Alika tak pernah membayangkan hidupnya bisa berubah secepat ini. Semua berawal dari satu permintaan sepele saudari tirinya, yang menyuruh Alika pergi ke sebuah hotel.
Karena sebuah kekeliruan, Alika justru masuk ke kamar hotel yang salah dan menghabiskan malam dengan Sagara, sang CEO dingin dan arogan yang selama ini hanya dikenalnya dari jauh.
Apa yang terjadi malam itu seharusnya dilupakan. Tapi takdir berkata lain.
Saat Alika mengetahui dirinya hamil. Ia dihadapkan pada pilihan yang sulit, menyembunyikan semuanya demi harga diri, atau menghadapi kenyataan dengan kepala tegak.
Namun, yang paling mengejutkan, justru adalah keputusan Sagara. Pria yang katanya selama ini tak tersentuh, datang kembali ke dalam hidupnya, menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar tanggung jawab.
Cinta perlahan tumbuh di antara keduanya. Tapi mampukah cinta bertahan saat masa lalu terus menghantui dan realita kehidupan tak berpihak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 30 Istriku
Lee mengetuk pintu ruang kerja Sagara dengan hati-hati. Setelah terdengar sahutan dingin dari dalam, ia memberanikan diri untuk masuk.
“Tuan ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan Anda,” ucap Lee, berusaha menjaga nada suaranya tetap sopan namun sedikit mendesak.
“Hmm!” suara dingin Sagara memecah keheningan ruangan.
Lee berdiri di hadapan meja Sagara. Ia bisa merasakan aura dingin yang selalu terpancar dari pria itu.
“Tuan, Anda sibuk?” tanya Lee, mencoba membuka percakapan dengan hati-hati.
Sagara mengangkat salah satu alisnya, tatapannya menusuk.
“Menurutmu?” jawabnya singkat, menyiratkan bahwa pertanyaan itu tidak perlu diajukan.
“Sangat sibuk,” jawab Lee, mengerti maksud Sagara. Ia menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan. “Saya ingin berbicara soal Nona Alika.”
Mendengar nama Alika disebut, ekspresi Sagara tidak berubah, namun Lee bisa merasakan sedikit perubahan dalam atmosfer ruangan.
“Katakan!” perintah Sagara, kembali fokus pada dokumen di hadapannya, meskipun Lee tahu perhatiannya kini tertuju padanya.
“Tadi, saat saya sedang menemaninya makan siang, Nona Alika bilang tidak pernah makan ayam goreng. Ibu tirinya sangat pelit padanya,” kata Lee, menyampaikan informasi yang baru saja ia dengar dengan nada prihatin.
Lee melihat bagaimana Alika begitu menikmati hidangan sederhana itu, seolah itu adalah makanan paling mewah yang pernah ia rasakan.
“Ibu tiri?” Sagara mengerutkan kening.
“Ya, ibu tiri tuan. Menurut informasi yang saya dapatkan, ayah Nona Alika menikah lagi tak lama setelah ibu kandungnya meninggal,” jelas Lee lebih lanjut. Ia merasa iba dengan kenyataan pahit yang harus dihadapi Alika sejak kecil.
Kehilangan ibu di usia muda pasti sangat berat, dan memiliki ibu tiri yang tidak menyayanginya tentu menambah penderitaannya.
Lee semakin yakin bahwa perlakuan ibu tiri Alika sangat kejam, terutama karena tega menikahkan gadis itu dengan pria yang sudah beristri.
Sagara terdiam. Informasi yang baru saja ia dengar sedikit mengusik ketenangannya.
Selama ini, ia hanya melihat Alika sebagai bagian dari rencananya, sebagai seseorang yang terpaksa ia nikahi. Ia tidak pernah benar-benar memikirkan latar belakangnya atau kehidupan yang telah ia lalui.
Mendengar bahwa Alika memiliki masa lalu yang sulit membuatnya merasa sedikit terusik.
“Biarkan saja. Bukan urusanku!” ucap Sagara tiba-tiba, memecah keheningan. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu kamarnya, seolah ingin mengakhiri pembicaraan ini secepat mungkin.
Lee menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku Sagara. Ia merasa heran dengan perubahan sikap pria itu. Tadi ia terlihat tertarik dengan apa yang ia katakan, namun kini ia justru menghindar.
Lee kemudian menyusul Sagara, merasa ada sesuatu yang aneh dengan reaksinya.
“Bukan urusanku tapi kenapa dia malah menuju ke kamarnya?” gumam Lee heran. Ia merasa ucapan Sagara tidak sesuai dengan tindakannya.
Jika memang tidak peduli, mengapa ia justru pergi ke kamar tempat Alika berada?
Di dalam kamar, Alika masih menikmati ayam goreng dengan lahap. Pipinya terlihat penuh dengan makanan, dan sesekali ia tersenyum kecil merasakan kelezatan yang sederhana namun sangat berarti baginya.
“Ini benar-benar enak. Entah kapan terakhir kali aku makan ini,” gumam Alika tanpa menyadari kehadiran orang lain.
Saat Alika menoleh ke arah pintu, ia mendapati Sagara berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan.
Seketika itu, Alika tersedak. Ia buru-buru meraih gelas air di dekatnya dan meneguknya dengan tergesa-gesa.
Jantungnya berdebar kencang karena kaget dan panik melihat Sagara tiba-tiba muncul.
“Tidak perlu terburu-buru karena aku tidak akan memintanya,” ucap Sagara pelan, lalu mengulurkan tangannya mengusap sisa makanan di sudut bibir Alika dengan lembut.
Tindakan itu membuat Alika membeku, tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.
Sagara kemudian melirik ke arah kepala pelayan yang tadi ia panggil.
“Mulai besok, siapkan ayam goreng setiap hari untuk istriku dan tambahkan buah-buahan segar.” Perintah Sagara itu membuat Alika semakin terkejut.
“Baik, tuan,” jawab kepala pelayan dengan sopan.
Sagara menatap Alika sekali lagi, lalu berbalik meninggalkan kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Alika langsung memegangi dadanya yang terasa sesak.
“Istriku?” Alika berdecih pelan, mencoba menepis perasaan aneh itu. “Dia melakukan ini pasti karena bayiku. Ya, pasti karena itu!” Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa perhatian Sagara hanyalah karena anak yang dikandungnya, bukan karena ia peduli padanya.
**
**
Di sebuah klub malam yang remang-remang dan penuh dengan dentuman musik, Tony menunggu dengan tidak sabar. Ia sudah berada di sana sejak tadi, sesuai dengan janji Keisha.
Namun, wanita itu belum juga menunjukkan batang hidungnya.
“Kenapa lama sekali. Aku sudah menunggumu sejak tadi,” kata Tony dengan nada kesal saat akhirnya melihat Keisha berjalan menghampirinya.
Keisha duduk di hadapan Tony dengan ekspresi dingin dan marah.
“Dasar nggak becus!” makinya tanpa basa-basi. “Aku menyuruhmu menghamilinya, tapi kenapa Alika malah hamil anak Tuan Sagara?”
“Aku menunggu gadis itu sialan!” balas Tony dengan geram. Merasa direndahkan, ia mencengkeram kuat dagu Keisha.
“Lepaskan!” Keisha berusaha melepaskan cengkraman Tony.
“Kamu yang mempermainkan aku, Keisha! Dan aku tidak terima! Apa kamu tahu, malam itu aku menunggu seperti orang bodoh?” Tony menguatkan cengkeramannya.
“Itu salahmu sendiri karena tidak menunggunya di luar! Aku yakin malam itu kamu bermain dulu dengan para pemuasmu itu kan?” tuduh Keisha tajam.
Ucapan itu membuat Tony terdiam, menyadari kebenarannya.
“Alika sudah menikah dengan orang kaya dan kamu gagal, Ton. Aku tidak akan membayarmu sepeserpun!” kata Keisha dengan nada dingin.
Setelah mengatakan itu, Keisha menepis tangan Tony dengan kasar dan pergi meninggalkannya yang masih terpaku dengan amarah dan kekecewaan.
“Keisha sialan! Awas kamu!” tangan Tony terkepal kuat, rahangnya mengeras menahan emosi yang meluap-luap.
Rencananya gagal total, dan ia merasa dipermainkan dan dikhianati.
lain di bibir....
lain di hati..
bisa2 disuruh manfi kembang 7 rupa dan tidur di luar kamar RS...
😀😀😀❤❤❤❤
bisa saja cindy bohong...
❤❤❤❤❤
Qlika gak mau kemeja Sagara bekas dipeluk ama Cindy..
❤❤❤❤❤❤
sengaja yuh Alika..
nerani2nya dia megang lengan langit di depan sagara..
cari perkara..
😀😀😀❤❤❤❤
aihhh di luar prediksi malah sodara tiri yg jadi pemicu cembukur
kejar Alika..
😀😀😀❤❤❤❤❤
mulai..
😀😀😀❤❤❤❤