NovelToon NovelToon
Menuju Sukses Bersama Ayahku

Menuju Sukses Bersama Ayahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:883
Nilai: 5
Nama Author: Monica Wulan

seorang anak perempuan bercita-cita untuk sukses bersama sang ayah menuju kehidupan yang lebih baik. banyak badai yang dilalui sebelum menuju sukses, apa saja badai itu?

Yok baca sekarang untuk tau kisah selanjutnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica Wulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kerja

Mentari pagi menyelinap malu-malu di balik jendela kost sederhana Aisyah dan Caca. Udara kota yang masih sejuk menyapa kulit mereka. Aroma kopi dan roti panggang yang baru saja diangkat dari atas kompor memenuhi ruangan kecil itu, menciptakan suasana hangat dan nyaman. Aisyah, dengan rambutnya yang masih sedikit berantakan, menyeruput kopinya pelan, matanya menatap sendu sepotong roti di piringnya. Hari ini, ia akan memulai babak baru dalam hidupnya yaitu mencari pekerjaan.

"Sya,makannya cepetan dong! Nanti kamu telat nyari kerja nya gimana?," Caca menyikut pelan lengan Aisyah sambil menyuap roti panggangnya.

Aisyah nyengir, "Sabar dong, Ca. Ini lagi mikir strategi jitu dapetin kerjaan. Yang penting dapet kerja aja, nggak harus yang kantoran karna aku sadar diri ca cuma tamat SMA di desa hihi."

Caca tertawa lepas, "Yang penting kerja kan? Gampang lah! Asal kamu mau usaha. Jangan lupa, ini kota besar sya bukan desa kita. Orang-orangnya... agak-agak gimana gitu, tau sendiri kan?"

Aisyah mengangguk sambil mengunyah rotinya, "Iya, iya. Aku udah siapin mental baja. Tapi tetep deg-degan juga, sih. Gimana kalo aku nggak dapet kerja apa pun ca?"

"Jangan ngomong gitu sya,ntar beneran nggak dapet gimana coba? Jangan negatif thinking gitu dong! Kamu kan rajin, ramah,cantik dan... eh, apa lagi ya? Pokoknya kamu pasti bisa!" Caca menyemangati dengan semangat yang luar biasa.

"Makasih, Ca. Kamu selalu tau cara nge-boost mood aku," Aisyah tersenyum, "Tapi beneran nih, aku agak khawatir. Kalo aku nggak dapet kerjaan sebelum kuliah mulai minggu depan gimana? Pelayan pun gapapa Udah cukup bersyukur dapet kerja yang penting halal."

Caca meletakkan rotinya, menatap Aisyah dengan serius, "Tenang aja, Say. Kita doain bareng-bareng. Yang penting usaha dulu Aku doain kamu dapet kerjaan yang sesuai sama kemampuan kamu, yang gajinya cukup buat hidup, terus kerjanya nggak bikin kamu stress oke besti ku. "

Aisyah tertawa, "Aamiin! Itu udah cukup banget, Ca."

"Iya, iya. Pokoknya semangat ya, Sya! Jangan lupa telepon aku kalo ada apa-apa. Atau kalo udah dapet kerjaan, traktir aku yaaa!" Caca kembali tersenyum lebar, matanya berbinar.

"Deal! Tapi kalo aku nggak dapet kerjaan, kamu yang traktir aku okey? " Aisyah menaikkan sebelah alisnya, menantang.

Caca tertawa, "Oke, oke. Tapi aku tetep doain kamu dapet kerjaan, ya!"

"Makasih banyak, Ca. Kamu memang sahabat telbaik acuuu!" Aisyah memeluk Caca sebentar, rasa khawatirnya sedikit berkurang berkat semangat yang diberikan sahabatnya.

Matahari Palembang siang itu terasa begitu menyengat. Aisyah berjalan kaki menyusuri trotoar yang ramai, keringat membasahi dahinya. Beberapa toko kecil ia masuki, menanyakan lowongan pekerjaan, namun selalu mendapat jawaban yang sama: "Maaf, Mbak, saat ini kami tidak membutuhkan karyawan." Kecewa, tapi tak patah semangat, Aisyah melanjutkan pencariannya. Sampai akhirnya, kelelahan menyergapnya. Ia duduk di halte bus yang teduh, mengeluarkan map berisi ijazah SMA-nya. Ia membuka map itu, matanya menatap foto dirinya yang masih polos di foto ijazah, lalu ia memejamkan mata, berdoa memohon kemudahan dari Allah SWT.

“Ya Allah, mudahkanlah langkahku dalam mencari pekerjaan. Berikanlah rezeki yang halal dan berkah untukku. Aku pasrahkan semuanya kepada-Mu.” Doanya lirih, diiringi isak tangis haru.

Tiba-tiba, ia merasakan seseorang duduk di sampingnya. Seorang wanita berambut pendek, tampak ramah dengan senyum yang menenangkan. Wanita itu menyodorkan sebotol air mineral.

"Hey, minum dulu. Kelihatannya kamu cape banget." ujar wanita itu lembut.

Aisyah terkejut, lalu tersenyum, "Terima kasih, Bu. Saya memang agak lelah." Ia menerima botol air mineral itu dan meneguknya dengan rasa syukur.

Wanita itu mengamati Aisyah yang masih tampak lesu. "Kamu namanya siapa? Dan... maaf kalau saya kepo, Kamu lagi cari kerja, ya?" tanyanya dengan nada yang sangat halus.

Aisyah mengangguk, "Saya Aisyah, Bu. Iya, saya lagi cari kerja. Sudah keliling dari pagi, tapi belum ada yang cocok." Ia menunjukkan map berisi ijazahnya.

Wanita itu tersenyum simpul. "Hmm kebetulan sekali, Saya punya toko baju di dekat sini, lagi butuh karyawan. Gimana kalau kamu kerja di toko saya?"

Aisyah tertegun. "Benaran Bu? Saya... saya bersyukur sekali kalau memang diberi kesempatan," jawabnya dengan suara bergetar menahan haru.

"Iya, kamu bisa jadi karyawan saya. Toko saya masih kecil, sih, tapi cukup untuk menghidupi. Gaji juga cukup, ditambah bonus kalau penjualannya bagus. Bagaimana, kamu tertarik?"

Aisyah mengangguk cepat, "Sangat tertarik, Bu! Terima kasih banyak, Bu. Saya tidak menyangka akan secepat ini mendapatkan pekerjaan." Ia hendak memberikan map berisi ijazahnya.

Wanita itu menggeleng, "Nggak usah, Mbak. Ijazah nanti saja. Yang penting kamu mau langsung kerja sekarang? Kita ke toko saya saja, yuk. Saya yakin kamu bisa!"

Aisyah tercengang. "Sekarang juga, Bu? Saya... saya belum siap," ucapnya, masih tak percaya dengan keberuntungan yang datang secara tiba-tiba.

Wanita itu tertawa kecil, "Tenang saja, Mbak. Santai aja. Kita langsung ke toko, nanti saya kenalkan sama karyawan yang lain. Lagian, kamu juga terlihat rajin dan jujur. Saya yakin kamu bisa cepat beradaptasi." Ia meraih tangan Aisyah dan membantunya berdiri.

Aisyah masih merasa seperti mimpi, namun rasa syukur dan kebahagiaan memenuhi hatinya. Ia mengikuti wanita itu, langkahnya terasa ringan, kelelahannya seakan sirna seketika. Hari ini, ia tidak hanya menemukan pekerjaan, tapi juga sebuah keajaiban yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ia bersyukur kepada Allah SWT atas segala kemudahan dan pertolongan-Nya.

"*Alhamdulillah ya allah akhirnya kau memberikan hamba-Mu ini petunjuk, Terima kasih ya allah. " ucap aisyah*

Mereka berjalan kaki menuju toko baju. Sepanjang perjalanan, Aisyah masih merasa seperti mimpi. Bu Murni, menjelaskan tentang pekerjaannya nanti.

"Nanti di toko, kamu akan bantu ibu di bagian penjualan dan melayani pelanggan. ibu sendiri biasanya di kasir," jelas Murni sambil tersenyum ramah. "Pernah kerja sebelumnya, Kamu?"

Aisyah mengangguk, "Pernah, Bu. Di desa aku, aku pernah jadi kasir di warung milik bude rita . Jadi, aku sedikit tau tentang kasir dan melayani pelanggan."

"Oh, bagus dong! Jadi, kamu sudah punya pengalaman. Desa kamu di mana?" tanya Murni penasaran.

"Desa Mekar Asri, Bu," jawab Aisyah.

Murni tiba-tiba berhenti melangkah, matanya membulat. "Mekar Asri? Kamu... kamu kenal Ela, nggak? Adik aku, dia ustadzah disana. "

Aisyah juga tertegun, "Ustadzah Ela? Yang... yang cantik dan masih muda itu bu?"

Murni mengangguk, "Iya, dia! Kok kamu kenal?"

Aisyah tersenyum lebar, "Bu Murni, Ustadzah Ela itu guru ngaji aku di desa sedari kecil Beliau baik sekali, Bu. Aku masih ingat beliau mengajari aku membaca Al-Quran."

Murni tertawa kecil, "Wah, ternyata dunia memang sempit, ya! Nggak nyangka, kamu ternyata kenal sama adik aku. Ela memang orangnya baik hati, dia sering cerita tentang desanya. Dia sering cerita kalo tinggal di desa dia merasa lebih awet muda karna nggak kena polusi udara hahaha. "

"Iya, Bu. Desa Mekar Asri memang sangat indah dan damai. Semua orang saling kenal dan membantu satu sama lain," kata Aisyah, rindu akan desanya tiba-tiba menyeruak.

"Iya, aku juga sering ke sana waktu kecil. Sekarang sudah jarang karena kesibukan. Eh, kamu, selain jadi kasir di warung , pernah kerja lain lagi nggak?" tanya Murni sambil melanjutkan langkahnya.

"Belum, Bu. Setelah lulus SMA, aku langsung fokus untuk cari kerja di sini sambil kuliah. Aku mau mandiri dan membantu orang tua," jawab Aisyah.

"Bagus, Kamu. Sikap seperti itu patut diacungi jempol. Kamu orangnya rajin dan tekun, ibuu yakin kamu akan cepat beradaptasi di toko ibu. Nanti ada yang ngajari semuanya, kok. Jangan ragu untuk bertanya kalau ada yang tidak dimengerti," kata Murni menyemangati.

"Terima kasih, Bu Murni. Aku akan berusaha sebaik mungkin," jawab Aisyah. Ia merasa sangat beruntung telah bertemu dengan Bu Murni. Tak hanya mendapatkan pekerjaan, ia juga menemukan sebuah ikatan tak terduga melalui kenangan bersama Ustadzah Ela. Perjalanan menuju toko baju yang awalnya terasa berat, kini terasa begitu ringan dan dipenuhi rasa syukur.

JANGAN LUPA LIKE DAN IKUTI YA GUYS, AUTHOR KEMARIN SIBUK KERJA JADI BARU UP❤

1
caca
cocok deh adik kakak nggak beres thor
caca
astagah ampunn bik otak mu
caca
bik zulaika sumpah ngeselin /Panic/
Proposal
Bagus Kaka🌟💫, jangan lupa mampir karyaku juga yaa🥰🙂‍↔️
Titus
Karakternya juara banget. 🏆
Monica Wulan: makasih kak udah mampir di cerita baruku
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!