NovelToon NovelToon
Biarkan Ku Tenggelam Di Dasar Hati Mu

Biarkan Ku Tenggelam Di Dasar Hati Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:644
Nilai: 5
Nama Author: Erny Su

Cinta, benarkah cinta itu ada? kalau ya, kenapa kamu selalu mempermainkan perasaan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Jiwa pun pergi meninggalkan Dion yang kini memanggil nya dan mengikuti langkah nya, dia tidak ingin menyakiti hati Jiwa apapun yang terjadi nanti.

"Babe kamu mau kemana tunggu aku."ucap Dion yang kini meraih tangan Jiwa.

"Bukankah dia menghubungi mu, jadi kamu merasa tidak enak hati untuk menjawab panggilan darinya jika ada aku maka aku pergi apa itu salah."ucap Jiwa.

"Hi... Babe lihat aku, bagaimana bisa kamu menyerah saat suamimu dihubungi wanita lain?"ucap Dion.

"Tapi dia lebih berhak dariku, aku bahkan hanya istri simpanan."ucap Jiwa.

"Babe... siapa yang bilang seperti itu padamu, sekarang aku tanya apa kamu rela dijadikan istri simpanan dan apa kamu rela jika suamimu menikah lagi?"ucap Dion yang kini membingkai wajah cantik itu.

"Siapa orang nya, dan wanita mana yang akan rela berbagi suaminya dengan orang lain. Tapi jika pernikahan ini hanya status saja aku bisa apa?"ucap Jiwa.

"Babe apa kamu benar-benar berfikir bahwa pernikahan ini hanya status, lalu bagaimana dengan hubungan kita semalam. Apa itu juga termasuk status kamu sudah dewasa sudah pasti kamu tau apa itu hubungan resmi dan hanya status. Aku sudah mengurus semuanya pernikahan kita akan resmi setelah aku selesai mendaftarkan pernikahan kita nanti."ucap Dion tegas.

"Tidak biarkan saja seperti itu, lagipula setelah kalian menikah nanti aku akan pergi jadi tidak perlu repot-repot melakukan semuanya itu."ucap Jiwa.

"Babe apa kamu masih kurang faham atau memang kamu tidak pernah mencintai ku. Kenapa kamu selalu bilang bahwa kamu akan pergi dariku? Aku tidak akan pernah melepaskan mu babe sekalipun aku harus mati."ucap Dion tegas.

"Ah sudahlah dia pasti sudah menunggu mu,"ucap Jiwa yang kini langsung menutup mulutnya saat Dion melempar handphone nya hingga pecah berkeping-keping dan berhamburan di lantai.

"Di."lirih Jiwa.

"Mulai sekarang aku tidak akan pegang handphone lagi agar kamu bisa tenang."ucap Dion.

"Di bukan itu maksudnya aku."ucapan Jiwa terhenti saat Dion mencium bibir Jiwa dengan penuh kelembutan.

"Aku tidak ingin kamu berfikir untuk pergi dariku sekalipun aku harus menikahinya."ucap Dion tegas.

Jiwa pun hanya memejamkan mata sedetik kemudian ia langsung bergegas pergi meninggalkan Dion yang kini terlihat bingung karena Jiwa tidak membalas perkataannya.

"Babe mau kemana?"tanya Dion.

"Aku mau ganti baju, dimana barang-barang ku, aku harus pergi menemui seseorang."ucap Jiwa yang kini membuat Dion kaget.

"Siapa dia kenapa tidak bilang padaku sebelumnya babe?"tanya Dion.

"Untuk apa ini tidak ada hubungannya dengan mu."ucap Jiwa.

"Tapi semua yang berkaitan dengan istriku aku wajib tau babe, kamu itu adalah istriku."ucap Dion.

"Hmm... aku mau menemui orang yang telah mencelakakan kakak ku."ucap Jiwa.

"Itu artinya kamu akan pergi ke penjara babe?"ucap Dion.

"Hmm..."lirih Jiwa yang kini menatap kearah Dion.

"Darimana kamu tau tentang itu semua?"ujar Dion.

"Rudy sudah menceritakan semuanya meskipun aku tidak tahu pasti tapi keberlangsungan hukuman itu ada kaitannya dengan ku sebagai penuntut."ucap Jiwa.

"Baiklah aku yang akan mendampingi mu dan mengurus semuanya sampai selesai babe jadi jangan pergi sendiri.

"Tidak Dion aku tidak ingin reputasi mu rusak, biar aku saja sendiri"ucap Jiwa tegas.

"Babe reputasi ku tidak akan rusak hanya dengan membantu istriku menyelesaikan masalah, justru aku akan sangat berdosa jika mengabaikan istriku yang sedang menghadapi masalah."ucap Jiwa.

"Tapi kamu tidak akan nyaman disana jadi aku mohon jangan ikut biarkan aku saja yang pergi aku janji akan baik-baik saja."ucap Jiwa yang kini terus melangkah mencari ruangan mana yang Dion maksud saat itu.

Jiwa sudah berada di sebuah ruangan yang juga cukup luas dan disana deretan lemari berjajar rapi dan barang-barang miliknya dan milik ketiga almarhum keluarganya yang Jiwa simpan sebagai kenang-kenangan itu pun tersimpan rapi di etalase yang ada di sana.

Jiwa buru-buru meraih celana jeans panjang dan t-shirt juga Hoodie dan sepatu miliknya. "Babe kamu bisa beli barang-barang baru mulai besok semua ini simpan saja disini."ucap Dion yang tidak tega melihat istrinya menggunakan baju lamanya padahal dia punya banyak uang.

"Tidak usah Dion, lagipula ini masih bisa digunakan dan tidak akan ada yang tau bahwa aku adalah istrimu karena aku menutup wajah ku, mereka hanya akan mengira aku pelayan di rumah ini."ucap Jiwa yang membuat Dion tidak terima.

"Babe apa yang kamu ucapkan, kamu itu istriku dan aku tidak ingin kamu merendahkan dirimu sendiri."ucap Dion.

"Tapi sumpah Dion kamu akan malu dan rugi jika mereka tau bahwa aku istrimu jadi sebaiknya tidak usah."ucap Jiwa.

Gadis itu mengganti pakaian tanpa melepas dress terlebih dahulu baru setelah t-shirt dan celana jeans itu terpasang dia melepaskan dress yang tinggal tarik talinya langsung melorot di lantai.

Jiwa pun buru-buru menggunakan Hoodie kacamata dan masker miliknya."Aku pergi dulu Di."ucap Jiwa yang kini meraih tas miliknya yang berisi dompet dan handphone yang tidak pernah ia keluarkan dari tas tersebut untuk mempermudah dirinya saat bepergian.

Tas punggung yang kini semakin memperhatikan bahwa Jiwa lebih mirip ABG yang baru akan berangkat kuliah.

"Babe tidak bisakah kamu mengajak suamimu ini dan melibatkan ku di setiap urusan mu."ucap Dion yang merasa seperti suami tidak berguna.

"Tidak untuk saat ini, kamu hanya akan menemani ku saat bahagia nanti."ucap Jiwa yang kini langsung pergi dengan terburu-buru meninggalkan Dion yang kini berdiri mematung di tempatnya.

Sementara Jiwa kini pergi dengan mobilnya meskipun saat ini langkahnya tidak normal seperti hari biasanya sisa percintaan pertama mereka.

Jiwa sudah berangkat dengan mobilnya, tapi jangan pikir Dion akan diam saja. Dia bergegas meraih kunci mobil dan juga jaket miliknya lalu pergi menyusul istrinya itu.

"Kenapa kamu masih menjaga jarak dariku babe, aku ini suamimu meskipun pernikahan kita tidak dirayakan dengan pesta."ucap Dion yang sangat merasa bersalah.

Dia ingin menikah dengan disaksikan seluruh keluarga dan kerabat didalam pesta pernikahan yang megah, tapi keadaan tidak memungkinkan dan Jiwa sama sekali bukan wanita pilihan sang mommy.

Dion semakin merasa bersalah saat mengingat pernikahannya dengan gadis itu tinggal menghitung hari saja.

Saat Dion berhasil menyusul mobil Jiwa dari jarak dekat, Dion kaget saat Jiwa berhenti di tengah jalan dan seseorang menghampiri nya, dia pun terlihat cekcok dengan wanita itu.

...*****...

"Ini yang kamu katakan ingin menemui seseorang, bagaimana jika kamu benar-benar celaka babe."cecar Dion.

"Aku tidak tau jika dia akan mencegat ku di jalan, dia istri Alvino."ucap Jiwa pelan.

"Jadi dia yang membunuh kakak mu?"tanya Dion.

"Orang suruhannya dan juga mantan pegawai Devan yang pernah dipecat gara-gara kakak mengungkap kecurangan nya yang telah merugikan perusahaan milik Devan."ucap Jiwa.

"Lalu kenapa dia masih bebas di luaran?"tanya Dion yang kini membersihkan luka ditangan Jiwa bekas goresan kuku Kania.

"Orang itu tidak buka mulut, dan dia menanggung semuanya."ucap Jiwa yang kini menitikkan air mata.

Dia masih merasakan sakit saat membayangkan apa yang terjadi pada sang kakak meskipun dia tidak ingat apa-apa tentang itu, tapi hatinya begitu pedih saat mendengar semua cerita hidupnya di masalalu dari Rudy beberapa waktu lalu.

Dion pun membawa istrinya itu kedalam dekapannya, dan kini mereka keluar dari dalam mobil Dion yang sejak tadi dijaga ketat oleh orang-orangnya.

"Aku bisa sendiri sayang kamu pulanglah pasti kerjaan mu menumpuk."ucap Jiwa yang kini kembali merapihkan penampilan nya.

"Babe setelah kamu hampir dicelakai sekarang masih ngeyel ingin pergi sendiri?"ujar Dion yang tidak habis pikir.

"Di didalam sana ada polisi, aku aman percayalah, lagipula disana pasti ada wartawan karena disini juga ada beberapa pengusaha yang baru masuk."ucap Jiwa seakan tau semuanya.

"Tidak aku tidak peduli dengan itu kita akan masuk sama-sama."ucap Dion tetap kekeuh.

"Baiklah jika kamu memaksa, tapi gunakan ini dan ini, ah yang ini juga."ucap Jiwa yang kini memberikan topi, masker kacamata dan Dion pun mengikuti keinginan istrinya itu daripada Jiwa tidak mau menurutinya untuk ikut.

Saat Jiwa masuk dia langsung membuka masker nya melewati pemeriksaan tapi tidak dengan Dion.

Jiwa pun tau siapa Dion yang sudah pasti akan lolos dari prosedur tersebut karena orang nya sudah pasti lebih dulu mengurus semuanya.

Setelah itu Jiwa pun berbicara dengan pihak kepolisian ada beberapa hal yang mereka bicarakan termasuk tentang kelanjutan tuntutan tersebut.

Tapi kali ini Dion yang langsung mengambil alih semuanya, Dion menuntut dalang dibalik pembunuhan berencana itu dan juga pencurian yang dilakukan oleh mereka.

Semua langsung diurus oleh pengacara Dion, sementara kini Dion menemani istrinya bertemu dengan pelaku kejahatan tersebut yang terdiri dari dua orang pria suruhan Kania dan satu lagi mantan karyawan Devan.

Dan benar saja apa yang Dion takutkan itu hampir terjadi dimana Jiwa hampir dicekik oleh pria yang kini baru saja dipertemukan dengan nya. Jika saja Dion tidak sigap melindungi jiwa.

"Kurang ajar."ucap Dion yang langsung memberikan tendangan di wajah napi tersebut hingga pria itu jatuh tersungkur di lantai dan sipir pun langsung mengamankan pria itu.

Berbeda dengan dua orang lainnya yang terlihat sangat menyesal itu.

"Kalian akan membusuk di penjara camkan itu."ujar Dion yang kini sangat marah.

Tidak tuan tolong ampuni kami, kami masih memiliki anak dan istri."ucap kedua lainnya.

"Kalian tidak akan pernah bebas jika kalian tetap kekeuh mengakui kejahatan yang kalian lakukan itu sebagai kesalahan kalian sendiri."ujar Jiwa.

Keduanya tampak berfikir sebelum kemudian mereka berkata."Tapi anak dan istri kami dalam bahaya saat ini."ucap mereka yang akhirnya mulai terbuka.

"Kalau kalian jujur saya akan menjamin keselamatan mereka selama kalian disini."ucap Dion tegas.

"Baiklah tuan, saya dan kawan saya dibayar oleh seseorang untuk membunuh tuan Arjuna dan mengambil uang miliknya yang akan menjadi bonus tambahan dari bayaran kami waktu itu. Saya tidak kenal pria baik itu, tapi saya sungguh merasa bersalah terhadap nya dan juga adiknya karena sebelum menghembuskan nafas terakhirnya dia sempat bilang."Jangan rampas uang itu untuk adik saya kasihan dia sendirian."ucap nya yang kini membuat Jiwa menjerit histeris.

"Kakak!!"teriak Jiwa yang kini mengingat sesuatu tentang sosok sang kakak.

Dion langsung memeluk istrinya itu, dia mendekapnya erat. Pengacara saya akan datang kalian akan berurusan dengan nya."ucap Dion yang kini membawa Jiwa yang menangis sesenggukan dalam pelukan nya.

"Kakak hiks."Jiwa masih terisak dalam tangisnya sampai mereka tiba di dalam mobil milik Dion.

"Babe aku janji tidak akan pernah mengampuni orang yang telah berbuat jahat terhadap kakak mu."ucap Dion dengan lembut sambil mendaratkan kecupan di puncak kepala Jiwa.

Jiwa pun menatap lekat wajah Dion, sambil berkata."Bantu aku untuk membalas dendam tentang kematian kakak ku. Tidak peduli kamu menjadikan ku sebagai partner ranjang atau istri simpanan aku tidak peduli."ucap Jiwa yang kini perlahan mulai melepaskan pelukan Dion.

"Aku akan melakukan hal itu babe tanpa kamu minta pun karena kamu adalah segalanya bagiku dan aku sangat mencintaimu dan ingat kamu bukan istri simpanan ataupun partner ranjang ku. Kamu adalah istri sah ku."ucap Dion yang kini kembali memeluk erat tubuh Jiwa.

"Terimakasih Dion, terimakasih untuk semua kebaikan mu selama ini."ucap Jiwa yang kini menatap lekat wajah tampan itu.

Dan untuk pertama kalinya Jiwa mencium bibir Dion dan dibalas dengan cepat oleh pria tampan yang begitu mencintai istrinya itu.

Jiwa seakan tak ragu lagi untuk melangkah dia tidak peduli kedepannya akan seperti apa yang jelas saat ini ada dendam yang membara didalam dirinya saat kilas balik ingatannya tentang sang kakak bermunculan di kepalanya.

Jiwa masih terlelap dalam tidurnya setelah ia lelah menangis dan Dion pun membawa Jiwa menuju kamar mereka. Jiwa seakan tengah pingsan karena dia tidak bergerak sedikit pun saat Dion mengganti pakaian yang ia kenakan itu.

Sampai saat Dion selesai mengerjakan pekerjaan nya dari rumah, dia pun kembali kedalam kamar dan ternyata istrinya sudah bangun dan tampak tengah bersolek setelah mandi.

"Babe sudah mandi rupanya hmmm...wangi sekali."ucap Dion yang kini tersenyum sambil mendaratkan kecupan di bibir istrinya.

"Hmm... Dion darimana aku sedih saat bangun tidak melihat mu."ucap Jiwa yang membuat Dion merasa sangat dicintai.

"Benarkah itu babe, aku tidak akan pergi tanpa bilang padamu lagi maafkan aku."ucap Dion.

"Aku takut kehilangan mu, seperti saat itu, saat kakak bilang akan menjemput ku dari tempat itu, tapi justru malah berita kematian nya yang aku terima hiks."tangis Jiwa kembali pecah.

"Aku tidak akan pernah meninggalkan mu, aku janji kemanapun aku pergi kamu akan selalu ikut dengan ku."ucap Dion.

"Tidak untuk urusan pekerjaan Dion."ucap Jiwa.

"Panggil aku sayang."balas Dion.

"Sayang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!