Gadis cantik berpenampilan culun bernama Diana sarasvati, dia sudah beberapa kali pindah sekolah karena ada sesuatu yang tidak menyenangkan. Banyak sekali siswa laki-laki di sekolah lamanya yang menyukainya karena kecantikannya, dan membuat dia dimusuhi oleh teman wanitanya. Untuk menghindari hal tersebut dia merubah penampilannya menjadi culun, dan menjadi siswa baru di SMA Nusa Bangsa. Ternyata di sekolah baru bukan menyelesaikan masalah justru karena penampilannya yang seperti orang culun, banyak teman yang membullynya.
Ada seseorang teman laki-laki tampan namanya Galen Ray Suhendra. Dia salah satu siswa yang mau berteman dengan Diana, dan membela Diana saat dibully.
Untung saja Diana siswa yang pandai, dan karena kecerdasannya itu mengharumkan nama sekolah. Dan semenjak itu dia mulai mempunyai teman banyak, walaupun masih ada yang tidak suka dan membully.
Mari kita simak bagaimana perjuangan Diana menghadapi teman- temannya, apakah Diana akan merubah penampilannya lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pizza
Diana beralasan tadi jatuh di genangan air, makanya kotor dan acak-acakan. Dia juga mengatakan kalau lututnya juga memar, dan sedikit luka.
Papah Edo langsung mengambilkan obat untuk Diana, beliau juga hendak membawa Diana ke rumah sakit tetapi Diana menolak.
"Pelan-pelan, Pah! sakit," ucap Diana meringis kesakitan saat Papah Edo membersihkan luka di lututnya.
"Makannya kalau jalan hati-hati! jangan sampai jatuh lagi, sakit kan kalau sudah begini," Sahut Mamah Airin.
Sebenarnya tadi disekolah, Siska dan kedua temannya mengetahui kalau Diana mendapatkan nilai bagus saat pelajaran. Mereka tidak terima ada yang lebih pintar dari mereka, lalu Maura meminta Diana untuk mengajari belajar. Tetapi Ray melarang Diana untuk mengajari mereka, karena sudah ada guru les disekolah yang siap membantu.
Mereka bertiga hanya malas untuk les dan pulang sore, padahal les dari sekolah tidak membutuhkan biaya lagi alias gratis. Setiap pulang dari sekolah mereka bertiga memilih untuk jalan-jalan ke mall, atau berkumpul di rumah. Sebenarnya mereka juga siswa yang berbakat, tetapi karena malas membuatnya mendapat nilai kurang memuaskan. Jika ada teman yang mendapatkan nilai bagus, mereka iri dan tidak suka.
Waktu pulang sekolah tadi Diana dan Ray jalan bareng menuju ke parkiran, Siska dan kedua temannya mengikuti mereka lalu mendorong Diana sampai jatuh dan masuk ke got. Sehingga membuat Diana kotor dan acak-acakan, untung saja ada Ray yang membantunya membersihkan dengan menyemprotkan air menggunakan selang. Diana menangis kesakitan saat air mengenai lututnya yang terluka, lalu Ray menggendong Diana masuk ke dalam mobil dan mengantarkan pulang.
Mamah Airin lalu mengambilkan makan untuk Diana, dengan penuh kasih sayang beliau menyuapi Diana. Sebenarnya beliau juga tidak rela kalau anaknya sakit, walaupun sering berdebat. Kasih sayang Mamah Airin begitu besar pada putrinya, beliau hanya ingin memberikan hal terbaik untuk anaknya.
Setelah Diana tertidur, Papah Edo mengajak istrinya ke ruang keluarga. Mereka membicarakan Diana yang mereka sangka berbohong.
"Pah, pasti ada yang mau celakain anak kita! Mamah harus ke sekolah besok," ucap Mamah Airin yang hafal dengan sikap putrinya. Diana tidak pernah mengadukan perbuatan temannya yang jahat dengannya,
Dulu pernah ada teman sekolah Diana yang lama, membuat Diana pingsan di sekolah tetapi Diana tetap memaafkan anak itu. Padahal pihak sekolah sudah hampir mengeluarkan anak itu, tidak hanya sekali dua kali hampir setiap ada kesempatan anak itu berusaha mencelakai Diana.
"Mah, jangan membuat anak kita semakin diejek temannya! kita juga tidak ada bukti kan," ucap Papah Edo.
"Tapi, Pah! mereka sudah keterlaluan, Diana tidak pernah mengganggu mereka juga," kata Mamah Airin.
Papah Edo berusaha untuk menenangkan istrinya, beliau juga tidak ingin membuat keributan.
Keesokan harinya Mamah Airin mengizinkan Diana pada gurunya, untuk tidak masuk ke sekolah. Beliau tidak tega melihat Diana yang kesakitan, takutnya akan membuat keadaan Diana semakin parah kalau masuk sekolah.
"Diana, apa sebaiknya kamu pindah sekolah saja," ucap Mamah Airin sembari menyuapi makan Diana, padahal Diana bisa makan sendiri.
Diana menolak ide Mamahnya, dia sudah merasa sangat nyaman sekolah di SMA Nusa Bangsa. Sekolah terfavorit yang tidak bisa semua orang diterima, karena rata-rata siswa di sekolah itu memiliki kecerdasan yang luar biasa.
Mamah Airin juga heran, kenapa setiap pindah ada saja teman yang tidak suka dengan anaknya. Padahal Diana termasuk anak yang pendiam dan tidak suka mengganggu temannya.
"Mah, mau berapa kali Diana pindah sekolah? biarkan dia beradaptasi dulu, mungkin belum mengenal banyak teman," ucap Papah Edo.
"Pah, Mah, cukup! jangan berdebat lagi, Diana akan berusaha membuat kalian tidak sedih lagi," kata Diana.
"Mamah tau kamu seperti ini pasti gara-gara teman kamu kan? ayo ngaku saja! jangan berbohong sama Mamah," kata Mamah Airin.
"Apa kata Diana benar, Mah! biarkan Diana berusaha dulu," sahut Papah Edo.
"Papah, kenapa belain Diana terus, bikin Mamah kesel aja," kata Mamah Airin.
Kedua orang tua itu akhirnya berdebat, membuat Diana berteriak agar orang tuanya berhenti berdebat. Sampai membuat Papah Edo tidak ke kantor lagi, karena terlanjur gemas pada istrinya yang bawel.
Posisi mereka saat ini berada di ruang keluarga, mereka tadinya duduk bersebelahan karena berdebat Diana langsung duduk di tengah-tengah antara Papah Edo dan Mamah Airin.
"Baikan dulu dong, Pah, Mah! masa setiap hari berdebat terus, lama-lama Diana capek dengernya," kata Diana.
"Kamu anak kecil tau apa?" tanya Mamah Airin membuat Diana menoleh ke arahnya. Sedangkan suaminya hanya bisa menggelengkan kepalanya, karena heran.
Perdebatan antara kedua orang tua itu tidak ada selesainya kali ini, membuat sang anak berusaha untuk menghentikannya.
Diana mengatakan kalau ingin makan pizza, lalu Papah Edo mengajaknya untuk pergi ke kedai pizza terdekat. Mamah Airin dengan senang hati mengikuti keinginan anaknya, hal ini juga membuat keduanya akur kembali.
Diana tersenyum bahagia, akhirnya bisa menghentikan perdebatan kedua orang tuanya. Dia juga merasa bersalah sudah membuat orang tuanya berdebat tidak jelas.
Kebetulan hari ini jalanan tidak macet, jadi mereka bisa sampai di kedai pizza dengan cepat. Diana langsung memesan pizza yang berukuran besar, membuat Papah Edo dan Mamah Airin saling berpandangan.
"Pah, yakin habis nanti itu pizza?" tanya Mamah Airin dengan berbisik.
"Nanti kalau tidak habis kita yang makan, Mah! jangan terlalu dipikirkan," ucap Papah Edo.
Diana meminta pizza itu dibungkus, dia ingin memakannya di rumah. Setelah membeli pizza mereka pergi ke toko boneka, Diana meminta Papahnya untuk membelikan boneka tetapi dibungkus kertas kado.
"Sayang, kenapa dibungkus?" tanya Papah Edo saat membayar di kasir.
"Buat Tante, Pah! Diana sudah ingkar janji, sebagai tanda minta maaf saja," ucap Diana.
"Tante! tante siapa?" tanya Papah Edo.
Belum juga Diana menjawab, Mamah Airin sudah berteriak. Pembayaran di kasir juga belum selesai, sehingga membuat Papah Edo meninggalkan Diana dan menuju ke arah istrinya berada.
"Ada apa, Mah?" tanya Papah Edo.
Mamah Airin mengatakan kalau melihat Reni naik ke dalam mobil di seberang jalan, tadi beliau berencana untuk mendatangi tetapi mobilnya terlanjur jalan.
Papah Edo mengajak Mamah Airin untuk mengikuti mobil yang dinaiki Mamah Reni, dan meninggalkan Diana di toko itu. Mereka berdua sampai lupa dengan Diana, yang masih menunggu proses pembayaran boneka.
Diana keluar ndari toko sudah tidak mendapati kedua orang tuanya, dia melihat mobil Papahnya melaju dengan kencang.
"Papah!" teriak Diana dengan kencang sambil berlari mengejar mobil Papahnya.
Diana sampai terjatuh, karena terlalu kencang berlari. Hingga membuat boneka yang dipeluknya terpental jauh.
jangan ngancam donk ray
jangan di sembunyikan dan di zholimi mulu ....