“Damian, ah, jangan...”
"Itu geli, jangan seperti itu."
Arissa berdiri di depan ruangan kantor direktur Miracle group, dia mendengar suara Damian suaminya yang sedang bermesraan dengan wanita lain di dalam ruangan itu, suara manja wanita yang tengah bersama dengan suaminya itu seperti belati tajam yang menghujam jantungnya.
“Nyonya, direktur sekarang sedang sibuk, nanti akan saya sampaikan jika nyonya datang mengunjunginya...” Asisten pribadi Damian, Remi dengan wajah canggung dan penuh simpati menatap Arissa.
"Damian apa yang kamu...." Belum sempat Arissa menyelesaikan ucapannya, mulutnya sudah di bekap oleh bibir Damian.
Ciuman Damian kali ini lebih kasar dari sebelumnya. Seperti hendak menelan Arissa bulat-bulat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 21
"Arissa ini sudah sangat larut, ayo, aku antar pulang. Dan, maaf malam ini aku tidak bisa traktir kamu makan malam, tapi, lain waktu aku pasti akan traktir kamu makan." Kata Brian yang merasa tak enak hati, karena sudah menganggu waktu cuti yang dia berikan pada Arissa.
"Tidak apa-apa pak direktur. Sebagai sekretaris, aku memang harus siap dengan hal itu." Kata Arissa dengan senyum.
"Aku senang kamu bekerja di perusahaan ini. Aku sepertinya memang tidak salah memilihmu." Ujar Brian.
"Tentu saja kamu tidak salah pak direktur. Lagipula aku tidak ingin membuat kamu menyesali keputusanmu menerimaku di perusahaan ini." Ucap Arissa menimpali ucapan Brian.
"Aku akan terus bekerja keras di perusahaan, tapi, maaf kalau masih banyak kekuranganku dalam bekerja, karna ini adalah pengalaman pertamaku bekerja." Kata Arissa.
"Tidak, kamu sudah cukup dan sangat bagus Arissa. Kamu adalah pekerja keras." Puji Brian.
......................
"Apa ini kebetulan?" Damian mulai merasa curiga.
Dengan rasa penasarannya, Damian melaju menuju perusahaan Brian.
Sejak awal pertemuan Damian merasakan hal aneh tentang Arissa.
"Arissa? Rissa?" Damian mengunakan dua nama yang mirip itu.
Menatap heran gedung yang bertuliskan Sky house. Alamat yang tertulis di kertas, benar alamat gedung Sky House. Dan, ternyata istrinya satu perusahaan dengan wanita licik itu.
Di saat Damian sibuk dengan tanda tanya di benaknya.
Arissa masuk ke dalam mobil Brian lalu mobil melaju meninggalkan gedung Sky House.
Damian yang merasa penasaran langsung mengekor di belakang mobil Brian.
Tanpa terasa, dengan cepat, mobil yang di kendarai oleh Brian sudah sampai di komplek apartemen tempat Arissa tinggal.
"Terima kasih sudah mengantarku pulang pak, maaf karena sudah merepotkan mu di tengah malam begini mengantarku pulang." Kata Arissa lalu turun dari mobil Brian.
"Aku yang seharusnya mengatakan terima kasih dan maaf itu." Ucap Brian.
"Kalau begini kita saling menerima saja ucapan itu." Kata Arissa lalu keduanya tertawa mesra membuat Damian yang melihat pemandangan itu menjadi terbakar api cemburu.
"Denganku kamu begitu dingin dan jual mahal, tapi dengan pria itu, kamu malah tertawa senang dan tersenyum dengan lebar!" Gerutu Damian kesal melihat keakraban Arissa dengan Brian.
"Masuklah, dan cepat istirahat, kalau merasa lelah, besok boleh istirahat satu hari." Kata Brian dengan penuh pengertian.
"Baik, kamu juga pulanglah, dan hati-hati di jalan." Ucap Arissa.
Melihat keduanya saling melempar senyum membuat raut wajah Damian kian berubah. Jika saja setir mobilnya memilih perasaan, mungkin dia sudah menjerit kesakitan di remas kuat oleh Damian.
Setelah Brian pergi, Damian mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Remicari tahu tentang wanita yang bernama Rissa yang berkerja di perusahaan Sky House." Suruh Damian.
"Sekarang?" Tanya suara dari seberang sana.
"Iya, sekarang, setelah itu hubungi aku." Kata Damian.
"Baik pak." Sahut Dennis.
Damian masih memarkir mobilnya di depan gedung apartemen sambil menunggu panggilan dari Dennis.
Melihat Arissa, dan mendapati jika perempuan yang di bencinya itu bekerja di gedung yang sama membuat Damian menjadi curiga.
Dia was-was jika kedua perempuan itu sedang berkomplot untuk menjebak dirinya.
Dan, sebelum dia di jebak, dia akan memastikannya terlebih dahulu.
Jika terbukti benar. Maka, dia akan bertindak dan membuat kedua perempuan itu membayar mahal karena sudah coba-coba bermain-main dengannya.
"Pak direktur, tidak ada yang bernama Rissa di perusahaan itu." Suara Remi yang kembali menghubungi Damian terdengar.
"Tidak ada?" Heran Damian.
"Iya pak direktur, hanya ada satu nama, tapi itu Arissa. Bukan Rissa." Beritahu Remi membuat dahi Damian mengerut hebat.
"Arissa.... Rissa...." Damian kembali mengulang-ulang nama itu.
"Kalau begitu cari tahu lagi, siapa Arissa itu..." Kata Damian pada Dennis.
"Cari tahu semua tentangnya. Dan beritahu aku secepatnya." Sambungnya lagi.
...****************...
Selamat membaca untuk kalian. Jangan lupa support author dengan like, komen dan vote ya, dan tolong berikan bintang 5. Terima kasih semuanya.
tapi dr semua itu aku cuma mau apresiasi aja. walaupun feel aku ilang taoi ga sepenuhnya salah penulis, mungkin aku aja yang terlalu memaksa kan khayalanku. jadi terimakasih untuk karya yang bagus ini. semangat terus untuk berkarya..
aku akan baca cerita barunya tapi nabung partnya dulu. semangat ya.. terimakasih sudah menghibur. dan maaf kalau kritikan ku menyakiti mu
kah ceritanya...
hanya author yg tau
lanjut thor ceritanya