“Arghhhhkkkk mayaaaat!!!’’
Tumini yang sedang mencari rumput untuk makanan ternaknya, tiba-tiba saja mencium aroma busuk dari sekitarannya. Dia yang penasaran meski takut juga memberanikan diri masuk ke kebun lebih dalam.
Saat asik mencari sumber bau busuk, Tumini di buat shock berat karena melihat mayat yang menggantung di pohon cengkeh.
Bagian dada kiri terdapat luka bolong lumayan besar, bagian kaki terus mengucurkan darah, mayatnya juga sudah tidak di kenali.
Apa yang terjadi di kampung Kabut Surem? akankah kematian misterius bisa terpecahkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerasukan
Sampai di gerbang, Ningrum berteriak memanggil Ambar. Wanita ini terlihat begitu riang sekali, berbeda dengan Darma, pria ini kentara sekali khawatir pada keponakannya. Ini sampai disambut di gerbang saking cemasnya.
"Kamu baik-baik saja Mbar?’’ tanya Darma sambil melihat keadaan Ambar, takut ada yang luka atau cidera.
"Ah om, berlebihan sekali. Aku nggak apa-apa kok ini’’ jawab Ambar sungkan dan terharu juga.
“Mana daun Bidara nya Mbar?’’ tanya Ningrum cepat antusias.
“Maaf Tante, daun nya sama ustadz Mumtaz.’’
“Loh, kok di berikan padanya sih?!’’ Ningrum kelihatan tak senang.
“Mama ini apa-apaan sih!?. Ambar baru pulang loh ini ma semenjak seminggu berlalu, tapi mama malah bertanya tentang yang lain. Dia juga nggak ada bekal makanan sama sekali, kok mama nggak khawatir?’’ timpal Dimas yang tak suka melihat cara Ningrum ini.
“Bukan begitu nak, mama terlalu fokus khawatir mikirin kamu’’ sesal Ningrum.
"Maafkan Tante ya Mbar’’ lanjutnya lagi sambil memeluk keponakan nya.
“Nggak apa-apa kok Tan, Ambar juga ngerti perasaan Tante. pasti cemas sekali melihat kak Dimas sakit sperti kemarin.’’ Ambar sangat maklum, karena Almarhumah mamanya juga begitu ketika dirinya demam dulu, ini apalagi Dimas yang sakit luar biasa sekali.
“Ya udah, mending kamu istirahat dulu aja, Nanti kita makan malam bersama’’ Ningrum mengelus kepala Ambar.
Ambar langsung masuk kamarnya, tampak kamar sepi. Terdengar riuh di kamar Dimas. Mungkin saja Della juga disana, jadi Ambar memilih untuk istirahat saja dulu. Setelah bersih dan sholat magrib, Ambar berbaring sambil bermain sosmed. Tiba-tiba saja teringat ucapan Dimas mengatakan Dirinya seminggu di hutan. sungguh tak masuk akal sekali, karena rasanya baru kemarin Dirinya di antarkan oleh ustadz Mumtaz. Dan lagi ucapan Sekar dan ustadz Mumtaz sama-sama memperingati agar jangan menceritakan apa pun pada orang rumah, seakan orang rumah ini berbahaya.
Tak lama terdengar pintu kamar di ketuk.
"Ambar, Tante masuk ya?!’’ ucap Ningrum dari luar.
"Iya Tante.’’ balasnya.
Ningrum langsung masuk, lalu kembali mengunci pintu. Ambar mengernyit kening heran, tak pernah Tante nya begini. Tapi Ambar memilih diam saja, menunggu apa yang akan Tante nya lakukan.
"Kapan ustadz Mumtaz datang mengobati Dimas?’’ Ningrum masih berdiri.
“Mungkin besok malam Tan, kan malam Jum'at Kliwon’’ jawab Ambar, membuat wajah Ningrum pias.
"Ouh ya sudah, ayo kita makan di bawah. Om kamu pasti udah menunggu juga itu’’ Ambar hanya mengangguk. Kedua nya turun ke bawah, di ikuti juga Dimas dan yang lain.
.
Ningrum langsung menyendokkan nasi ke piring Darma, tak lupa lauk dan sayurnya. Selesai berdo'a mereka mulai makan.
“Ma, besok malam ada kuda lumping dan reog di lapangan. Aku mau pergi kesana’’ ucap Denis disela makannya.
"Kamu mau pergi sama siapa memangnya, kak Dimas besok malam mau di obati, lagipula kampung ini lagi rawan dek’’ jawab Darma yang ingat kematian tragis Kardi dan Parjo.
“Itu kan orang dewasa Pa, nggak apa-apa lah. Nanti minta di temani sama Yuda atau Ferdi saja, aku mau lihat juga ah, udah lama nggak lihat reog’’ timpal Ningrum, karena waktu gadis pernah masuk sanggar itu.
“Kok Yo mau keluar kalian ini, kan besok malam pengobatan Dimas.’’ Darma ajak kesal juga saat ini.
“Nggak apa-apa pa, aku juga nggak sakit lagi kok ini’’ Dimas menengahi.
Darma akhirnya memberi izin, sementara Arum hanya diam. Gadis itu asik main boneka.
“Eh kok ada boneka, dapat dari mana dek?’’ tanya Della yang sejak tadi hanya asik makan.
"Arum ketemu setelah memberikan makan ikan’’ jawab Arum.l
Sedangkan Ambar menatap intens mata kelam boneka itu. Terlihat seperti ada nyawa, sehingga mata itu tampak seram jika dipandangi lama.
Setelah makan malam, keluarga ini berkumpul diruang tamu. Hanya Della yang tak ikut ngumpul, entah kenapa bagus itu menjadi diam akhir-akhir ini. Melihat Della masuk kamar, Ambar menyusul. Hati penasaran juga, Ambar pikir sepupunya itu sedang dilanda masalah tapi sungkan untuk berbagi.
Ambar masuk kamar, Della sedang menyisir rambut di depan meja rias. Menyisir pun terlihat lemah gemulai sekali, dan matanya menatap lurus ke cermin dihadapannya.
"Kamu kok jadi pendiam gini semenjak aku pulang? Biasanya juga paling cerewet.’’ ucap Ambar membuka obrolan.
Della tak menanggapi, gadis ini sibuk menyisir rambutnya. Melihat Della yang hanya diam saja, Ambar mendekatinya.
“Kamu kenapa sih Del, jika ada masalah itu cerita. Aku loh jadi bingung!’’ Ambar tentu tak nyaman dengan kondisi ini, bukan hanya satu rumah Meraka juga sekamar. Jadi agak lain rasanya jika saling acuh.
“Jangan dekati Mumtaz!’’ bentak Della menatap dengan mata hitam penuh. Suara nya juga terdengar berbeda.
Braaaaakk prakkkk!!!
Semua perkakas berhamburan kelantai karena amukan Della.
“Hah?!’’ Ambar bukan main kagetnya.
“Jangan ikut campur masalah keluarga bangat ini!! Hahahaha. Kamu akan terkejut setelah mengetahui faktanya!’’ Della tertawa keras, lalu jatuh.
Bughhhh!!!!!
“Della! Ya Allah bangun!’’ Ambar berusaha membangunkannya dari jarak jauh, karena takut Della brutal seperti tadi.
“Ya Allah ini kenapa?’’ Darma mendekati anaknya.
"Kamu kok diam saja Mbar?! Malah terpaku disitu membiarkan Della pingsan begini!’’ ketus Ningrum.
Ambar tersentil hatinya mendengar ucapan Ningrum yang pedas itu. Dari keluarga ini di bawa oleh almarhum papa nya ke Jakarta hingga, mama papa nya meninggal dan mereka kembali ke kampung, baru kali ini Tante nya bicara ketus dan menusuk begini. Pokoknya sejak dirinya masuk hutan dan kembali kerumah, orang rumah ini mulai aneh perlakuannya. Darma malah semakin perhatian padanya.
Dalam kebingungannya, Ambar turun ke bawah untuk mengambil minum.
"Ada apa Mbar ribut-ribut di atas?’’ tanya Dimas yang mengambil cemilan kulkas.
“Della pingsan kak’’ Ambar buru-buru membawa minuman kembali atas. Dimas yang kaget juga ikut menyusul.
Tiba di kamar terlihat Della sudah sadar, tapi terlihat masih linglung. Ningrum terus mengelus kepala dan punggung anaknya supaya Della tenang.
“Ini Tan’’ Ambar memberikan gelas pada Ningrum, lalu di sambut wanita itu.
"Ini nak, diminum dulu biar lebih tenang’’ ucap Ningrum.
Pranggggggg!!!!!
Gelas langsung pecah di lantai karena di sepak Della. Ambar sudah ketar-ketir mengira Della masih kerasukan, rasa trauma yang tadi belum hilang ini malah kembali terlihat mengamuk.
“Aku nggak haus!'’ ketusnya lalu berbaring membelakangi mereka semua.
Ambar melongo melihat reaksi Della yang terlalu berlebihan jika memang tak haus bisa menolak baik-baik, tak perlu membanting gelas segala. Jelas ini bukan kerasukan, karena suaranya biasa saja. Tidak seperti tadi suara aneh dan mata hitam pekat.
.
.
Apa yang terjadi pada Della dan keluarganya?
Pantengin terus ya guys🤗
Jangan lupa like , vote dan komentarnya🙏🫰