NovelToon NovelToon
JERAT SUTRA BERDURI

JERAT SUTRA BERDURI

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua / Mafia
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Arsila

Aruna yang sedang menikmati masa kuliahnya yang santai tiba-tiba dipaksa pulang ke rumah untuk sebuah "makan malam darurat". Ia mendapati keluarganya di ambang kehancuran finansial. Ayahnya terjerat hutang pada keluarga Gavriel, sebuah klan penguasa bisnis yang kejam. Aruna "dijual" sebagai jaminan dalam bentuk pernikahan politik dengan Damian Gavriel, pria dingin yang mempesona namun manipulatif

bagaimana cara aruna mengahadapi takdirnya?..... yuk, baca selengkapnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Arsila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tamu Tak Diundang dan Drama "Mbak Hijau"

​Clara melangkah maju dengan keanggunan yang dibuat-buat, setiap ketukan hak sepatunya di atas lantai marmer terdengar seperti genderang perang bagi telinga Aruna. Ia berhenti tepat di depan Damian, sama sekali mengabaikan keberadaan Aruna seolah-olah Aruna hanyalah sebuah vas bunga murahan yang salah taruh.

​"Damian, sayang... lihat dirimu," Clara mengulurkan tangan, hendak menyentuh bahu Damian yang diperban, namun Damian segera berkelit dengan gerakan yang sangat dingin. "Kabar burung itu benar, ya? Kamu mempertaruhkan nyawamu demi... ini?"

​Clara akhirnya melirik Aruna dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tatapannya berhenti pada kuncir kuda Aruna yang sedikit berantakan dan kaus rumahannya yang kini tertutup celemek sisa makan siang tadi.

​"Damian, sejak kapan selera tinggimu jatuh ke level... apa ini? Mahasiswi beasiswa yang salah alamat?" cibir Clara dengan senyum yang sangat menjengkelkan.

​Aruna yang tadinya sempat merasa ciut, mendadak merasa harga dirinya tersenggol. Wah, Mbak Hijau ini belum tahu kalau aku adalah juara bertahan lomba debat antar kantin, batin Aruna.

​"Maaf, Mbak Hijau... eh, Mbak Clara," Aruna melangkah maju, berdiri tepat di samping Damian sambil melipat tangan di dada. "Seleranya Mas Damian tidak jatuh kok, cuma sedang melakukan detoksifikasi. Mas Damian bosan sama yang kelihatannya mahal tapi isinya penuh pengawet dan drama. Beliau sekarang lebih suka yang organik, ceria, dan kalau bicara tidak pakai nada tinggi seperti penyanyi opera sedang terjepit pintu."

​Clara terbelalak. "Kamu... kamu bicara apa?!"

​"Aruna," tegur Damian pelan, namun ia tidak terlihat marah. Ada binar geli yang tersembunyi di matanya.

​"Benar kan, Mas Sayang?" Aruna sengaja menggelayut di lengan Damian yang sehat. "Oh ya, Mbak Clara, perkenalkan. Saya Aruna, istri sah secara hukum dan secara paksa dari Mas Damian. Kalau Mbak mau menjenguk, maaf sekali, jam kunjung sudah habis. Sekarang jadwalnya Mas Damian adalah makan buah sambil mendengarkan saya menyanyi lagu-lagu dangdut koplo. Mas Damian sangat membutuhkannya untuk pemulihan mental."

​Wajah Clara memerah padam. Ia menatap Damian dengan penuh tuntutan. "Damian! Kamu biarkan perempuan tidak berpendidikan ini menghinaku?!"

​Damian memperbaiki posisi duduknya, auranya kembali menjadi penguasa yang tak tersentuh. "Dia benar, Clara. Dia istriku. Dan di rumah ini, kata-katanya adalah hukum kedua setelah kata-kataku. Jika dia bilang jam kunjung sudah habis, maka pintu keluar ada di belakangmu."

​Clara menghentakkan kakinya ke lantai. "Kamu berubah, Damian! Kamu bukan Damian yang kukenal dulu! Pria yang kuharap bisa menguasai kota ini bersamaku tidak akan mau bersanding dengan gadis yang baunya seperti minyak goreng!"

​"Minyak goreng itu harum bagi orang lapar, Mbak!" sahut Aruna ceria. "Daripada bau parfum Mbak yang menyengat ini, saya jadi curiga Mbak habis mandi di toko kosmetik ya? Hati-hati, lho, nanti diserbu lebah."

​"Cukup!" Clara mengambil tas mahalnya dengan kasar. "Dengar ya, Damian. Ayahmu tidak akan senang mendengar ini. Dia sudah menjanjikan aku posisi di sampingmu sejak dulu. Gadis ini... dia hanya gangguan sementara. Kamu akan kembali padaku saat kamu sadar bahwa 'main-main' dengan mainan murah ini sudah tidak lucu lagi!"

​Clara berbalik dan pergi dengan penuh amarah. Aruna menunggu sampai pintu depan tertutup rapat, lalu ia langsung melepaskan gelayutan tangannya dan bernapas lega.

​"Huh! Capek juga ya akting jadi istri posesif!" Aruna menyeka keringat di dahinya. "Mas Damian, Mas punya hutang satu porsi es krim ukuran jumbo sama saya. Menghadapi Mbak Hijau tadi setara dengan ujian skripsi lima kali!"

​Damian menatap Aruna dengan intens. "Kenapa kamu melakukan itu? Kamu bisa saja diam dan membiarkan dia menghinamu."

​Aruna menatap Damian balik, kali ini dengan ekspresi yang lebih serius. "Karena kalau saya diam, dia akan menganggap saya lemah. Dan kalau saya lemah, saya akan jadi beban buat Mas. Lagipula... meskipun Mas ini pria manipulatif yang menyebalkan, setidaknya Mas adalah 'pria menyebalkan milik saya' untuk saat ini. Saya tidak suka barang saya diganggu orang lain."

​Damian tertegun mendengar kata "milik saya". Ia tidak menyangka Aruna akan bersikap seberani itu.

​"Tadi itu... kamu benar-benar akan menyanyi dangdut koplo untukku?" tanya Damian tiba-tiba, mencoba mengalihkan suasana yang mendadak canggung.

​Aruna tertawa terbahak-bahak. "Tentu saja tidak! Itu cuma ancaman biar dia cepat pergi! Mas Damian mana kuat dengar suara saya yang kalau nyanyi mirip suara kucing kejepit pintu. Ayo, Mas, mana janji es krimnya?"

​Damian tersenyum tipis senyum yang kali ini terasa sangat hangat. "Ayo. Tapi jangan pilih rasa durian. Aku tidak mau mansion ini bau buah berduri itu seminggu penuh."

​"Yah! Mas tidak seru!"

​Damian memerhatikan Aruna yang kini sedang sibuk mencari kunci mobil di atas meja, seolah perdebatan sengit dengan Clara tadi hanyalah angin lalu. Kecepatan gadis itu mengubah suasana dari drama berat menjadi pencarian makanan benar-benar di luar logika bisnis Damian yang kaku.

​"Aruna," panggil Damian pelan.

​"Iya, Mas? Tenang saja, saya tidak akan minta es krim emas yang ada di Dubai itu kok. Saya tahu diri, es krim swalayan depan komplek juga sudah cukup untuk mendinginkan kepala saya yang mendidih gara-gara Mbak Hijau tadi."

​"Bukan itu," Damian melangkah mendekat, menghalangi jalan Aruna. "Soal kata-katamu tadi... tentang 'pria menyebalkan milikmu'. Kamu serius?"

​Aruna terhenti. Ia bisa merasakan aura Damian yang mendadak berubah menjadi sangat intens tipe intensitas yang biasanya membuat para rival bisnisnya gemetar dan menandatangani kontrak apa saja. Aruna menelan ludah, otaknya berputar cepat mencari celah komedi untuk kabur dari situasi romantis yang mematikan ini.

​"Oh, itu! Itu namanya teknik branding, Mas! Dalam ilmu pemasaran, kita harus mengklaim hak milik agar kompetitor tidak berani masuk," Aruna tertawa garing sambil memainkan ujung bajunya. "Mas ini kan aset keluarga Maheswari sekarang aset yang sedang melunasi hutang maksudnya. Jadi, saya harus menjaga integritas aset tersebut dari serangan Mbak-Mbak berbaju zamrud."

​Damian tidak tersenyum. Ia justru menunduk, mendekatkan wajahnya hingga Aruna bisa melihat kilatan aneh di mata hitam pria itu.

"Tapi aset ini memiliki keinginan sendiri, Aruna. Dan aset ini... mulai merasa bahwa menjadi milikmu bukan ide yang buruk."

​Aruna merasa oksigen di sekitarnya mendadak hilang. "Mas... Mas jangan mulai deh. Efek obat bius semalam masih ada ya? Atau pelurunya mengandung racun yang bikin Mas jadi puitis begini?"

​Damian menarik napas panjang, lalu menjauh dengan senyum tipis yang penuh teka-teki. "Pergilah ganti baju. Aku tidak mau pergi ke toko es krim dengan istri yang memakai celemek bernoda kuah rendang."

​"Heh! Ini noda perjuangan, Mas!" teriak Aruna sambil berlari menuju kamarnya, wajahnya panas bukan main.

​Tanpa sepengetahuan mereka, di luar mansion, Clara sedang duduk di dalam mobilnya dengan napas memburu. Ia mengambil ponselnya dan menelfon sebuah nomor yang tersimpan dengan nama 'The King'.

​"Halo, Tuan Lukas? Rencanamu gagal. Damian benar-benar terobsesi dengan gadis kampung itu," lapor Clara dengan suara tajam. "Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Jika kita tidak menghancurkan gadis itu sekarang, dia akan benar-benar merusak Damian menjadi pria yang lemah dan penuh belas kasihan."

​Suara berat di seberang telepon tertawa dingin. "Tenang saja, Clara. Aruna Maheswari hanyalah sebuah kerikil. Dan aku tahu persis bagaimana cara menghancurkan kerikil tanpa harus mengotori tanganku sendiri. Persiapkan dirimu untuk pesta dansa minggu depan. Kita akan menunjukkan pada Aruna bahwa jerat sutra yang ia banggakan... sebenarnya adalah tali gantungan untuk keluarganya."

1
shabiru Al
aruna jeli juga yah...
shabiru Al
waduh,, bakalan jadi korban barunya aruna nih si raka
shabiru Al
ini gimana sih thor aruna bilangnya saya saya terus sementara damian bilangnya aku
shabiru Al
buset aruna masih sempet kepikiran mesen makanan onlen cod lagi 🤭
shabiru Al
tdkah aruna ingin belajar menjadi lebih cerdik,, tdk mungkin jika harus bergantung terus sama damian kan.. tak selamanya damian akan ada d sisi aruna
shabiru Al
sudah mulai falinginlop kah.... 🤭
shabiru Al
aruna yang out of the box😄
shabiru Al
nah kan bener damian mengerikan,, dia bisa merancang sekenario dengan sangat rapih
shabiru Al
kok damian sedikit mengerikan ya...
shabiru Al
aruna ya gokil abis,, berbanding terbalik dengan damian
shabiru Al
mampir ya thor....
Ayu Arsila: silahkannn🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!