Pradivta Anugra putra seorang pria yang belum menikah tiba-tiba mempunyai seorang putri yang sedang mengalami sakit.
Di pertemukan dengan seorang wanita bernama Ersya putri, seorang janda yang baru saja di ceraikan oleh suaminya satu bulan yang lalu dan di tinggal bertunangan.
Karena pertemuan mereka yang tidak terduga itu, membuat mereka terjebak ke dalam hubungan yang rumit
NB :
Maaf karya ini mungkin nanti up-nya tidak bisa setiap hari ya, harap maklum dan jangan di tagih up nya ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mom Iyya cendiyi
Kedatangan
Iyya di rumah besar langsung di sambut hangat oleh Ara, Ara segera menggendong
Iyya dan membawanya ke ruang makan.
“Iyya
sayang …, apa Iyya sudah makan?” tanya Ara.
“Iyya
cudah makan tante!”
“makan
pakek apa?”
“Iyya
makan cama cayul!”
“Bagaimana
kalau sekarang tante buatkan Iyya kue dari sayur? Iyya mau?” tanya Arad an Iyya
pun menganggukkan kepalanya.
“Baiklah
duduk di sini yang manisa dan tante Ara akan buatkan kue special untuk Iyya!”
Ara
pun segera menuju ke meja dapur, ia memulai aksinya dan Iyya bermain gadget nya
sambil memperhatikan Ara yang sedang membuat kue.
Makanan
Iyya pun tidak boleh sembarangan, ia makan makana sehat saja. Jadi kemanapun
Iyya pergi, Iyya harus membawa makanan khusus dari rumah dan juga yang tidak
bisa ketinggalan adalah obatnya.
Tidak
berapa lama, setalah Sanaya mengetahui jika Iyya datang, Sanaya pun segera
menghampiri Iyya dan mommy Ara.
“Iyya
….!” Sapa Sanaya lalu duduk di samping Iyya.
“Nay
…!”
“Ayo
kita bermain!” ajak Sanaya.
“Nanti
Nay …, tante Ala cendang buatkan kue untuk Iyya!”
Sanaya
pun segera menoleh pada mommy nya, “Mom …, apa boleh Iyya bermain denganku?”
tanya Sanaya.
“Boleh
….! Tapi ingat nggak boleh main lari-larian, ajak Iyya mainan boneka saja ya di
dalam kamar!”
“Siap
mom!” ucap Sanaya, “Ayo Iyya …, mom Nay mengijinkannya!”
Akhinya
Iyya pun setuju untuk bermain dengan Sanaya. Tapi seperti yang di katakan oleh
Ara, Nay pun hanya mengajak iyya bermain boneka dan juga masak-masakan di dalam
kamarnya. Ia tahu jika keadaan Iyya tidak seperti anak-anak lainnya.
“Iyya
duduk dulu aja! Nay ambilkan boneka untuk Iyya!” ucap Sanaya sambil berjalan
meninggalkan Iyya dan mengambil mainannya.
Iyya
menunggu Sanaya sambil melihat foto-foto keluarga yang berada di atas meja
panjang yang menempel di dinding. Meja itu tidak terlalu tinggi hingga Iyya
bisa dengan mudah melihatnya. Foto-foto yang menampakkan keluarga yang lengkap,
berbeda sekali dengan foto-foto yang ada di kamarnya. Di dalam kamar Iyya hanya
ada fotonya dengan daddy Div.
Iyya
pun menoleh pada Sanaya yang masih sibuk dengan bonekanya, Nay memasukkan
beberapa boneka kesayangannya ke dalam keranjang.
“Nay
…!”
Iyya
menatap punggung Sanaya, Sanaya yang merasa di panggil pun menoleh padanya.
“Iya?
Ada apa? Sebentar ya aku belum selesai!” ucap Sanaya yang kembali sibuk memilih
boneka dan mainannya.
“Nay
…, pati cenang punya mommy ya?” tanya Iyya sambil menatap foto bahagia keluar
Nay yang sedang berlibur di pantai.
Sanaya
yang mendengar pertanyaan Iyya pun menghentikan kegiatannya, ia kembali menoleh
pada Iyya. Sanaya meninggalkan mainannya yang sudah berada di keranjang itu dan
berjalan menghampiri Iyya, ia berdiri di samping Iyya.
“Iyya
boleh kok menganggap mommy nya Nay sebagai mommy Iyya!” ucap Nay sambil memeluk
Iyya.
“Iyya
maunya unya mommy cendiyi …, mommy yang bacakan dongeng buyat Iyya cetiap malam
cebeyum tidul …!”
“Baiklah
kalau begitu kita berdoa supaya Allah mengirimkan mommy buat Iyya, kata bu guru
Nay, kalau menginginkan sesuatu kita harus berdoa, kata mommy Nay juga!”
“Iyya
mau …! Ajayi Iyya beldoa ya!”
“Nay
juga tidak bisa, tapi kalau kita berdoa dalam hati saja tidak pa pa, kata bu
guru sama saja!”
***
Setiap
hari menjelang hari persidangan, Ersya lebih suka menyendiri. Sepulang kerja ia
selalu mampir ke gedung tinggi yang ada di sebelah gedung tempatnya bekerja.
“Ehhhh
mbaknya lagi, mau ngapain lagi mbak?” tanya satpam yang berjaga di tempat itu,
ia sampai hafal dengan wajah Ersya.
“Mau
pinjam atap gedungnya ya pak!”
“Asal
jangan di buat bunuh diri aja mbak!”
“Sate
masih enak pak …, buat apa bunuh diri!”
“Ya
kali aja …., bisa kena kasus aku nanti!”
“Nih
boleh nggak jadinya?” tanya Ersya.
“Boleh
….!”
Ersya
pun sudah hampir masuk tapi satpam itu kembali memanggilnya.
“Bentar
mbak!”
Ersya pun kembali menghampiri satpam itu, “Ada apa lagi?”
“sebentar
mbak …, lihat pak bos mau keluar, sebaiknya mbak sembunyi dulu di pos satpam!”
ucap satpam itu sambil menunjuk pada pria yang sedang berjalan keluar dengan di
iringi beberapa orang besar di belakangnya.
Pria tampan itu berjalan di paling depan dan sekitar lima orang yang mengikuti
dengan penampilan rapi lengkap dengan jasnya.
Esya pun menuruti permintaan pak Satpam, ia memilih bersembunyi di dalam pos satpam
tapi dia lupa telah meninggalkan tasnya di atas meja.
“Selamat malam tuan Div!” sapa pak satpam.
Div pun menghentikan langkahnya, menoleh pada pak satpam.
“Apa kamu berjaga sendiri?” tanya Div.
“Iya
pak, tapi sebentar lagi teman saya akan datang, dia sudah ijin untuk datang
terlambat!”
Divta
melihat ada yang ganjil dengan pos satpam itu, ia seperti melihat seseorang di
dalamnya.
“Itu
tas siapa?” tanya Divta.
Ya ampun …, gue lupa lagi ambil tas
gue …., gimana kalau dia ke sini, batin Ersya, ia begitu
khawatir jika sampai pemilik gedung itu akan menghampirinya dan menemukannya
bersembunyi di sana.
“Ohhh
itu anu tuan …, itu tadi tas salah satu karyawan yang tertinggal, pemiliknya
bilang sebentar lagi akan datang untuk mengambilnya!” ucap pak satpammencoba
mencari alasan.
“Baiklah
…, berjagalah dengan baik!”
Divta
pun segera meninggalkan pos satpam, mobilnya sudah menunggu di depan. Terdengar
ponselnya berdiring membuat Divta menghentikan langkahnya dan menerima
panggilan masuk itu.
“Iya
hallo!”
“…..!”
“Aku
sudah akan ke sana, apa Iyya rewel?”
“…”
“Baiklah
katakan kalau daddy nya akan menyusul!”
Divta
pun kembali mengantongi ponselnya ke dalam saku jasnya, seseorang sudah
membukakan pintu mobil dan Divta segera masuk dan duduk di kursi belakang.
“Kita ke rumah besar!” ucapnya pada sopir.
“Baik
tuan!”
Dan
mobil pun mulai melaju meninggalkan gedung bertingkat itu, begitu pun dengan
para pengawalnya dengan mobil yang berbeda. Hanya ada satu orang yang berada di
mobil yang sama sepertinya pria yang berada di samping sopir itu adalah
sekretarisnya.
“Mbak
…, mbak …., keluarlah sudah aman!” ucap satpam itu saat semua mobil sudah
pergi.
Ersya
pun segera keluar, kakinya sudah kesemutan keran terlalu lama berjongkok dengan
sepatu hak tingginya itu.
“Itu
tadi siapa sih pak?’ tanya Ersya sambil kembali merapikan baju dan rambutnya.
“Itu
pak CEO, mbak! Namanya tuan Div, ganteng masih bujang!”
Memang apa peduliku ….., batin
Ersya.
“Aku
sekarang sudah boleh ke atas kan pak?” tanya Ersya.
“Ya
silahkan, asal jangan melompat saja!”
“Itttssss
…!”
Ersya
pun segera meninggalkan satpam itu dan menuju ke lift, naik menuju kea tap
gedung. Menikmati suasana malam sendiri, baginya melihat bintang dari atas
gedung sedikit membuat hatinya lebih tenang.
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentar nya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 🥰🥰🥰