NovelToon NovelToon
Golden Hands Arm

Golden Hands Arm

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Mengubah Takdir
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sarunai

Pemuda 18 tahun yang hidup sebatang kara kedua orangtuanya dan adeknya meninggal dunia akibat kecelakaan, hanya dia yang berhasil selamat tapi pemuda itu harus merelakan lengan kanannya yang telah tiada
Di suatu kejadian tiba-tiba dia mempunyai tangan ajaib dari langit, para dewa menyebutnya golden Hands arm sehingga dia mempunyai dua tangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarunai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Han berjongkok perlahan di depan anak kecil itu. Di bawah cahaya lampu jalan yang redup, wajah bocah kecil itu tampak kotor, rambutnya kusut, pakaiannya compang-camping. Tapi, matanya… Justru berbinar dengan rasa lega.

Han meletakkan kedua tangannya di bahu mungil itu, suaranya melunak. “Nama kamu siapa, gadis manis?”

Anak itu tersenyum kecil, meski wajahnya masih berbekas air mata. “Aku… Anya, Bang. Terima kasih udah nolongin Anya dari paman-paman jahat itu…” tangannya menunjuk lemah ke arah preman yang kini terkapar berusaha di bantu oleh temannya untuk melarikan diri.

Han tersenyum tipis, hatinya mencelos. “Rumah kamu di mana? Biar Abang sama Kakak ini anterin kamu pulang?”

Anya menunjuk pelan ke arah jembatan di kejauhan. “Aku tinggal di bawah jembatan sana, Bang…”

Han mengerutkan kening. “Di sana kamu tinggal sama siapa?” tanyanya pelan.

Anya menunduk. Bahunya sedikit bergetar. “Anya tinggal sendiri… Orang tua Anya udah nggak ada… Ibu… ibu udah meninggal sebulan lalu, karena sakit…” suaranya makin kecil, nyaris tercekat, seperti menahan tangis.

Han terdiam. Napasnya tercekat. Bahkan Klara yang berdiri di belakang sudah menutup mulutnya dengan tangan, menahan tangis. Matanya berkaca-kaca melihat bocah sekecil itu bicara dengan begitu polos, tanpa mengerti betapa keras dunia yang dia hadapi.

Perlahan, Han memeluk Anya erat. “Anya…” bisiknya lembut, “mau nggak jadi adik Abang?”

Anya mendongak perlahan, matanya membesar penuh harap.

“Abang nggak mau kamu tinggal di bawah jembatan lagi. Mau tinggal sama Abang? Nanti Abang jagain kamu. Kamu nggak bakal hidup susah lagi.” Han mengusap pipi Anya yang kotor dengan ibu jarinya, senyumnya hangat meski matanya masih menyiratkan amarah ke para Tengkorak Hitam.

Anya langsung mengangguk cepat, matanya berbinar, wajahnya cerah. “Mau, Bang! Anya udah lama pengen punya Abang… biar ada yang jagain Anya…”

Han terkekeh pelan, matanya memerah menahan emosi. “Mulai sekarang, namamu Anya Ivanov, ikut marga Abang, ya?”

“Iya, Bang! Anya nurut! Yeyyy!! Makasih Abang!” Anya memeluk Han dengan tawa kecil yang polos, memeluk erat seolah tidak mau lepas.

**

Setelah mengantarkan Klara pulang, Han akhirnya membawa Anya sampai di villanya.

Begitu turun dari mobil, mata Anya langsung membesar takjub. Rumah besar bergaya modern dengan lampu-lampu hangat menyala, halaman yang luas, dan pagar elegan.

“Bang… kita tinggal di rumah besar ini?” suara Anya kecil, matanya berbinar memandangi bangunan megah itu.

Han tersenyum, menepuk kepala kecil itu pelan. “Iya, Anya… gimana, suka nggak tinggal di sini?”

Anya memeluk tangan Han sambil tertawa kecil. “Suka banget, Bang! Anya tinggal di mana aja pasti suka asal sama Abang!” tangannya menggenggam erat jari Han.

“Yaudah… ayo masuk. Kamu harus mandi biar bersih.” kata Han sambil menggiring Anya masuk ke dalam rumah.

Begitu sampai di kamar mandi, Han bertanya, “Mau Abang mandiin, atau mandi sendiri?”

Anya langsung geleng-geleng sambil mengerucutkan bibirnya. “Mandi sendiri, Bang! Anya kan udah besar…” jawabnya malu-malu, pipinya sedikit memerah. Meski hidup keras, Anya memang sudah terbiasa mandiri, apalagi dia merasa canggung kalau dimandikan oleh laki-laki.

Han tertawa pelan. “haha… pinter banget adek Abang! Tapi kamu tau nggak cara nyalain shower-nya?” tanyanya sambil mengacak rambut Anya yang kini bersih dari debu jalanan.

Anya cemberut kecil sambil geleng-geleng.

Han menunjuk ke panel shower. “Nih, tinggal pencet ini, airnya keluar…” begitu dia tekan, air langsung menyembur deras, membuat Anya tertawa kecil penuh kagum.

“Waaah! Asyik, bisa main air!” seru Anya.

Han tersenyum hangat. “Mandi nya, jangan kelamaan. Nanti masuk angin. Setelah itu pakai baju Abang dulu, besok kita beliin baju baru buat kamu.” katanya, lalu pergi mengambil kaos dari kamarnya.

Tak lama, Anya keluar dari kamar mandi, rambutnya masih agak basah, wajahnya bersih, kulitnya yang putih makin terlihat cerah. baju kaos yang di kenakannya terlihat sangat besar melebihi lututnya.

padahal Han sudah menyerahkan baju yang paling kecil, tapi tetap saja itu kebesaran untuk Anya.

“Yaudah yuk, kita pergi makan di bawah.”

Han mengajak Anya makan. Namun, saat mereka sudah duduk di meja makan, Anya hanya memandangi makanan yang banyak terhidang di depan mereka tanpa menyentuhnya.

"Anya, kenapa Nggak makan?" tanya Han dengan alis mengkerut.

Anya menggeleng pelan. “Anya mau disuapin… Anya pengen disuapin sama Abang sendiri.” katanya malu-malu.

Ternyata, meskipun selama ini Anya hidup mandiri, dia punya sisi manja yang selama ini tersembunyi. Bahkan, saat mau tidur pun, Anya selalu ingin ditemani terlebih dahulu baru bisa terlelap. Han berpikir, mungkin ini yang selama ini Anya inginkan—kehangatan dari sosok kakak laki-laki.

Han sendiri tidak keberatan. Kalau itu bisa membuat Anya senang, Han akan melakukannya. Jujur saja, melihat Anya seperti ini selalu mengingatkannya pada adik perempuan yang sudah satu tahun lebih meninggal bersama kedua orang tua mereka dalam kecelakaan tragis waktu itu.

PAGI HARINYA....

“Tok! Tok! Tok! Abang, bangun!” teriak Anya dari balik pintu kamar Han.

“Hmm, Abang udah bangun.” balas Han setengah mengantuk. Dia mengambil handuk dan langsung menuju kamar mandi untuk mandi.

Hari ini Han berangkat ke sekolah dengan motornya. Begitu tiba di depan sekolah, dia menarik perhatian banyak siswi.

“Gila, keren banget tuh cowok…” bisik salah satu siswi cantik berambut sebahu saat melihat Han melintas dengan motornya.

“Pantesan keren, orang aslinya juga ganteng…” timpal temannya, apalagi begitu Han membuka helm full-face-nya, wajahnya langsung terlihat jelas.

“Eh, itu kan anak baru ya? Pasti belum ada yang deketin… gue harus gerak cepat nih, sebelum diduluin yang lain!” celetuk si siswi berambut sebahu sambil menyeringai kecil.

“Lo nggak tau ya? Kemarin dia tuh ke kantin bareng Citra, satu kelas juga lagi…” jelas temannya.

“Yang bener lo?!” mata si siswi itu melebar.

“Iya, lagian yang masukin dia ke sekolah kita juga Klara, kakak sepupunya Citra, loh.” tambah temannya.

“Ah, sial! Berarti gue kalah start dong?!” si siswi rambut sebahu langsung cemberut, merasa tertinggal.

1
Iwan Brando
kenapa sdh selesai outhor ceitanya
Sarunai: lanjutannya nanti malam ya☺
total 1 replies
Chaidir Palmer1608
thor tawaran terakhir kan 2T kok turun jadi 1T sih lupa ya thor apa dah ngantuk ya, kopi mana kopi
Sarunai: wah.. baru sadar😅
total 1 replies
Kama
Nggak cuma ceritanya saja yang menghibur, karakternya juga sangat asik. Aku jadi terbawa-bawa suasana. Ciyeee haha
Gato MianMian
Kayaknya harus kasih bintang lima deh buat cerita ini!
Sarunai: terimakasih ☺
tunggu kelanjutannya 😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!