang rusak sejak empat hari yang lalu. Kami sudah laporkan, tapi belum sempat diperbaiki.”

Dahi Adriella mengernyit. “Empat hari lalu? Jadi waktu pengemasan itu tidak terekam?”

Rio mengangguk. “Sayangnya begitu, Bu."

“Kalau begitu, coba kita lihat kamera gerbang. Siapa saja yang keluar-masuk malam itu.”

Rio berpindah ke rekaman gerbang utama. Mereka mempercepat tayangan hingga mendekati waktu yang diinginkan. Tak lama, Adriella menunjuk layar.

“Stop di situ.”

Tampak Andre keluar dari area gudang dan berjalan cepat ke arah gerbang. Beberapa menit kemudian, sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan pintu masuk.

Andre membuka pintu belakang dan masuk.

Adriella menyipitkan mata. “Perbesar bagian plat mobilnya.”

Rio memperbesar tampilan.

Adriella terdiam beberapa detik, lalu bergumam, “Itu mobil Bara.”

Matanya menegang. Semua potongan mulai menyatu di pikirannya. Sekarang ia tahu siapa yang harus dihadapi.

Dari ruangan itu, ia kembali ke ruang kerjanya dan mulai menyusun strategi. Ia tidak akan gegabah, tapi juga tidak akan tinggal diam.

1
Mar lina
coba orang tua Zehan
menyelidiki tentang menantunya
yg blm mendapat restu...
pasti bakal kaget...
lanjut thor ceritanya
Mar lina
emak sama anak
sama" gak tahu malu...
padahal mereka cuma numpang hidup...
yg punya kendali & peran penting adalah pemilik sah nya...
lanjut thor ceritanya
Mar lina
ya ampun bara...
semoga Pak Bastian
menendang kamu...
setelah melihat bukti...
Mar lina
semoga Bastian
murka terhadap Bara
setelah menerima buktinya...
lanjut thor ceritanya di tunggu up nya
aku sudah mampir...
dan baca sampai part ini...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!