Putri Ceria gadis cantik yang harus menyandang status janda di usia muda. Saat berumur 19 tahun Putri menikah dengan pemuda dikampung tempat tinggalnya. Namun pernikahan yang baru seminggu itu harus kandas.
Setahun menjanda tidak mudah baginya. akhirnya Putri merantau ke kota. Di kota pun hidupnya penuh lika-liku.
"Bagaimana kalau aku yang membayarmu 1M," ucap kakek yang baru saja menolongnya.
Bagaimana kisah si janda muda hidup di Kota? Siapa kakek yang akan membayarnya 1 M?
Penasaran bagaimana kisah si janda muda, yuk langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom yara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Menghianati sugesti
Setelah selesai nonton, mereka langsung pulang. Raditya merangkul bahu Putri sejak mereka keluar dari dalam bioskop. Hardian mengekor di belakang mereka seperti menjadi pengasuh keduanya.
Rasakan, emang enak dicuekin, itu balasanku karena paman menciumku tanpa ijin.
"Mereka membuatku jadi obat nyamuk, awas saja nanti," umpat Hardian dalam hati.
*
*
Hardian berdiri di balkon, menatap jauh dengan pikiran yang membuatnya gelisah. Dia teringat ucapan ayah Malik beberapa jam yang lalu.
"Aku akan menjodohkan Raditya dan Putri. Aku ingin mereka menikah secepatnya. Bantu ayah menyiapkan semuanya."
"Raditya sudah setuju dan Putri, ayah akan membuatnya setuju."
Hardian menyesap minuman dingin yang dipegangnya. Tidak ada yang bisa membaca pikirannya. Wajah dinginnya menutupi apa yang ia rasakan. Tak terasa minuman yang dipegangnya telah tandas.
Hardian melangkah keluar kamar menuju dapur. Langkah kakinya terhenti saat melihat wanita yang mengganggu pikirannya sedang membuat mie instan. Hardian memperhatikannya dari belakang. Senyum tipis terukur di bibirnya. Setelah selesai wanita itu membawa hasil masakannya ke atas meja kecil yang ada di dapur itu.
Hardian melangkah mendekat lalu duduk dihadapannya. Putri mendongak dengan mulut penuh mie instan. Terkejut melihat pria yang membuatnya kesal duduk dihadapannya.
Laki-laki itu diam sembari menatapnya. Tatapan yang membuat bulu kuduknya berdiri. Putri makan lebih cepat, rasanya hambar makan sambil diawasi.
Setelah selesai Putri mencuci piringnya lalu berlalu pergi dari sana tanpa melihat laki-laki itu. Saat ia melewati Hardian, tiba-tiba tangannya ditarik membuat tubuh Putri berbalik. Gerakan yang sangat cepat. Hardian berdiri lalu mengecup bibir ranum wanita itu. Lama-lama kecupan itu berubah menjadi ******* kecil. Terdengar suara khas ciuman, Hardian menikmatinya, meskipun wanita itu tidak membalas ciumannya.
Putri bergeming, antara terkejut dan menikmati ciuman laki-laki itu.
Ada yang ingin Hardian pastikan dengan mencium bibir wanita itu. Setelah mendapat jawaban yang diinginkannya, Hardian melepas bibir ranum wanita itu. Kedua tangannya pun perlahan menjauh dari tubuh Putri. Sejenak mengatur napasnya yang naik turun, perlahan ia melangkah mundur. Menatap Putri sekilas lalu pergi tanpa mengucapkan satu patah katapun.
Hardian menertawakan dirinya sendiri ketika ia sudah berada di dalam kamar.
"Tidak mungkin." Hardian berusaha untuk menolak isi hatinya. "Tidak mungkin aku menyukai bekas orang. Dia wanita murahan tidak pantas bersamaku." Hardian tertawa sumbang.
"Tapi hatiku menginginkannya, jantungku berdebar saat berdekatan dengannya, darahku berdesir hanya denga melihat senyumnya dan bibir itu membuatku ingin lagi mencicipinya."
Hardian duduk dengan bersandar pada samping ranjang. Mengusap wajahnya kasar.
*
*
Kembali pada Putri.
Putri menyentuh bibirnya.
"Dia langsung pergi setelah melakukannya, dua kali dia menciumku tanpa ijin dariku. Dan bodohnya aku malah menikmatinya."
"Brengsek! Dia laki-laki brengsek." umpat Putri, tentunya setelah laki-laki itu pergi. Dia merasa semakin rendah. Hardian memperlakukan dirinya seenaknya, menghinanya, merendahkannya, dan tatapannya seakan menatapnya jijik.
*
*
Keesokan harinya.
Putri menemui kakek yang berada dikamarnya. Putri mengutarakan keinginannya untuk pergi, meskipun berat kakek menyetujuinya.
"Put, kakek ingin meminta sesuatu darimu. Menikahlah dengan Raditya. Kakek ingin menjodohkan kalian."
Putri terkejut dengan apa yang di minta kakek. Bagiamana bisa dia menikah dengan Raditya jika diantara mereka tidak ada cinta. Meskipun hal itu pernah ia takutkan, tapi nyatanya selama mereka bersama tidak ada benih cinta yang muncul pada hati keduanya.
"Tapi Kek, kami... "
"Kakek tahu, tapi percayalah seiring berjalannya waktu kalian akan saling membutuhkan dan saling mengisi. Kau tidak perlu menjawab sekarang, kakek akan memberimu waktu satu minggu. Kakek juga tahu ini tidak mudah bagimu setelah mengalami kegagalan dalam rumah tangga. Tapi pikirkanlah."
"Kakek berharap mendapat jawaban yang menyenangkan. Kakek tua ini tidak banyak berharap, kakek hanya ingin cucu kakek bahagia dengan hidup bersama wanita yang tepat, hanya itu keinginan kakek."
Putri tidak memberikan jawaban pasti, ia terlalu terkejut dan juga bingung harus menjawab apa. Pernah gagal membuatnya enggan untuk menikah lagi, ada ketakutan dalam dirinya, takut untuk jadi janda untuk kedua kalinya.
Penikahan yang gagal mungkin biasa saja bagi sebagian orang, tapi tidak untuknya. Bukan berarti dia tidak ingin menikah, hanya saja ia belum siap untuk saat ini. Suatu saat nanti ia juga ingin punya keluarga kecil, jika masih ada jodoh.
"Putri pergi, Kek."
"Jaga dirimu dengan baik." Setelah menganggukkan kepalanya, Putri keluar dari dalam kamar kakek dan juga dari rumah itu.
Ia hanya berpamitan pada kakek, Raditya sepertinya masih tidur. Hardian, tentu saja tidak perlu karena dialah orang yang membuat Putri memutuskan pergi dari sana.
*
*
"Dia hanya wanita murahan. Aku tidak menyukainya. Aku tidak mau melihatnya." Begitulah sugesti yang di ucapkan Hardian sebelum membuka pintu kamarnya.
Dia berjalan menuju meja makan. Disana sudah ada ayah Malik dan juga Raditya dan wanita itu tak terlihat.
Mereka sarapan dalam diam dengan pikiran masing-masing. Suasana tidak seperti biasanya. Seperti ada yang kurang. Kakek dan Raditya kurang semangat saat sarapan.
Sampai mereka selesai sarapan, wanita itu juga belum terlihat.
"Kemana wanita itu? Tidak sopan meninggalkan waktu sarapan." tanya Hardian dalam hati. Hardian mencari wanita itu, ia sudah berhianat pada sugesti yang ia ucapkan.
"Belum sehari aku sudah merindukannya," lirih Raditya.
"Sama, rasanya ada yang kurang," sambung kakek tak semangat.
Hardian tidak ikut menimpali, selain malas ia juga tidak tahu apa yang dibicarakan mereka berdua.
"Putri sedang apa ya? Apa dia juga rindu?"
"Paling lagi tidur di apartemennya," jawab kakek.
"Paman tidak merindukan Putri?" tanya Raditya yang kemudian di jawab sendiri oleh Raditya. "Tentu saja paman tidak rindu, kalian tidak sedekat itu untuk saling merindukan."
Tidak dekat? Kami sudah berciuman. Batin Hardian dengan bibir yang terangkat ke atas.
Setelah selesai sarapan. Hardian akan berangkat ke kantor. Sakti sudah menunggunya di luar. Hardian pun masuk ke dalam mobil.
"Cari tahu dimana alamat apartemen yang diberikan kakek untuk Putri dan carikan aku apartemen tepat disebelahnya," titah Hardian pada Sakti setelah mobil melaju jauh.
"Baik, Tuan," jawab Sakti. Setelah itu mengambil nafas panjang.
Tugas kali ini tidak akan mudah. Mencari apartemen Putri mudah baginya. Tapi mencari apartemen yanga berada tepat disebelahnya, itu yang akan sedikit susah, meskipun uang berbicara. Terkadang uang tidak ada artinya.
*
*
Tak lama kemudian, Sakti masuk ke ruangan Hardian, lalu memberikan alamat apartemen Putri beserta kunci apartemen yang di inginkan Hardian.
Hardian tersenyum melihat kunci di tangannya. Untuk kedua kalinya ia menghianati sugesti yang ia ucapkan sendiri.
"Aku tidak ingin melihatnya, hanya ingin tahu saja," gumam Hardian penuh arti.
👇👇👇
Terjebak Dalam Cinta Hitam
raditya kyknya disembunyikan hardian