NovelToon NovelToon
Di Bawah Aturan Suami Baruku

Di Bawah Aturan Suami Baruku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Selingkuh / Crazy Rich/Konglomerat / Konflik etika
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ziafan01

Saat Shima lyra senja seorang dokter berbakat di rumah sakit ternama, menemukan suaminya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, dunianya hancur seketika.
Pengkhianatan itu tidak hanya merenggut pernikahannya, tapi juga rumah, nama baik, dan tempat untuk pulang.
Di titik terendah hidupnya, ia menerima tawaran tak masuk akal datang dari Arru Vance CEO miliarder dingin dengan aturan yang tidak bisa dilanggar. Pernikahan kontrak, tanpa cinta, tanpa perasaan. Hanya ada aturan.
Namun, semakin dekat ia dengan Arru, semakin ia sadar bahwa sisi dingin pria itu menyembunyikan rahasia berbahaya dan hati yang mampu merasakan semua yang selama ini ia rindukan.
Ketika pengkhianatan masa lalu kembali muncul dan skandal mengancam segalanya, Shima harus memilih: mengikuti aturan atau mempertaruhkan segalanya demi cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ziafan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

VANCE CORPORATION

Pagi datang tanpa belas kasihan di lantai teratas Vance Corporation.

Dinding kaca setinggi langit-langit memantulkan kota yang bergerak cepat di bawah sana rapat, transaksi, keputusan bernilai miliaran yang diambil tanpa emosi. Arru Vance duduk di ujung meja konferensi, punggungnya lurus, tatapannya tenang namun menekan.

“Proyeksi kuartal depan disetujui,” ucapnya singkat.

Tidak ada perdebatan. Tidak ada tambahan.

Para direktur mengangguk serempak, menutup tablet mereka, lalu satu per satu meninggalkan ruang rapat. Pintu tertutup rapat, menyisakan Arru dan seorang pria yang tidak ikut berdiri.

Ethan Cole.

Asisten pribadi Arru sekaligus sahabat terdekatnya di perusahaan. Pria itu berdiri santai di dekat jendela, jasnya dilepas, lengan kemeja digulung satu-satunya orang di gedung ini yang boleh terlihat tidak kaku di hadapan Arru Vance.

“Rapatnya singkat,” komentar Ethan ringan. “Rekor baru.”

Arru berdiri, berjalan menuju ruang kerjanya yang terhubung langsung dengan ruang rapat. “Singkat itu efisien.”

Ethan tersenyum kecil dan mengikuti. Begitu pintu ruang kerja tertutup, Arru meletakkan ponselnya di meja, lalu menoleh.

“Aku butuh data,” katanya.

Ethan mengangkat alis. “Tentang?”

“Dokter Shima Lyra Senja,” jawab Arru datar. “Vance Medical Center.”

Ada jeda.

Ethan menatap Arru beberapa detik lebih lama dari biasanya. “Itu tidak biasa,” ujarnya akhirnya. “Kau jarang meminta data personal staf rumah sakit.”

Arru tidak menghindar dari tatapan itu. “Dia berbeda.”

“Berbeda bagaimana?”

“Dia dokter terbaik kita,” kata Arru singkat. “Dan dia tidak tahu apa yang ada di sekelilingnya.”

Ethan menyilangkan tangan. “Kau ingin rekam medis? Finansial? Keluarga?”

“Semua,” jawab Arru tanpa ragu. “Pernikahan. Lingkar sosial. Riwayat pekerjaan. Titik lemahnya.”

Nada itu tidak terdengar kejam. Lebih seperti seseorang yang sedang menyusun strategi.

Ethan terdiam, lalu menghela napas pelan. “Ini terdengar seperti seseorang yang sudah masuk radar.”

Arru berjalan ke jendela, memandang kota. “Dia sudah di dalamnya.”

“Karena suaminya?” tanya Ethan hati-hati.

“Karena pengkhianatan,” jawab Arru. “Dan karena waktu.”

Ethan akhirnya mengangguk. Tidak bertanya lagi. Ia mengenal Arru terlalu lama untuk tidak memahami kalimat sesingkat itu.

“Berapa cepat?” tanya Ethan sambil meraih tabletnya.

“Secepat mungkin,” kata Arru. “Tanpa meninggalkan jejak.”

Ethan tersenyum tipis. “Kalau begitu, dia memang orangnya.”

Arru menoleh sedikit. “Apa maksudmu?”

“Target yang tepat,” jawab Ethan. “Perempuan yang tidak meminta apa pun… biasanya paling berbahaya saat diberi pilihan.”

Arru kembali menatap ke luar. Di kaca, pantulan wajahnya tampak tenang, nyaris dingin.

“Pastikan aku tahu segalanya,” katanya pelan. “Sebelum dia tahu apa pun.”

Ethan mengangguk sekali, lalu berbalik menuju pintu.

Saat pintu tertutup, Arru berdiri sendirian di ruangannya.

Nama itu terlintas lagi di benaknya

Shima Lyra Senja.

Perempuan yang semalam pulang sendirian.

Dan pagi ini, tanpa ia sadari, hidupnya telah masuk ke dalam rencana Arru Vance.

***

Pagi yang Terlihat Utuh. Pagi di Vance Medical Center selalu dimulai dengan langkah cepat dan aroma kopi.

Shima berjalan menyusuri lorong UGD sambil membawa dua kotak sarapan sederhana. Rambutnya diikat rapi, wajahnya segar meski matanya masih menyimpan sisa lelah semalam. Ia berhenti di dekat ruang istirahat dokter, tempat Arya sedang membuka ponselnya sambil duduk di sofa.

“Kau belum makan,” kata Shima sambil tersenyum kecil. “Aku bawakan.”

Arya mendongak, sedikit terkejut, lalu tersenyum balas. “Kau tidak perlu repot.”

“Aku tidak repot,” jawab Shima ringan. Ia duduk di samping suaminya dan meletakkan kotak sarapan di meja kecil. “Kau juga butuh tenaga.”

Mereka makan dalam diam yang tenang. Bukan canggung, tapi juga tidak sepenuhnya hangat. Shima merasa cukup. Setidaknya pagi ini, mereka duduk berdua.

Namun pintu ruang istirahat terbuka.

“Pagi,” sapa Laura ceria, seolah kehadirannya sudah sepantasnya di sana.

Shima menoleh. Senyumnya sedikit mengeras. “Pagi, Laura.”

Laura melirik kotak makanan di meja. “Wah, sarapan bersama? Kelihatannya enak.”

Shima hendak berkata sesuatu menolak dengan halus, mungkin ketika Arya lebih dulu berdiri.

“Duduklah,” ujar Arya cepat. “Masih banyak.”

Shima terdiam sepersekian detik.

“Aku kira…” Shima memulai, lalu berhenti. Kalimatnya menggantung, tidak pernah selesai.

Laura sudah duduk di hadapan mereka, senyum ramahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah. “Terima kasih. Aku memang belum sempat makan.”

Mereka bertiga kini duduk di meja kecil yang sama.

Shima makan perlahan, nyaris tidak bersuara. Tatapannya sesekali jatuh ke tangan Arya yang terlalu santai, ke tawa kecil Laura yang terdengar terlalu dekat. Tidak ada yang salah. Tidak ada yang jelas-jelas keliru.

Namun sesuatu di dadanya terasa bergeser.

Saat mereka selesai, Arya berdiri lebih dulu. “Aku harus ke UGD. Ada pasien.”

“Baik,” jawab Shima.

Arya melangkah pergi bersama Laura, berbincang ringan tentang jadwal hari itu. Shima tertinggal sendirian, merapikan sisa kotak sarapan.

Ia tidak marah.

Ia hanya merasa… tersisih.

Data yang Tidak Seharusnya Mengejutkan

Di lantai atas Vance Corporation, Ethan Cole menatap layar tabletnya dengan kening berkerut.

“Menarik,” gumamnya.

Beberapa file terbuka bersamaan. Riwayat pendidikan, sertifikasi, catatan keuangan semuanya bersih. Terlalu bersih.

“Arru,” panggilnya.

Arru berdiri di dekat jendela, punggung menghadap ruangan. “Bicara.”

“Shima Lyra Senja,” kata Ethan pelan. “Dia bukan sekadar dokter berprestasi.”

Arru menoleh sedikit.

“Prestasi akademiknya luar biasa, tapi itu bukan yang mengejutkan,” lanjut Ethan. “Ia menolak tiga tawaran rumah sakit internasional. Swiss. Jerman. Jepang.”

Arru berbalik penuh. “Kenapa?”

“Karena menikah,” jawab Ethan. “Ia memilih bertahan di sini demi suaminya.”

Arru terdiam.

Ethan menggulir layar. “Dan ada satu lagi. Ia menandatangani perjanjian pranikah yang… timpang. Hampir tidak memiliki perlindungan finansial.”

“Hm,” gumam Arru.

“Dan ini,” Ethan menghela napas pelan. “Rekening pribadinya menunjukkan beberapa penarikan besar dalam setahun terakhir. Bukan untuk dirinya.”

Arru menatapnya tajam. “Untuk siapa?”

“Untuk menutup utang medis keluarga suaminya,” jawab Ethan. “Dan… ada transaksi yang mengarah pada pihak ketiga.”

Arru kembali menatap jendela.

Perempuan itu tidak hanya setia.

Ia berkorban.

“Dia tidak tahu,” kata Arru pelan.

Ethan mengangguk. “Dan itu yang membuatnya rapuh.”

Atau berharga, lanjut Arru dalam hati.

“Lanjutkan,” katanya singkat. “Aku ingin tahu segalanya sebelum dunia mematahkan dia.”

Dan pagi itu, tanpa Shima sadari, dua dunia yang berbeda rumah sakit dan korporasi mulai bergerak menuju satu titik yang sama.

***

Sirene ambulans meraung bersahut-sahutan. Pintu UGD terbuka-tutup tanpa jeda. Bau antiseptik bercampur darah segar memenuhi udara. Kecelakaan beruntun di jalan tol membuat Vance Medical Center mendadak sesak pasien datang hampir bersamaan, dengan tingkat cedera yang beragam.

“Dokter Shima, pasien trauma kepala di bed empat!”

“Dok, saturasi turun!”

Shima bergerak cepat. Jas dokternya sudah kembali dikenakan, rambutnya terikat lebih kuat. Ia memberi instruksi tanpa ragu, tangannya sigap, suaranya tetap tenang di tengah kekacauan.

Di sela pergerakannya, saat ia berbalik untuk mengambil alat, pandangannya tanpa sengaja menangkap pemandangan di ujung lorong.

Arya dan Laura.

Mereka berdiri berdekatan. Terlalu dekat untuk sekadar rekan kerja. Laura tertawa kecil tawa yang ringan, bebas sementara Arya menunduk sedikit, mengatakan sesuatu yang membuat Laura menepuk lengannya pelan.

Gerakan itu singkat. Tidak mencolok. Tapi… intim.

Shima berhenti sepersekian detik.

Bukan karena cemburu. Bukan karena curiga. Hanya rasa asing yang tiba-tiba menyusup di dadanya.

Mungkin kebetulan, pikirnya cepat.

Mereka memang sering bekerja bersama.

Ia mengalihkan pandangan dan kembali fokus.

Beberapa menit kemudian, Laura datang menghampirinya. “Shima, aku bisa bantu di bed enam. Perawatnya kewalahan.”

Shima menoleh. Melihat kesungguhan di wajah Laura, ia mengangguk tanpa ragu. “Terima kasih. Aku sangat butuh bantuan.”

Dan memang benar. UGD hari itu terlalu padat untuk menolak tangan tambahan. Laura bekerja cekatan, profesional, seolah tidak pernah ada tawa di lorong tadi. Shima bahkan merasa bersyukur tanpa Laura, ia mungkin sudah kehabisan tenaga.

1
Wita S
kereennnn
Sweet Girl
Siram bensin terus aja...
Sweet Girl
Buat memelihara bangkai di rumah, Laura... mending dibuang aja.
Sweet Girl
Dan bakal kehilangan Dana segar Luuu pada...
Sweet Girl
Asyeeek... beli yang kau mau, Shima...
bikin mereka yg menyakiti melongo.
Sweet Girl
Tunggu tanggal mainnya duo penghianat.
ketawa aja kalian sekarang sepuasnya, sebelum ketawa itu hilang dr mulut kalian.
Sweet Girl
Nah Lu... kapok Lu... sekalian aja seluruh Penghuni rumah sakit denger...
Sweet Girl
Kelihatan sekali yaaaa klo kalian itu bersalah.
Sweet Girl
Ada Gondoruwo🤪
Sweet Girl
Kamu pikir, setelah kau rampas semua nya, Shima bakal gulung tikar...
OOO tentu tidak... dia bakal semakin kaya.
Sweet Girl
Masuklah sang Penguasa 🤣
Sweet Girl
Dan pilihan mu akan menghancurkan mu... ojok seneng disek...
Sweet Girl
Kamu yang berubah nya ugal ugalan Brooo
Sweet Girl
Ndak bahaya ta... pulang sendiri dengan nyetir mobil sendiri?
Sweet Girl
Kok ngulang Tor...???
Sweet Girl
Wes ora perlu ngomong, Ndak onok paedaheee.
Sweet Girl
Naaah gitu dong... semangat membongkar perselingkuhan Suami dan sahabat mu.
Sweet Girl
Musuh dalam selimut, iya.
Sweet Girl
Gayamu Ra... Ra... sok bener.
Sweet Girl
Kamu jangan kebanyakan mikir tho Syma...
mending bergerak, selidiki Arya sama Laura.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!