NovelToon NovelToon
PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ranimukerje

Istri kedua itu memang penilaiannya akan selalu buruk tapi tidak banyak orang tau kalau derita menjadi yang kedua itu tak kalah menyakitkannya dengan istri pertama yang selalu memasang wajah melas memohon simpati dari banyak orang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Awal kehancuran

"Mama"

Kening wisnu berkerut saat melihat sosok ibunya muncul.

"Mama bawa makan siang."

"Kok repot repot segala, aku bisa minta leon atau anggi untuk pesan."

"Febri yang masak."

"Bukannya dia ada pemotretan?"

Dewi mengangguk sambil menyiapkan makanan diatas meja.

"Sebelum pergi dia masak. Katanya pengen banget ayam goreng lengkuas sambal sama lalapan."

Wisnu mendekat. Aroma ayam goreng diatas meja begitu menggugah selera ditambah lalapan dan juga sambal seketika air liur wisnu menggenang.

"Enak loh, mama tadi udah cicip tapi sampai nambah nasi."

Dewi tergelak menertawai dirinya sendiri karena memang benar niat hati hanya ingin mencicip tapi malah jadi makan dan sampai tambah nasi segala.

Ceklek

Lim kusuma muncul, jas sudah tak melekat ditubuhnya. Kemejanya bahkan sudah digulung sampai sebatas siku tapi dasi masih terpasang rapih.

"Papa ayo makan, ini febri masak enak."

Wisnu tak pernah melihat ibu bersemangat seperti sekarang atau lebih tepatnya wisnu sudah lupa kapan terakhir kali melihat sang ibu begitu antusias akan satu hal. Dan sekarang, dewi begitu bahagia hanya karena membawakan bekal masakan rumah dan itu febri yang memasak.

"Febri ga ikut?" Tanya lim kusuma saat sudah mencuci tangannya.

Sepertinya lim kusuma sudah tau menu makan siang kali ini mengharuskan mereka mrnggunakan tangan langsung dan ibunya pasti sudah mengabari sang ayah, begitulah batin wisnu sambil dirinya bangun menuju wastafel untuk mencuci tangan juga.

"Ada pemotretan, tapi katanya ga lama. Nanti dari sini mama jemput mau ketemu temen arisan. Ga nyangka mama ajakin febri langsung mau tanpa nolak nolak."

Lim kusuma tersenyum, melihat bagaimana semangatnya sang istri membuat hatinya lega. Walau salah karena menduakan cinta tapi tetap saja ada setitik kebaikan yang terjadi dalam hidup mereka.

Wisnu yang tadinya menjauh sudah mau kembali dan rumah yang tadinya begitu sepi bahkan muram jadi memiliki cahaya kembali. Dewi kerap tersenyum dan itu karena febri.

.

.

.

Kembali pada febri yang ada di club siang itu.

"Tumben banget siang bolong ngajak kesini?"

Nara hanya mengedikkan bahu tanda acuh. Tangannya memutar gelas yang berisikan minuman berbau menyengat. Tubuhnya belum benar benar pulih dari demam tapi nara sudah duduk diclub dengan gelas ditangan. Apa yang sebenarnya sedang mengusik ketenangan seorang nara putri hermanto.

"Ra"

Namanya dipanggil, nara menoleh kesamping dimana dua temannya duduk.

"Gimana rasanya punya madu? Hmm, maksud ku kamu membagi suami dengan wanita lain. Lebih ke ya sensasinya ....."

Kening nara saling bertautan. Bingung lebih tepatnya nara tak paham dengan arah pembicaraan yang temannya maksud.

"Ck, gitu aja ga ngerti. Maksud heti itu gimana rasa nina ninu lagi sama suami kan wisnu udah ada istri lain."

Deg

Seketika jantung nara berpacu lebih cepat, napasnya bahkan hampir sesak. Kalau tak diingatkan nara mungkin lupa. Terhitung sudah hampir 2 minggu, sudah hampir 2 minggu wisnu menikahi febri dan dirinya belum pernah lagi disentuh oleh sang suami bahkan nara sampai lupa kapan terakhir kalinya dirinya dan wisnu saling menyatu. Padahal setau nara, wisnu itu tidak akan tahan berlama lama tidak melakukannya. Wisnu memiliki libido yang lumaya tinggi dan kalau tidak segera tersalurkan akan membuatnya uring-uringan. Makanya walau mereka belum memiliki momongan intensitas melakukan hubungan suami istri itu selalu terjaga bahkan termasuk rutin.

Nara diam membeku, otaknya beku seolah ia kesulitan mencerna kenyataan yang ada didepan mata.

"Ra"

"Nara"

Nara dengar namanya disebut bahkan bahunya diguncang tapi ia tetap diam tak bergeming. Pikirannya makin penuh bahkan napasnya kian sulit.

Seli dan heti yang ada disana sempat panik. Mereka mengguncang bahu nara keras tapi nara tetap diam dengan napas berat dan mata menatap kosong.

"Nara, hei"

Heti berdiri, mengguncang bahu nara lebih keras lagi bahkan suaranya sampai meninggi. 2 kali 3 kali di teriaki barulah nara memberi reaksi. Matanya mengerjap pelan napasnya memburu, sepertinya nara sedang shock begitu penilaian 2 temannya.

"Ra, kamu ga papa?" Tanya seli takut takut.

"Nara, please respon." Heti terdengar khawatir.

"Mas bima ga pernah sentuh aku, bahkan aku lupa kapan terakhir kami melakukannya. Mungkin sebulan 2 bulan atau 3 bulan kami ga melakukannya. Semenjak aku sibuk maksa dia buat nikah sama febri. Kami sering ribut aku bikin dia emosi tiap hari sama permintaan ku dan sampai akhirnya dia nikah sama febri itu udah mau 2 minggu."

Mulut nara bercerita tanpa diminta. Heti dan seli saling pandang lalu mereka menggeleng samar. Saat nara mengatakan akan meminta suaminya untuk menikah lagi demi memiliki keturunan sebenarnya mereka sudah melarang dengan keras tapi nara dengan keras kepala dan ego nya tentu tak akan mendengar saran dari orang lain.

Dan sekarang, secara tak langsung nara sudah hancur. Hancur dengan kebodohannya sendiri akibat keras kepala juga ego nya. Perlahan, air mata itu turun membasahi pipi membuat nara makin terlihat hancur.

Heti dan seli memilih diam, mereka kembali duduk di posisi semula. Tak ada yang membuka suara, bahkan alunan musik jazz didalam club siang itu tak membuat hari nara senang.

Waktu selanjutnya, hanya dihabiskan dengan lelehan air mata yang terus membasahi pipi. Tak ada isakan atau raungan yang menandakan kalau nara sedang kalah. Ya, kalah. Nara sejatinya sudah kalah sejak wisnu mengaku lelah mengaku marah bahkan mengaku kecewa tapi kembali lagi, nara drngan sikap tak mau tau memaksakan segalanya. Cinta wisnu yang ia jadikan tolak ukur padahal hati manusia siapa yang tau.

"Ra, ayo balik. Club nanti makin rame, ga enak juga lama lama disini. Aku mulai sumpek."

Nara bangkit, membayar semuanya dalam diam dan melangkah keluar. Matanya sembab tatapannya kosong. Tak ada sepatah katapun yang keluar. Nara masuk kedalam mobil mengabaikan 2 temannya yang tadi ia minta datang untuk menemani.

Beruntung, heti dan seli tak marah atau tersinggung. Mereka teman dan antara teman akan saling mengerti dan mendukung walau keputusan nara untuk memaksa suaminya menikah lagi tak pernah sekalipun mereka dukung. Yang ada, kedua teman nara itu melarang karena ketakutan mereka secara nyata sudah jadi kenyataan. Nara hancur, walau bibirnya belum mengaku tapi sorot mata sikap dan lainnya sudah membuktikannya.

"Gimana ya sel?"

Seli yang ditanya hanya mengedikkan bahu.

"Kita udah ingetin dia, bahkan ngelarang keputusan bodohnya. Tapi nara kan emang begitu, apa yang dia anggap baik ya dilakuin urusan hasilnya pikir nanti."

"Menurut mu, nara bakal gimana setelah ini?" Seli yang tadi diam akhirnya buka suara.

"Ga tau, tapi tadi kamu liat sendiri gimana reaksinya. Dia keliatan hancur banget. Ini suami loh, suami yang dia nikahi dengan cinta."

"Hmm, beda sama aku yang nikah cuma buat duitnya aja."

Haha tawa mereka meledak. Jalanan sore itu sedikit lengang karena memang belum jam pulang kantor. Heti dan seli terus mengobrol, membicarakan nara tentunya. Bukan menggosipi yang jelek jelek tapi mereka merasa prihatin pada nara.

#Happyreading

1
Anonymous
Syukkaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!