_tidak akan aku biarkan kau mendekati adikku Hans_
Gumam Samuel.
lalu Hans pergi dari ruangan Samuel dengan rasa kesal dan geram, ia sangat marah kepada Samuel.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jestimjaber, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perusahaan Bramansta
Tak terasa Luna palah tertidur di kursi tunggu itu, tak lama Derril dan karyawan lainya keluar dari ruang meeting. Setelah berpamitan dengan klien. Derril memberi isyarat kepada karyawan nya untuk segera balik keruangan nya masing masing.
Lalu ia berjalan mendekati meja resepsionis dan menemui karyawan nya.
" Pak Deril, ada yang bisa saya bantu?" ucap mba resepsionis dengan sopan
" kapan Luna datang?" resepsionis tersebut terlihat binggung
" maksud saya kapan dia datang" Sembari menunjuk ke arah Luna
" ah itu Tuan belum lama kata nya menunggu tuan, tapi sepertinya ketiduran" Deril langsung menatap tajam mba resepsionis
" kenapa kamu tidak menyuruh nya masuk keruangan saya?" Resepsionis terlihat menghela nafas pelan
" Tadi saya juga menyuruh nya tuan, tetapi Nona tidak mau kata nya mau menunggu Tuan disitu saja" Deril tidak menjawab nya lagi
Ia langsung berjalan menghampiri Luna ia duduk disebelah nya, ia menatap Wajah cantik Luna yang terlelap tidur. Karena tidak tega ia langsung mengendong Luna dan membawa keruangan nya. Sontak menjadi tontonan karyawan lain banyak karyawan yang berbisik bisik.
Tapi aneh nya Luna tidak terbangun sama sekali palah mengalungkan tangan nya di leher deril, sang empu hanya tersenyum sembari menggeleng. Sesampainya di ruangan ia langsung meletakan pelan Luna di sofa empuk ia menata bantal agar Luna nyaman
setelah selesai ia kembali ke meja nya dan kembali berkutat dengan pekerjaan nya, karena memang akhir akhir ini Deril sibuk sekali, apalagi perusahaan yang saat ini ia pimpin adalah perusahaan baru yang dimana sangat membutuhkan peran nya.
Lama sudah Luna tidur sekitar satu jam, mungkin sudah merasa puasa ia pelan pelan membuka mata nya dan duarr dia terkejut..ia langsung bangun tiba tiba sampai kaki nya kepentok meja
" Aww" suara rintihan Luna, Deril langsung menutup labtop nya dan menatap Luna
" Kenapa lun?" Luna langsung berdiri dan berjalan menuju ke meja deril
" Aduh kaki aku kepentok meja" Deril mengusap kaki luna yang menendang meja
" Sakit?" luna tersenyum " hehe..sedikit" deril hanya geleng geleng
" ah iya kak, kenapa aku ada disini? Tadi kan aku dibawah..oh iya aku ketiduran ya? Maafkan aku kak" oceh Luna
" udah engak apa apa, tapi kamu kenapa tidur di bawah si kenapa engak langsung keruangan saya?" Luna menggeleng
" engak mau, kan engak ada kakak. Engak sopan dong" mendengar ucapan Luna deril tersenyum. Ternyata luna anak nya sopan juga
" oh iya kak, aku kesini disuruh nganterin dompet ini sama nenek" luna menyodorkan dompet nya ke arah deril
" terimakasih, jadi kamu kesini cuma mau kasih dompet aku?" Luna mengangguk
Deril langsung melihat jam yang ada dipergelangan tangan nya
" sudah jam tiga, sebentar lagi saya pulang. Kamu saya anterin ya?" Ucap Deril, Luna hanya diam
" Tapi kak, nanti kakak aku nyariin" Ia duduk di kursi depan Deril
" saya sudah ijin kakak kamu, saya bilang kamu ada disini" Luna mengangguk
Ia sebetulnya masih mengantuk sekali, apalgi luna anak nya doyan sekali tidur. Deril melihat luna masih terus menguap
" masih ngantuk?" luna mengangguk " tidur lagi masih satu jam lagi kok saya pulang nya"
" engak mau, kak aku laper punya makanan engak?" ucap luna tanpa sungkan
Menurut nya saat ini deril sama seperti kakak nya apalagi deri selalu memperlakukan luna seperti samuel dan Alvaro memperlakukan nya. Jadi ia sudah sedikit tidak sungkan
" saya engak punya makanan, tapi bentar saya pesankan" luna menolak
" engak usah kalo engak ada, aku bisa makan nanti dirumah" Deril menggeleng
" udah engak papa kenapa sih, nanti kamu sakit saya yang disalahin" ia langsung memesan makanan
" ah ya sudahlah terimakasih banyak kak" Luma masih duduk dengan muka bantal, seperti nya nyawa dia belum terkumpul semua
.
Disisi lain Hans yang baru saja keluar dari ruangan meeting langsung menghubungi seseorang lewat telepon
[ ' Hallo bagaimana? Luna sudah keluar?' ]
[ ' Belum pak, saya masih di depan gerbang perusahaan bramansta ']
_kenapa luna belum keluar ya, sebenarnya dia lagi ngapain si di dalam_
Gumam Hans
[ ' kamu pantau terus dia, kalo sudah keluar kabari saya' ]
Lalu ia mematikan telepon nya begitu saja tanpa mau mendengar jawaban sang anak buah. Entah kenapa sejak ia melihat luna masuk ke gedung itu pikiran nya jadi kalut ia bahkan sampai tidak bisa fokus meeting
" Sebenarnya itu perusahaan siapa si? Coba aku cari tau" ia langsung mengambil handphone nya dan mencoba mencari tahu lewat internet siapa tau ada jawaban
.
.
" Nek, luna belum pulang? Kemana dia?" tanya samuel kepada nenek nya
" Sudah kamu tenang saja, Luna sedang bersama Deril" Samuel terkejut
" Deril? Ngapain dia sama deril?" Nenek tertawa
" aduh kamu ini, sudah diam saja lihat nanti" samuel mengerutkan dahi nya
_bagaimana bisa nenek membolehkan luna berduaan dengan deril, aku harus kasih tau Alvaro_
Gumam Samuel
Lalu ia melangkah kan kaki nya menuju ke kamar ia membersihkan diri dan langsung menelpon Alvaro, namun sama saja Alvaro juga tidak terlihat terkejut. Namun setelah ia mendengar cerita dari Alvaro hati nya sedikit tenang. Se engak nya Luna baik baik saja
.
" kak ini banyak banget loh makanan nya, bisa gendut aku" ucap Luna tetapi ia terus mengunyah makanan tersebut
" uda engak apa apa habisin lah" mau tak mau deril Menutup pekerjaan nya dulu. Demi menemani luna makan
Terlihat Luna sangat menikmati makanan yang di belikan oleh deril, hati deril terasa sangat bahagia ia sebenarnya sedari tadi menahan salting. Berbeda dengan Luna yang merasa bisa saja karena belum tau kalo deril menyukai diri nya
" kamu udah daftar kuliah Lun?" Luna menggeleng
" belum kak, rencana nya Minggu besok" Deril mengangguk
" kamu pengen ambil jurusan apa?" Luna terdiam sebentar, seperti sedang berfikir
" rencana si pegen ilmu komunikasi tapi belum tau sih masih ragu" jawab Luna
Mereka pun masih ngobrol ngobrol santai sembari menikmati makanan nya, sekitar pukul setengah lima mereka baru saja keluar dari kantor. Tentunya pemandangan seperti itu membuat karyawan kantor heboh
" Kak, mereka ngeliatin kita lo. Aku malu" Ucap Luna bahkan ia berjalan di sisi Deril namun sangat dekat
Ia menjadikan tubuh deril sebagai tameng agar tidak terlalu diliat oleh karyawan deril
" udah engak apa apa"
Tak lama mereka pun sampai di parkiran Luna langsung berlari masuk ketika Deril membuka pintu, di duduk disamping deril
" kak maaf ya gara gara aku datang ke kantor karyawan jadi heboh" ucap Luna " semoga pacar kakak engak marah ya" lanjut Luna
Deril hanya tersenyum ia tida menyangka Luna akan berbicara seperti itu
_kamu pacar saya Luna, bukan hanya pacar tapi calon istri_
Gumam Deril dalam hati, ia tidak berani mengatakan nya langsung kepada Luna
setelah itu tidak apa percakapan apapun, luna sibuk dengan handphone nya dan Deril fokus menyetir. Ia sesekali melirik ke arah Luna tapi sang empu sama sekali tidak menyadari nya.
Sesampainya dirumah nenek dan kedua kakak luna sudah menunggu di depan pintu, luna langsung berlari dan deril berjalan di belakang nya
" Nenek!" ia memeluk sang nenek, sembari berpeluk manja
" kok baru pulang sayang? dari mana saja?" ucap nenek kepada cucu kesayangan nya itu
" tadi aku ketiduran di kantornya kak deril, maaf ya nek" nenek menggeleng " udah engak apa apa"
Sedang deril mendapat tatapan tajam dari Alvaro bahkan Alvaro mengepalkan tangan dan di tunjukan kepada Deril, sang empu hanya tertawa
" dari mana si ril?" ucap samuel saat ini ia sedang berhadapan dengan deril
" dikantor saja, cuma tadi luna ketiduran dan gue juga banyak kerjaan jadi bisa nya pulang sore" jelas Deril
" nah benar itu, aku engak bohong kok kak" lanjut Luna, ia memang sangat takut kakak nya itu marah
" udah udah yang penting kan luna sudah sampai rumah dengan selamat, terimakasih ya nak deril" Deril mengangguk
" sama sama nek, justru saya yang meminta maaf sudah karena baru bisa mengantar luna sampai se sore ini" nenek menggeleng
mereka ngobrol sebentar lalu deril pamit karena sudah sore, ia benar benar di dukung oleh keluarga Luna untuk mendekati putri bungsu keluarga brahmana itu