NovelToon NovelToon
Dilema Raisa

Dilema Raisa

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Keluarga / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / Chicklit
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwine

Raisa, gadis malang yang menikah ke dalam keluarga patriarki. Dicintai suami, namun dibenci mertua dan ipar. Mampukah ia bertahan dalam badai rumah tangga yang tak pernah reda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

Sore pun tiba,ternyata saat iwan hendak pulang,dan kebetulan arah nya melewati rumah sang ibu. Iwan sedikit menoleh ,betapa terkejut nya saat melihat hana,mantan kekasih nya itu. Masih berdiam diri di rumah nya.

Iwan berhenti sejenak.

Tatapannya jatuh pada pemandangan yang membuat dadanya sesak adik bungsunya sedang bercengkrama akrab dengan Hana, mantan kekasih yang dulu sulit ia lupakan. Mereka tertawa ringan, begitu lepas, begitu nyaman.

Pemandangan itu menghantam hati Iwan dengan kenyataan pahit bayangan kehangatan semacam itu tak pernah ia lihat dari sosok Raisa, istrinya.

Iwan kaget saat hana,menoleh ke arah nya memandang dengan tersenyum manis,belum sempat hana memanggil nya,iwan dengan cepat pergi meninggal kan hana yang terdiam heran menatap ke luar dari arah jendela rumah atun.

"Kayak nya kakak masih suka deh sama teh hana." celetuk arin dengan di iringi tawa kecil,sontak saja itu membuat hana sedikit malu-malu ."Jangan seperti itu,kakak mu udah punya istri loh!" tegur hana dengan lembut .

"Aku kurang suka teh,sama istrinya kakak." keluh arin dengan wajah yang di buat semenyedihkan mungkin,hana mengerutkan dahi nya,menatap heran ke arah adik mantan kekasih nya itu.

"Loh kenapa?" tanya nya merasa ingin tahu lebih dalam tentang kehidupan mantan nya.

Arin menoleh ke arah jendela,wajah nya berubah menjadi kesal,"Kakak salah pilih pasangan deh kayak nya,soalnya istri nya tuh nge bantah banget sama ibu!"jawab nya dengan menyipitkan mata,seolah membayangkan wajah kakak ipar nya .

Hana terkekeh kecil,membuat arin menoleh ke arah nya,menatap bingung."Loh kok teteh ketawa?" tanya nya bingung.

"Anak kecil kayak kamu tahu apa?"tanya nya dengan mencolek hidung pesek milik arin ,alih-alih tersinggung,arin di buat salah tingkah oleh perlakuan manis mantan kakak nya itu.

"Andai teteh yang nikah sama kakak,udah pasti semua orang senang. Selain teteh cantik,teteh juga sangat baik dan ramah." puji arin dengan memandang kagum ke arah hana.

Mendengar pujian itu,hana sangat senang. Jiwa pelakor nya mulai berkobar pada dirinya. Selain sudah dapat dukungan atun,hana juga mendapat dukungan dari adik nya.

Tapi,hana berusaha mengontrol dirinya,dia tetap bersikap baik dan dewasa,yang akan menbuat semua keluarga iwan kagum pada dirinya.

"Hust... Jangan begitu ah, nanti malaikat lewat nyatet lagi." ejek hana dengan menahan senyum nya.

"Itu lebih bagus dong teh." jawab arin dengan riang.

Mereka berdua tertawa dengan lepas,saling menertawakan candaan masing-masing.

Beralih ke raisa,dia sudah memutuskan dengan matang ,bahwa mulai besok dia akan bekerja kembali. Tidak perduli jika sang suami tidak memberi izin pada nya.

Saat raisa sedang sibuk memasak makanan untuk sang suami,terdengar mesin motor di halaman rumah nya. Dengan cekatan raisa membereskan dan menata rapih semua makanan yang sudah ia siapkan.

"Assalamualaikum"salam iwan di luar sana dengan sedikit mengetuk pintu. Degan malas raisa membuka pintu tersebut.

"Waalaikum salam mas." jawab nya dingin,dengan langsung berlalu pergi masuk lagi,meninggalkan iwan yang sudah siap ingin mencium kening sang istri.

Iwan tidak bisa marah,dia menghela nafas dalam-dalam sebelum akhir nya dia ikut masuk menyusul ke dalam rumah.

"Sayang..." belum sempat iwan menyelesaikan perkataan nya,raisa langsung menyela "Makanan sudah siap,mau makan atau mandi dulu?"

yang sedikit membuat iwan tertegun."mas,mau mandi dulu..." jawab nya singkat,dengan berlalu pergi,melewati raisa yang sedang berdiri di sana.

Melihat itu, hati Raisa kembali terluka.

Untuk kesekian kalinya, Iwan membuatnya merasa tak berarti. Tapi kali ini, Raisa tak ingin ambil pusing.

Daripada menangis memikirkan suami yang sikapnya makin dingin, ia memilih diam.

Jika Iwan berubah, maka ia pun akan berubah.

Ia tak akan memohon, tak akan bertanya. Raisa hanya akan membalas perlakuan Iwan… dengan cara yang sama.

---

Keesokan nya,Raisa sudah siap dengan pakaian kerja nya. Dia memakai baju putih dengan bawahan celana hitam,dengan tangan yang menenteng beberapa berkas untuk melamar kerja.

Melihat itu mata iwan menyipit,dia menatap heran,hingga akhir nya bertanya pada raisa,"Kamu mau kemana sa?" tanya nya dengan lembut.

"Kerja mas."jawab raisa dingin,tanpa menoleh sama sekali ke arah iwan.

"Kamu ini kenapa sih sa? Makin hari makin seperti ini,bukannya aku sudah pernah bilang. Jangan pernah kerja selagi aku mampu dan sehat!" ucap nya dengan nada tegas.

Raisa menoleh,menatap suaminya dengan tatapan dalam. Dia sangat paham dan mengerti. Dia menundukan kepalanya,menghela nafas dengan panjang."Maafin aku mas,tapi kayak nya aku butuh kerja." jawab nya memberanikan diri menatap mata sang suami.

"Apa uang dari aku belum cukup?" tanya nya sedikit menaikan nada bicara nya, membuat raisa tersentak kaget.

"Kamu berubah, Mas! Kamu melarangku ini-itu dengan alasan tanggung jawab. Tapi… pernah nggak sih kamu mikirin perasaan aku?" isaknya. Air matanya jatuh begitu saja, tak mampu ia tahan saat mendengar nada tinggi dari suaminya.

"Kamu ngomong apa sih, Sa? Kenapa jadi ngelantur ke mana-mana?" sahut Iwan, suaranya tetap dingin, bahkan terdengar kesal. Seolah tak peduli luka yang baru saja ia goreskan di hati istrinya.

Raisa menggelengkan kepala, matanya bergetar menahan kecewa. "Aku nggak percaya, Mas… kamu bisa setega ini." Suaranya meninggi, penuh luka.

"Bahkan waktu kemarin ibumu hina dan rendahkan aku, kamu cuma… diam! Kamu cuma duduk di situ, dengerin semua omongan itu tanpa membela aku sedikit pun!" teriaknya, emosinya memuncak. Tangannya terangkat, menunjuk ke arah dirinya sendiri. "Aku istrimu, Mas! Bukan orang asing!"

Iwan mengepalkan tangannya, wajahnya mulai memerah menahan emosi.

"Jangan cuma nyalahin aku, Sa!" suaranya meninggi. "Kamu juga harus sadar diri. Kamu kasar sama tamu Ibu sama Hana!"

Raisa menatap suaminya tak percaya.

"Kamu... kamu bela dia sekarang?" suaranya lirih namun tajam. "Dia itu mantanmu, Mas! Dan kamu biarkan dia duduk di sebelah mu, disuguhi seperti ratu, sedangkan aku istri kamu kamu anggap nggak tahu sopan santun?"

Iwan mendengus kesal, tapi diam. Ia tahu kata-kata Raisa tak sepenuhnya salah, namun gengsinya menahannya untuk mengakui.

"Aku cuma pengen kamu jaga sikap, Sa. Itu aja."

"Dan aku cuma pengen kamu jaga aku, Mas," bisik Raisa sambil memalingkan wajah, air matanya kembali jatuh diam-diam tapi penuh luka.

Iwan memalingkan pandangannya, tak sanggup menatap mata istrinya yang penuh kekecewaan.

"Sudahlah, Sa… jangan kemana-mana. Biarkan aku kerja dengan tenang. Kamu jangan kerja, ya?" ucapnya lebih pelan, mencoba meredam emosi. "Sayang, Mas mohon…"

Raisa terdiam. Kata-kata suaminya barusan bukan seperti permintaan, tapi lebih terdengar seperti larangan yang dibungkus manis.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!