Bella yang lari untuk menghindari pria yang mengambil ciuman pertamanya, justru dipertemukan kembali oleh Tuhan di negara dan tempat kuliah yang sama.
Setelah pertemuan itu, keduanya baru menyadari jika saling mencintai satu sama lain. Hubungan keduanya pun menjadi hubungan asmara yang manis.
Namun siapa sangka, keduanya harus dipisahkan kembali oleh keluarga Bella yang tidak menyetujui hubungan mereka.
Apakah alasan di balik semua itu? Dan akankah mereka bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💞💋😘M!$$ Y0U😘💋💞, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepulangan Orang Tua Brey
Hari yang panas di ibukota Jakarta, menambah panas suasana hati Brey. Sejak kedatangannya ke Jakarta, setelah ponselnya aktif kembali, entah kenapa nomor telpon Bella sudah tidak bisa dihubungi lagi. Hari ini Brey memberanikan diri untuk mengunjungi kediaman Bella. Apapun yang akan terjadi kedepannya, ia akan memperjuangkan cintanya kepada Bella.
Alamat rumah Bella yang diberikan Mili sudah ditangannya, bagaimana pun Brey harus bertemu Bella hari ini. Brey sudah bersiap siap menuju rumah Bella. Perjalanan dari rumah Brey ke rumah Bella cukup memakan waktu, mengingat seperti apa kemacetan di ibukota Jakarta. Brey menepikan mobilnya sesaat setelah ia yakin yang ada di depannya adalah rumah Bella.
Bangunan rumah itu benar benar terlihat mewah dan megah. Wanita yang ia cintai terpenjara di dalam rumahnya sendiri. Entah kenapa ia harus dipisahkan dengan Bella. Brey memejamkan matanya sebelum akhirnya keluar dari mobilnya menuju pintu gerbang rumah Bella.
"Permisi..." ujar Brey di depan pintu gerbang tersebut.
Seorang penjaga rumah menghampiri pintu gerbang, "iya... mau cari siapa?"
"Apa benar ini rumah Bella?"
"Benar, ini rumah non Bella."
"Aku Brey pak... bisakah aku bertemu dengannya?"
"Brey? Oh... non Bella tidak ada," jawab sekuriti itu.
"Mengapa tiba-tiba saja ia bilang Bella tidak ada, apakah karena mendengar namaku," pikir Brey.
"Tolong pak, aku temannya ingin sekali bertemu dengannya," pinta Brey lagi.
"Sudah bilang tidak ada, ya tidak ada. Sudah sana pergi dari sini."
Mendapat perlakuan seperti itu membuat Brey tidak terima. Ia yakin ada yang salah dengan semua ini.
"Bella... keluarlah... aku tahu kau ada di dalam, keluarlah...!" teriak Brey.
"Jangan cari keributan disini, sudah pergi sana."
"Bella... kau dengar kan, keluarlah... kita harus bicara," teriak Brey lagi.
*****
Bella yang terus merenungi nasibnya karena ponselnya kembali disita oleh kakaknya, tiba tiba saja terkejut saat mendengar suara teriakan Brey. Ia kira hanya halusinasi nya saja, namun teriakan pria itu semakin keras. Bella segera keluar dari kamarnya, namun ia langsung dicegah kakaknya.
"Masuk ke kamar," perintah bang Bii
"Bang... itu..."
"Masuk ke kamar, kau dengar kan!" bentak bang Billi.
"Bang... Bella mohon... izinkan Bella menemuinya bang, sekali saja," pinta Bella seraya terisak.
"Kau masuk ke kamar atau abang akan membunuhnya sekarang juga," ancam bang Billi.
Bella terbelalak, air matanya semakin mengalir deras. Ia pun segera membalikkan tubuhnya dan kembali ke kamarnya.
*****
"Bella... aku tahu kau ada di dalam, kita harus bicara Bella. Kau pergi begitu saja tanpa memberitahu padaku. Bella..." Brey terus saja berteriak membuat bang Billi semakin geram.
Bang Billi keluar dari rumahnya seraya menemui Brey.
"Apa yang kau lakukan? Berani sekali membuat keributan disini," ujar bang Billi.
"Bang Billi masih ingat aku kan? Tolong pertemukan aku dengan Bella bang, apa salahku sampai tidak diperbolehkan menemuinya."
"Bella tidak ada disini, ia sedang keluar kota."
"Jangan berbohong bang, aku tahu abang menyembunyikan di dalam."
"Aku menyembunyikannya? Untuk apa? Sudah sana pergi."
"Apa salahku bang? Aku mencintai Bella, aku berniat baik untuk menikahinya, aku hanya..."
"Kau tidak pantas untuk Bella," sergah bang Billi, "apa kau lupa seperti apa kelakuanmu terhadap beberapa wanita, adikku tidak akan masuk ke dalam perangkap pria baji*gan sepertimu," katanya membuat Brey terkejut.
"Jadi mereka melihat masa laluku yang buruk, pantas saja kami tidak mendapatkan restu," pikir Brey.
"Bang... itu masa lalu... aku sekarang sudah berubah sejak bertemu dengan Bella. Aku benar benar mencintainya, bang."
Bang Billi melepaskan tawanya, "kau pikir aku percaya. Saat ini kau bilang mencintainya, tapi entah besok, bulan depan, tahun depan, saat kau bertemu dengan wanita lain yang melebihi adikku, apakah kau masih bisa bilang mencintainya. Bella adalah adik satu satunya yang aku miliki, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya termasuk kau. Jadi, jangan berharap aku akan menyerahkannya padamu."
"Demi Tuhan bang, aku janji tidak akan pernah menyakitinya."
"Jangan bawa bawa nama Tuhan, kau menyerah saja. Sebentar lagi Bella akan menikah dengan pria yang sudah dijodohkan," celetuk bang Billi.
Bak petir menyambar, ucapan bang Billi membuat Brey nyaris mati berdiri.
"Tidak bang...! Bella milikku. Aku tidak akan menyerahkan Bella pada siapapun. Aku akan mendapatkannya dengan cara apapun, sekarang mungkin aku harus menyerah. Tapi aku akan kembali lagi nanti," ucap Brey seraya meninggalkan rumah Bella begitu saja.
"Dasar pria gila. Ingat pak, jangan biarkan pria itu masuk ke dalam rumah ini," ujar bang Billi pada sekuriti nya seraya kembali masuk ke dalam rumahnya.
*****
Brey mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia tidak akan menyerah begitu saja untuk mendapatkan Bella. Pria itu berkali-kali memukul setir mobilnya sendiri sambil mengumpat dengan keras.
Hanya karena masa lalunya saat sekolah, ia tak mendapatkan restu dari keluarga Bella. Kenakalan remaja yang ia lakukan sangat disesalinya.
"Haruskah aku menculikmu Bell, haruskah kita kawin lari saja," gumam Brey.
Suara dering ponsel mengejutkan Brey, ia melihat layar ponselnya. Itu adalah panggilan dari ibunya. Brey menepikan mobilnya seraya mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Halo, mah..."
"Halo Brey... kenapa tidak ada kabar nak? Kau baik baik saja kan?"
"Semakin kacau mah, aku bahkan belum bisa menemui Bella."
"Ya Tuhan... haruskah kami menemui orang tuanya?"
"Tidak perlu mah, aku yakin bisa menyelesaikannya sendiri."
"Jangan keras kepala Brey, masalah ini sudah melukai keluarga Mahardika. Mama juga sudah sangat menyukai Bella, lebih baik kami ikut campur dalam masalah ini nak. Ini masa depanmu, masa depan keluarga Mahardika."
Brey tidak bisa berpikir lagi, tapi sepertinya ibunya benar, masalah yang ia hadapi sangatlah serius. Ia tidak bisa menggunakan cara keras untuk menghadapi keluarga Bella.
"Mama yakin bisa membantuku?"
"Tentu saja nak, kau jangan khawatir lagi. Tetap tenang sampai mama dan papa tiba di Indonesia."
"Baik mah, aku akan menunggu kalian," ucap Brey seraya menutup panggilannya.
Sedikit tenang setelah berbicara dengan ibunya, Brey pun melanjutkan perjalanan.
*****
Dua hari kemudian...
Brey maupun Bella masih saja belum bisa bertemu, usaha Brey terus saja sia sia. Brey frustasi dan setiap malamnya selalu saja ia habiskan dengan mabuk bersama Amir dan Rafa. Hari yang semakin larut membuatnya lupa pulang ke rumah, padahal ayah dan ibunya akan segera tiba di Indonesia.
Kedua sahabatnya sangat kasihan melihat keadaannya, mereka juga tidak bisa membantunya. Karena Brey semakin mabuk, terpaksa Amir mengantarkannya pulang.
Sesampainya di rumah Brey, Amir sangat terkejut karena disambut oleh kedua orang tua Brey yang baru tiba dari Inggris.
"Ya Tuhan... anak ini..." ujar ayah Brey seraya membantu Amir membawa Brey masuk ke dalam rumahnya.
"Apa ia selalu seperti ini?" tanya ibu Brey.
Amir menganggukkan kepalanya, "om dan tante baru tiba disini ya? tadi Brey sempat bilang padaku. Perkenalkan om, tante... aku Amir sahabat Brey."
"Terima kasih banyak Amir, Brey pernah cerita tentang kalian pada tante. Maaf merepotkan."
"Tidak apa apa tante... sebenarnya Brey hanya frustasi saja."
"Tante tahu Amir, pasti Brey juga sudah menceritakan semuanya padamu."
Amir menganggukkan kepalanya, "ini pertama kalinya aku melihat Brey menyukai wanita dengan serius. Aku sebagai sahabatnya hanya bisa mendukung saja. Karena ini sudah malam sekali, aku pamit pulang ya om, tante."
"Sekali lagi terima kasih Amir."
"Sama sama tante," jawab Amir seraya berpamitan pulang.
*****
"Mengapa Brey jadi seperti ini, pah?"
"Ia bodoh. Bukan seperti ini caranya mengatasi masalah. Bukankah jika keluarga Bella tahu tentang kelakuannya, mereka akan semakin tidak menyukainya."
"Mengapa papa justru memarahinya? Ia hanya frustasi pah."
"Terus saja membelanya mah. Sudahlah, lebih baik mama beristirahat saja. Kita baru sampai, pasti kau juga lelah. Kita bicarakan ini saat Brey bangun besok."
Ibu Brey menganggukkan kepalanya, keduanya meninggalkan kamar Brey untuk beristirahat.
*****
Happy Reading All...
sudah ku Dugong si Gerald serigala berbulu kucing 😬
tp untung deh ada iklan 😁
ku pokus yg tiga hektar aja😉
garam di laut
dalam tempurung bertemu juga🎹🥁🎤
begitu juga dengan Bella dan Bryan 😁