Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh
seorang Evanindhia Sashikirana..bahwa pengkhianatan yang di lakukan oleh kekasih nya bersama adiknya sendiri telah memaksa dirinya
untuk menjauh dari hingar bingar kehidupan
glamor kota metropolitan.
Dia memutuskan untuk mengisolasi dirinya ke
sebuah kota kecil yang ternyata keadaan di dalam
nya sangat lah di luar dugaan. Kehidupan liar dan
ekstrim harus dia lalui di sana yang bahkan tidak
pernah terlintas sedikitpun kalau dia akan masuk
dan mengalaminya sendiri.
Dia adalah seorang gadis kota dengan segala
pesona luar biasa yang di milikinya hingga di
setiap kemunculannya akan langsung menyihir
dan membius mata semua orang yang selama
hidupnya belum pernah melihat mahluk cantik
seperti dirinya.
Bagaimanakah Kiran akan dapat menjalani
kehidupan liar nya di kota kecil yang tidak di
kenal nya sama sekali.? Akankah dia menyesali
semua keputusan nya yang telah membawa
dirinya ke dalam kesulitan.??
** Ambilah hikmah yang terkandung di balik
setiap peristiwa **
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Balapan
*********
Dua hari berlalu tanpa terasa karena semuanya
berjalan lancar tanpa ada lagi masalah. Agra
tidak pernah membiarkan Kiran berada jauh
dari jangkauan nya untuk memastikan bahwa
istrinya itu selalu dalam perlindungan nya.
Lintang sudah di pecat dari pekerjaan nya
dan dia pun kena hukum adat, harus keluar
dari desa serta tidak boleh kembali dalam
kurun waktu yang sudah di tentukan.
Akhirnya Kiran memutuskan menjual seluruh
hasil perkebunan nya pada seorang pembeli
dari luar kota. Dan rencananya dua hari lagi
penebangan akan segera di mulai. Dia sudah
berkoordinasi penuh dengan pihak pembeli.
Rencana besar ini memerlukan persiapan yang
sangat matang di mulai dari peralatan berat,
tenaga manusia, akses jalan sampai dengan
sistem keamanan karena biasanya akan timbul
gangguan dari para pencuri yang semakin
gencar melakukan aksinya di hari penebangan.
Hari ini Moza datang menagih janji Agra untuk
mengajak nya balapan di lintasan basah yang
masih berada di daerah desa Girilaya, tepatnya
di atas bukit yang cukup terkenal karena sering
di jadikan tempat mengadakan event serupa.
"Aku akan ikut dengan mu..!"
Kiran keukeuh dengan keinginan nya untuk ikut
melihat kegiatan Agra dengan tamunya itu. Dia
menatap tajam wajah Agra yang balas menatap
nya dengan seringai senyum tipis yang tercipta
di sudut bibirnya melihat reaksi tidak suka istri
nya itu. Kelihatan jelas kalau gadis itu cemburu.
Kiran tidak akan membiarkan gadis pembalap itu
bebas berdekatan dengan suaminya karena dia
tahu pasti bahwa gadis itu sangat menyukai Agra.
Cemburu..! ya mungkin saja, Kiran tidak peduli
dengan hal itu, yang jelas saat ini hatinya tidak
akan rela untuk membiarkan suaminya itu dekat
dekat dengan wanita lain setelah dia mengetahui
perasaan Lintang pada Agra.
"Apa kau cemburu pada wanita itu.?"
Goda Agra sambil menyandarkan punggungnya
di badan mobil seraya melipat kedua tangan nya
di dada. Kiran menggeleng kuat mencoba untuk
mengingkari kenyataan.
"Tidak sama sekali, aku..aku hanya ingin tahu
saja seperti apa tempatnya.!"
Kilah Kiran dengan memalingkan wajahnya
yang bersemu merah. Agra mencoba untuk
menyembunyikan senyumnya melihat reaksi
kesal Kiran.
"Kenapa tidak jujur saja kalau kamu sangat
cemburu melihatku dengan wanita itu.!"
"Kubilang tidak ya tidak !"
"Oke..kau tidak cemburu, tapi kau tidak suka
kan melihat ku dekat dengan nya !"
"Agraa..sudah ! jadi berangkat atau tidak.?"
Kiran semakin kesal, dia menatap jengah wajah
Agra yang kini mengulum senyumnya, senyum
yang mampu membuat hati Kiran saat ini seakan
di penuhi bunga-bunga bermekaran. Keduanya
saling pandang kuat.
"Jangan cemas..dia itu bukan lah tandingan mu
Nona Kiran..kau adalah bunga sakura ku..!"
Bisik Agra di telinga Kiran sambil kemudian
melangkah kearah lain untuk berbicara dengan
Badar.
Kiran terhenyak dalam diam. Bunga Sakura.??
Tiba-tiba otak Kiran seakan berputar pada memory belasan tahun silam..Kiran menatap sosok Agra
dengan angan yang melayang-layang tidak jelas.
Dia melihat saat ini Agra sedang memberi arahan
pada Badar untuk mengawasi perkebunan selama dirinya pergi.
Kenapa kata-kata itu bisa keluar dari mulut Agra ?
Tidak.! ini adalah hal yang wajar saja. Ya..tentu.!
Semua orang bisa saja mengatakan hal yang
sama bukan.? bahkan sama persis.! ya bisa saja.
Otak Kiran terus saja berputar tidak henti.
"Bunga sakura..."
Kiran bergumam masih dalam mode bingung
sampai dia tidak menyadari saat ini Agra sudah
kembali menghampiri nya kemudian membuka
pintu mobil Range Rover yang akan di kendarainya.
"Baiklah sayang..ayo kita berangkat sekarang..!"
Ujar Agra sambil kemudian mengangkat tubuh
Kiran yang terkejut dan reflek mengalungkan
kedua tangannya di leher kokoh Agra, mata
Kiran mengunci wajah tampan kharismatik
Agra seakan mencoba mengingat sesuatu.
Agra mendudukkan Kiran di jok depan kemudian
memasangkan sabuk pengaman ke tubuh gadis
itu yang masih saja mematung dalam diam.
Sejenak Agra menatap tenang wajah bingung
Kiran, dia kembali menyunggingkan senyum
tipis penuh arti, setelah itu memutar badannya.
Tidak lama dia mulai melajukan mobilnya keluar
dari area pondok di ikuti oleh mobil Bara dan Zack
si pemimpin pasukan bayangan hitam. waktu
yang di butuhkan untuk sampai ke lokasi balapan
sekitar 30 menit.
------ ------
Tiba di tempat semua orang turun dari mobil.
Mereka semua berdiri di atas lahan terbuka yang
bisa melihat dengan jelas sirkuit balapan di bawah
nya yang terlihat cukup menantang. Sirkuit itu
terletak di atas bukit yang di kelilingi oleh tebing
curam di beberapa sisi nya dengan berbagai
macam rintangan yang cukup menjanjikan.
"Kalian pastikan semuanya aman terkendali..!"
Titah Agra pada Bara dan Zack yang berdiri di
belakang nya sedang mengamati situasi.
"Kami sudah memastikan nya Tuan..! yang harus
di waspadai adalah dua tebing curam di sana.!"
Zack menunjuk kearah selatan dimana di sana
terdapat tebing yang langsung mengarah ke
lembah ngarai setinggi kurang lebih 300 kaki.
"Hemm.. baiklah..kita akan lihat usaha terakhir
mereka untuk menyingkirkan ku kali ini. !"
Gumam Agra, matanya kembali melihat dan mengamati seluruh tempat dengan instuisi
tajamnya. Tidak lama dia melangkah kembali
menuju ke dekat mobil dimana saat ini Kiran
sedang melakukan panggilan telepon karena
kebetulan di tempat ini signal bisa di temukan.
Kiran melirik sebentar kearah kedatangan Agra
memberi isyarat untuk memberinya waktu
membuat Agra terdiam. Bersamaan dengan
kedatangan rombongan Moza.
Ada beberapa pembalap teman-teman Moza
yang hampir semuanya laki-laki dan hanya ada
seorang wanita di antaranya yang datang dan
akan ikut ambil bagian pada balapan kali ini.
Selain teman-teman pembalapnya ada juga
beberapa pria sipil yang datang menemani
mereka dan seperti nya bertugas mengawal
serta mengawasi Moza.
Moza melompat turun dari mobilnya langsung menghampiri Agra seraya melempar senyum
semanis madu nya.
"Hai Tuan Agra.. senang sekali anda menepati
janji untuk bertemu di tempat ini.."
Ucap Moza seraya berjabat tangan dengan Agra
yang hanya mengangguk sedikit.
"Saya hanya penasaran saja Nona..!"
Sahut Agra sambil melihat kearah kawan-kawan pembalap Moza yang saat ini sedang menatap
terpesona kearah Kiran. Kelihatannya mereka
sangat tertarik dengan keberadaan gadis cantik
itu di tempat ini.
"Bagaimana menurut anda Tuan.. kelihatannya
cukup menantang bukan.?"
"Lumayan.. sepertinya kita perlu mencobanya
langsung.!"
"Ohh.. sepertinya anda sudah tidak sabar ya
Tuan.. kebetulan saya sudah menyiapkan
kendaraan nya untuk anda.!"
Ucap Moza seraya menunjuk kearah sebuah mobil yang memiliki level satu kelas dengan yang di
pakai oleh dirinya. Agra menatap kendaran itu
dalam diam seolah sedang menilainya.
"Baiklah.. kelihatannya cukup tangguh.!"
"Sebetulnya itu mobil kesayangan saya Tuan..
tapi demi anda , saya akan merelakan nya."
Ucap Moza dengan wajah sedikit memerah.
Agra menatap tenang wajah gadis itu hingga
dia terlihat salah tingkah.
"Baiklah..mari kita coba sekarang juga.!"
Ujar Agra sambil kemudian membuka jaket nya
yang membuat wajah Moza semakin memerah
saat melihat bentuk tubuh sempurna Agra di
balik kaos pas body nya.
Kiran mengakhiri pembicaraan nya, dia menatap
diam kearah orang-orang yang kini sudah berada
di tempat itu lalu menghampiri Agra dan Moza.
"Hai Nona Kiran..anda datang juga rupanya..!"
Sapa Moza dengan raut wajah sedikit tidak
nyaman melihat keberadaan Kiran.
"Hai juga Nona Moza.. kebetulan saya sedang
tidak begitu sibuk, jadi sekalian mencari angin
saja di tempat ini..!"
Sambut Kiran memaksakan diri tersenyum.
Agra melihat keduanya dengan tatapan datar.
Bara membantu Agra untuk memakai pakaian
safety nya. Dan semua pembalap kini bersiap
dengan semua perlengkapan pengaman nya.
Kiran berdiri di dekat Agra melihat suaminya itu
dalam diam.Mata mereka dari tadi saling menatap
tidak pernah terlepas. Perasaan Kiran saat ini
sungguh tidak nyaman, hatinya seakan berat dan
tidak rela membiarkan Agra untuk melakukan
balapan ini, apalagi setelah dia melihat lintasan
balapnya yang cukup menyeramkan.
"Apa kau yakin akan melakukan balapan ini.?"
Kiran mencoba meyakinkan kembali seraya
melihat kearah sirkuit, wajahnya terlihat sangat
ragu dan resah. Agra mendekat, Bara sedang
memasang jaket di tubuh Tuannya itu.
"Kau meragukan kemampuan ku.?"
Agra memegang kedua bahu Kiran yang kini
menatapnya berat.
"A-aku hanya khawatir saja.. tempat nya sedikit
menyeramkan."
Lirih Kiran sambil menundukkan kepalanya.
"Ini hanya balapan biasa saja, hanya untuk
bersenang-senang, kau tenang saja..!"
"Tapi.. hatiku tidak enak Agra.. sebaiknya kamu
batalkan saja ya, kita pulang sekarang..!"
"Hei..Nona Kiran..kau hanya ketakutan saja.
Ini hanya lintasan basah biasa.."
"Agraa..aku takut terjadi apa-apa padamu.."
Agra menarik tubuh Kiran ke dalam dekapannya
berusaha untuk menenangkan gadis itu yang
terlihat mulai berlebihan akan ketakutannya.
Interaksi intim mereka berdua membuat orang-
orang yang ada di tempat itu menatapnya tajam
termasuk Moza. Sorot matanya terlihat tidak
percaya dengan apa yang kini di lihatnya.
Apakah mereka.punya hubungan khusus?
Hati Moza tiba-tiba saja di selimuti hawa panas.
"Tenanglah..bukankah ada kamu di sini, tidak
akan terjadi apa-apa padaku.!"
Bisik Agra kembali menenangkan Kiran yang
kini balik memeluk erat tubuhnya.
"Aku merasa semua tempat rasanya tidak aman
lagi untuk kita berdua..!"
"Aku tahu kamu masih trauma dengan semua
kejadian yang kemarin. Percayalah padaku.."
Kiran hanya bisa mengangguk pelan dan ragu.
"Kau tetap di sini, jangan kemana-mana.. ingat
jangan jauh-jauh dari Bara dan Zack oke..?!"
Tegas Agra seraya melepaskan pelukannya.
Keduanya kembali saling pandang kuat hingga
akhirnya Agra mencium lembut kening Kiran
yang memejamkan mata nya.
"Kalian jaga dia.. jangan pernah lengah.!"
Titah Agra pada dua bawahan setia nya yang
langsung mengangguk patuh.
Setelah semua persiapan selesai akhirnya rela
tidak rela Kiran harus membiarkan Agra menaiki
mobil yang sudah di siapkan oleh Moza.
Dengan hati yang masih saja gelisah Kiran
berdiri di pinggir area melihat kearah sirkuit
dimana semua pembalap saat ini sudah mulai
melajukan mobilnya menyusuri lintasan yang
di penuhi lumpur dan tanah basah.
Balapan pun kini sudah di mulai dengan laju
mobil yang masih termasuk mudah karena
hanya melintasi rintangan standar saja.
Namun setelah beberapa saat laju mobil-
mobil itu mulai naik saat memutari lintasan
bundar di sisi kanan sirkuit. Agra dan Moza
tampaknya masih berada di urutan depan.
Kiran tampak semakin khawatir saat melihat
Agra mempercepat laju mobilnya. Hatinya kini
semakin merasakan gelisah. Entah kenapa dia
memiliki firasat buruk saat ini.
"Mas Bara..!"
Kiran tidak tahan lagi saat melihat Agra mulai
melaju ke lintasan menanjak, menurun dan
memutar kembali berbelok tajam di atas
lintasan yang berlumpur tinggi.
"Iya Nona, ada yang bisa saya bantu..?"
Bara mendekat, menatap sekilas wajah resah
Nona nya itu.
"Suruh Zack untuk mendekat ke lintasan.! bawa
anak buahnya kesana.!"
Titah Kiran tiba-tiba yang membuat Bara sedikit
bingung dan menautkan alisnya.
"Tapi Nona..kita tidak bisa turun kesana, itu akan membahayakan bagi semua orang."
"Aku tidak mau tahu, ikuti mobil Agra dari jauh.
Suruh dia berhenti sekarang juga.!"
Bara semakin di buat bingung dengan perintah
Kiran yang tidak masuk akal itu.
"Nona..anda jangan khawatir, Tuan Agra itu
pembalap yang sangat handal dan profesional.
Ini hanyalah masalah sepele bagi beliau.."
"Aku tidak mau tahu, pokoknya dia harus
berhenti sekarang juga.!"
Bara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Ada apa dengan Nona nya ini, apa dia merasa
kan sesuatu yang tidak beres.?
"Nona saya rasa sebaiknya Nona menuggu di
mobil saja, mari saya antar.."
"Bara..! turuti perintah ku atau aku sendiri yang
akan turun kesana..!"
Pekik Kiran tidak tahan lagi, Bara dan Zack yang
baru saja mendekat tampak membeku di tempat,
tidak menyangka Nona nya akan semarah itu.
"Baik Nona..kami laksanakan.!"
Akhirnya Bara membungkuk lalu berbisik di
telinga Zack yang mengangguk faham. Mata
Kiran tidak berkedip melihat pergerakan mobil
Agra yang meluncur di urutan paling depan.
Seperti perintah Kiran Zack dan beberapa anak
buahnya melesat pergi menyusuri pinggiran
lintasan untuk mengikuti pergerakan mobil Agra
yang kini sudah hampir mencapai ujung sirkuit.
Namun ada sesuatu yang tidak beres, saat
Agra melajukan mobilnya menuruni bukit untuk
menuju akhir lintasan ada suara letusan kecil
beberapa kali yang membuat mobilnya oleng
dan tidak terkendali.
Dia tidak bisa menghentikan laju mobilnya
karena kini kedua ban belakang nya hancur.
Jantung Kiran berdenyut nyeri saat dia melihat
laju mobil Agra yang hanya terlihat lamat-lamat
saja meluncur deras menuruni bukit. Semua
orang yang ada di tempat itu tampak bengong
saat melihat mobil yang di kendarai oleh Agra
meluncur tidak terkendali menuju ke pinggir
tebing.
Moza dan kawan-kawan nya terlihat terkesima
saat melihat mobil Agra benar-benar tidak bisa
di hentikan meluncur kearah tebing.
"Agraa...."
Kiran menjerit histeris saat dia melihat mobil
Agra meluncur deras jatuh ke bawah tebing
curam dengan suara dentuman keras di susul
ledakan dahsyat.
Matanya membulat sempurna, tubuhnya kini
beku di tempat tidak bisa bergerak. Nyawanya
seakan tercabut dari raganya. Bara pun terlihat
syok melihat semua kejadian cepat itu, sesaat kemudian dia tersadar saat melihat tubuh Kiran
sudah tergeletak pingsan di atas rumput.
"Nona Kiran..!"
Bara segera mengangkat tubuh Kiran ke dalam
pangkuan nya di bawa ke dalam mobil di bantu
oleh bawahan Zack yang sama paniknya. Dia
mendudukkan Kiran di jok depan.Tubuh Kiran
kini bagai sebuah kapas, pucat dan lemas.
Bara meremas kepalanya, apa yang harus dia
lakukan sekarang ? mana yang harus dia tangani
lebih dulu? Wajah nya saat ini benar-benar dalam
mode bingung akut..!
**********
TBC.....