NovelToon NovelToon
Janji Yg Di Buat

Janji Yg Di Buat

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Poligami / Cintamanis
Popularitas:698
Nilai: 5
Nama Author: Nova Sarii

Novel ini menekankan pada janji yg dibuat sebagai dasar pengungkit,
bisa karna janji yg tidak ditepati atau karna ungkapan rasa yg tidak diterima karna janji tersebut

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nova Sarii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Tok tok tok, bunyi suara ketukan pintu, "bukain dek Fikri pulang tuh," aku meminta Silvi untuk membukakan pintu. "kakak aja yg bukain aku lagi makan nih, "

Aku berjalan untuk membukakan pintu,

Sabar napa dek gerutuku sambil membukakan pintu. "Assalamu'alaikum Nay, " ternyata yg mengetuk pintu bukan Fikri tapi Fadli, dia tersenyum padaku, aku gak membalasnya.

Aku membalikkan badan dan mempersilakan masuk, dia masuk dan duduk, aku menarik nafas dan berusaha menahan rasa perih di hati.

"Mana Fikri kak?, " Silvi muncul dari dalam dia mundur lagi karna melihat Fadli yg duduk. "Gimana kabarmu Nay? "

"Sehat, " jawabku singkat.

"Kamu kenapa Nay? " dia menatap wajahku.

"Hem kamu kemana aja Fadli? apa kamu gak merasa bersalah? "

Dia menunduk dan berkata "maafkan aku Nay, "

Aku menarik nafas dan menatap wajahnya. "Kenapa kamu tega menyakitiku Fadli? apa salahku padamu? " Aku menatap wajahnya dengan kesal. "Kenapa kamu gak jujur dari awal padaku? dimana letak hatimu Fad? "

"Nay dengerin penjelasanku dulu, aku difitnah Nay, aku gak melakukan itu semua, " dia juga menatapku.

"Apa? kamu difitnah? jelas-jelas cewek itu mengandung anakmu Fadli, " aku meninggikan suara karna gak kuat lagi menahan air mata.

"Kamu yakin Nay aku melakukan itu semua? tatap mataku Nay apa ada kebohongan disini, " dia menunjuk mataku.

Aku diam dengan air mata yg terus berjatuhan, "batalkan saja pernikahan kita, " ucapku dengan isakan.

"Kok dibatalkan? kamu lebih percaya dia? " dia berdiri dari duduknya.

"Assalamu'alaikum, " salam Fikri di depan pintu, Fikri melihatku menangis lalu dia menatap Fadli dengan wajah masam, "puas sudah menyakiti kakakku?, " Fikri berlalu ke dalam menahan amarah.

"Lebih baik kamu pulang Fad, biarkan orang tuamu dan orang tuaku yg berurusan, aku gak mau lagi melihat wajahmu Fad, cukup kamu membuatku terluka Fad makasih," aku meninggalkannya sendiri.

"Dia sudah pulang kak? " tanya Fikri saatku hendak memasuki kamar, aku mengabaikan pertanyaannya. Aku berusaha menahan diri.

Aku mengabaikan dering hpku.

Aku mematikan lampu kamar dan tidur.

Jam empat pagi aku sudah bangun aku mengambil wudhu dan melaksanakan sholat tahajud. Aku mencurahkan keluh kesah dan kesedihanku kepada Allah.

Pagi minggu ini aku pergi joging untuk menghilangkan rasa sumpek. "Ma Nayla joging dulu ya, " aku menghampiri

mama yg lagi bikin sarapan.

"Sendiri aja nak? Silvi gak diajak? "

"Masih molor ma, Nay pergi ma Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam jangan jajan diluar ya Nay mama bikin sarapan lho, "

"Oke ma, "

"Aku ikut kak, " kulihat Fikri sudah duduk diluar. Aku gak menghiraukan aku terus berjalan, "kak kenapa menghindari aku?" kami jalan beriringan.

"Kakak pengen sendiri dek, " jawabku.

"Boleh ya kak aku temanin? "

"Terserah, " jawabku.

"Ih kakakku ini kalau lagi ngambek semakin cantik aja hehehee, "

"Gak lucu, " ucapku.

Aku dan Fikri joging sampai ke taman kompleks. "Aku beli minum dulu kak haus, " aku mengajukan jempol dan duduk selonjoran di rumput menikmati matahari pagi, banyak orang yg jualan dan berolahraga.

"Ini kak, " Fikri menyodorkan minuman padaku, aku mengambil dan meminumnya. "

"Bilang apa kak? " dia mengedipkan mata padaku.

"Makasih, " ucapku.

"Pintar, " dia meledek ku.

Aku menjewer kupingnya, "aww sakit kak, " sambil memegang kupingnya.

"Rasain gak sopan tau, " gerutuku.

Fikri cengengesan padaku.

Jam sepuluh kami baru pulang.

"Kak mobil siapa itu parkir depan rumah? "

"Saudara mungkin, " cuekku.

Kami lewat pintu belakang.

"Assalamu'alaikum, " salam kami berdua.

"Wa'alaikumussalam kok lama bangat jogingnya kak? " tanya Silvi.

"Nungguin Fikri main basket dek, "

"Oh gitu, kak di depan ada bang Fadli dan keluarganya, kakak buruan mandi sana dan pergi ke depan pesan mama tadi,"

"Malas dek, " kataku sambil duduk,

"dengerin omongan mama kak, aku juga ke depan," ucap Fikri.

Dengan malas aku beranjak dari dudukku dan masuk ke kamar.

Tiga puluh menit kemudian mama masuk ke kamarku, "Nay sudah mandi nak? temuin Fadli dan keluarganya nak, "

Aku menghembuskan nafas kasar, "harus ya ma Nay nemuin dia? "

"Ya nak biar semuanya jelas, mari mama temenin, " aku mengekori mama di belakang.

Aku melihat Fadli dan keluarganya serta wanita yg mengaku sudah mengandung anaknya Fadli. Aku duduk disamping mama,

"Balik joging dek? " tanya kak Nisa padaku.

"Ya kak, " jawabku dengan senyum dipaksakan.

Wanita itu melirikku, "Nayla sudah disini jadi tolong dijelaskan, " ucap mama.

"Sebelumnya Fadli mau meminta maaf kepada tante dan keluarga, kalau Fadli sudah membuat kecewa, tapi Fadli tidak melakukan itu semua tante, selama sakit Fadli memang dirawat oleh wanita ini, tapi tidak pernah Fadli melakukan perbuatan yg dilarang agama." Jelasnya sambil menundukkan kepala.

"Terus pengakuannya tentang kamu itu? " tanyaku.

"Kamu bisa tanyakan sama dia Nay, " ucap Fadli menunjuk perempuan tersebut.

Aku malas bertanya pada perempuan tersebut, "Jelasin pada Nayla dan keluarganya Din," ucap kak Nisa.

"Nayla saya minta maaf sudah membuat pengakuan palsu padamu, yg berbuat keji pada saya bukan Fadli tetapi temannya, pria tersebut yg memintaku untuk mengakui bahwa bayi yg ku kandung anaknya Fadli, karna dia ingin menghancurkan karir Fadli." jelasnya pada kami semua.

Aku gak tau sekarang harus bahagia atau kecewa, karna hatiku masih terasa sakit, kenapa dihari perempuan itu datang kesini aku mencoba menghubungi Fadli dan saat itu pula kami lost contact.

"Sekarang sudah jelaskan tante, Nayla? aku gak pernah melakukan itu, " kata Fadli.

"Rencana pernikahan kalian tetap jalankan? " tanya ayah Fadli.

"Pasti yah, " jawab Fadli dengan tegas.

"Gimana nak? " tanya ayah Fadli padaku.

Aku gak menjawab lidahku terasa kaku, ada perasaan ragu dihatiku untuk melanjutkan ini. Karna aku gak mau gagal dalam pernikahan, seperti yg dialami mama.

"Boleh Nayla minta waktu seminggu yah untuk memberikan jawaban? " tanyaku.

"Tentu saja boleh nak karna pernikahan adalah ibadah terpanjang di dalam hidup. "

"Kamu ragu padaku Nay?" tanya Fadli.

"Beri Nayla waktu untuk berfikir Fadli kamu jangan egois, " kata kak Nisa.

Fadli diam gak berkata lagi.

"Karna semuanya sudah dijelaskan, saya sebagai orang tua Fadli meminta maaf atas kekacauan ini, kami pamit dulu Assalamu'alaikum, terimakasih sudah menerima kedatangan kami, "

"Wa'alaikumussalam, " jawab kami.

Kak Nisa memelukku, "maafkan kami ya dek, "

Aku cuma tersenyum, Fadli menatapku aku sengaja memalingkan wajah darinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!