NovelToon NovelToon
Katakan, Aku Villain!

Katakan, Aku Villain!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Keluarga / Antagonis / Romantis / Romansa / Balas Dendam
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Amha Amalia

*
"Tidak ada asap jika tidak ada api."

Elena Putri Angelica, gadis biasa yang ingin sekali memberi keadilan bagi Bundanya. Cacian, hinaan, makian dari semua orang terhadap Sang Bunda akan ia lemparkan pada orang yang pantas mendapatkannya.

"Aku tidak seperti Bunda yang bermurah hati memaafkan dia. Aku bukan orang baik." Tegas Elena.

"Katakan, aku Villain!"

=-=-=-=-=

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE yaaa Gengss...
Love You~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amha Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Villain Chapter 16

*

Dalam sebuah ruangan banyak mahasiswa yang sedang fokus menerima materi yang sedang di jelaskan oleh dosen di depannya.

"Assalamu'alaikum." Ucap seseorang sedikit ragu setelah mengetuk pintunya.

"Wa'alaikumsalam." Jawab dosen itu menatap mahasiswinya di ambang pintu "Hari ini kamu masuk, apa kondisimu sudah membaik?"

"Iya pak dan maaf saya terlambat." Jawabnya di sertai permohonan maaf sudah terlambat "Bolehkah saya masuk?"

"Yasudah, silahkan." Jawab Pak Burhan selaku dosennya, ia juga memahami kondisi Elena jadi tetap mempersilahkannya masuk.

"Terimakasih pak." Ucap Elena menundukkan kepalanya sejenak lalu melangkah masuk ke kelas dengan di bantu tongkatnya.

Sejak kedatangan Elena dari pintu masuk sampai duduk, tak luput dari pandangan seseorang yang kini duduk di belakangnya.

"Kenapa berangkat?" Tanyanya sedikit berbisik serta memajukan kepalanya mendekati Elena. "Kamu masih sakit, seharusnya tidak dipaksa berangkat."

Elena melirik dari ekor matanya, dapat ia tahu betapa terkejutnya Satya melihat dirinya berangkat yang padahal kondisinya masih sakit "Aku sudah membaik." Balasnya pelan agar tidak mengganggu pelajaran yang di terangkan dosennya.

"Seharusnya kabari aku, aku bisa menjemputmu." Ucap Satya.

Elena tersenyum tipis "Sengaja, agar kamu tak menjemputku." Ucapnya dengan nada sedikit mengejek.

"Dasar." Tukas Satya kesal namun Elena hanya menahan tawanya saja.

Obrolan mereka berakhir, mereka kini fokus menangkap materi yang di jelaskan dosennya.

*

Di lain tempat, Nayla sedang mengantarkan pesanan kue milik orang yang mempunyai rumah di pinggir jalan. Biasanya dia akan mengantarkan pesanan dengan memerintah ojek online, tapi untuk kali ini dia sendiri yang mengantarnya karena sekalian untuk pergi ke pasar.

"Kuenya enak Mba, keluarga saya menyukainya. Jadi saya memesan untuk ketiga kalinya ini." Ujar pelanggan setelah menerima paperbag berisikan kue kering pesanannya.

Nayla tersenyum "Syukurlah, kalau suka jangan lupa langganan ya Mba."

"Pasti itu mah, nanti saya promosiin ke teman arisan saya." Ucap pelanggan itu.

"Terimakasih Mba, kapan-kapan saya kasih bonus deh." Balas Nayla ramah dan membuat pelanggan itu tertawa. "Yasudah Mba, saya permisi dulu."

"Iya, terimakasih Mba." Ucap pelanggan itu, kemudian dia segera masuk ke dalam rumahnya.

Elena yang hendak pergi dari sana, matanya menatap sesuatu yang sangat cukup familiar. Dengan jarak yang jauh, dia perlahan mendekat untuk melihat lebih jelas dan memastikan apakah dia orang dikenalnya atau tidak.

Matanya membelalak terkejut saat mengetahui ternyata memang orang itu adalah orang yang di kenalnya "Mas Faizal?!" Gumamnya.

Dapat ia lihat saat ini Faizal sedang berbincang dengan mandor proyek bangunan disana, ia terlihat serius memastikan bangunan itu selesai dalam jangka waktu yang di tentukan. Setelah berbincang, ia membiarkan mandor itu memberi arahan pada para pekerja sedangkan ia sendiri hanya berdiri memperhatikan dari jauh.

Merasakan ada yang menatapnya, mata Faizal melirik sekelilingnya dan seketika matanya membulat sempurna mendapati seseorang yang ia kenal berdiri tak jauh dari sana.

"Nayla?" Gumamnya.

Nayla yang menyadari kehadirannya diketahui Faizal, segera melangkahkan kaki pergi dari sana secepat mungkin. Faizal tak diam, dia berlari untuk mengejarnya namun ia tak mendapati Nayla disekitar sana.

Ternyata Nayla sendiri sudah menaiki angkutan umum yang kebetulan berhenti disana, dia belum siap untuk bertemu dengannya.

Faizal menghembuskan nafasnya kasar "Itu benar kamu kan?" Lirihnya mengendalikan rasa terkejutnya "Kamu di kota ini?"

Dalam angkutan umum itu, Nayla mencoba menahan rasa panas di matanya yang kini tergenang air yang siap turun kapan saja. Memory dalam otaknya kembali berputar mengingat masalalunya.

Flashback

Kala itu Nayla dan Faizal merupakan Mahasiswa/i teladan di kampusnya. Banyak prestasi yang mereka peroleh.

Di taman Kampus, Nayla dan Faizal menghabiskan waktu pacaran berdua sambil berbincang membicarakan masa depan.

"Jadi kamu lulus tes di salah satu rumah sakit besar disini?" Faizal terkejut dan mendapat anggukan dari Nayla "Kamu hebat, aku bangga punya pacar sepertimu."

"Terimakasih, kamu juga hebat. Ku dengar kamu keterima kerja di salah satu perusahaan besar." Ucap Nayla.

Faizal tersenyum, ia menggenggam tangan pacarnya "Nayla, aku janji sama kamu. Setelah sukses nanti aku akan nikahin kamu dan kita bangun keluarga kecil kita dengan bahagia."

"Tidak perlu berjanji, aku mempercayaimu." Balas Nayla penuh kelembutan.

Waktu terus berjalan, malam kelulusan yang seharusnya menjadi kebahagiaan Nayla justru menjadi awal kehancurannya. Saat itu acara kelulusan berlangsung di sebuah hotel, semua mahasiswa menikmati pestanya dengan bersenang-senang namun bukan pesta minuman keras.

Di keramaian itu, Nayla mencari kekasihnya yang tak kunjung ia lihat. Berjalan kesana kemari hingga akhirnya ia melihat seseorang memasuki kamar hotel. Keningnya berkerut, tubuh orang itu mirip dengan kekasihnya, tapi jika iya apa yang dia lakukan di kamar itu?

Perlahan tapi pasti Nayla melangkahkan kakinya untuk memastikan itu pacarnya atau bukan, ternyata pintu kamarnya tak di kunci. Perlahan ia membuka pintunya dan sontak saja matanya melotot tak percaya saat melihat sang kekasih sedang bercumbu dengan wanita lain.

Bulir bening luruh begitu saja membasahi pipinya, dadanya terasa sesak, nafasnya tercekat, tatapannya yang kosong, Nayla melangkahkan kakinya dengan gontai. Ia sangat tidak sanggup melihat pengkhianatan kekasihnya. Sangat menyakitkan, jika kepercayaan kita di patahkan begitu saja.

Ia kembali rumah. Sendirian disana, karena kakaknya bekerja shift malam. Tangisannya seketika pecah, meluapkan amarahnya pada Faizal yang sudah berani mengkhianati cinta sucinya. Hujan deras pun turun seolah menemani air matanya yang terus berjatuhan.

Tak berselang lama, terdengar seseorang mengetuk pintu rumah. Nayla segera menghapus air matanya, ia berpikir itu kakaknya yang pulang jadi dia pun membukakan pintu.

Betapa terkejutnya dia saat tahu ternyata yang datang bukan kakaknya melainkan Faizal pacarnya "Untuk apa kamu kesini? Pergi kamu!" Usirnya berniat menutup pintu kembali.

Namun Faizal dengan cepat menahannya "Kamu kenapa?" Tanyanya tak mengerti, namun detik berikutnya ia kembali mengingat "Kamu melihatnya?"

Bulir bening kembali mengalir di pipi Nayla, kekasihnya mengatakan itu berarti dia tahu kesalahannya "Kamu jahat Mas, kamu jahat!" Tangisnya pecah lalu memukuli dada Faizal.

Faizal terdiam, dia membiarkan dirinya di pukul "Aku minta maaf, ini tidak seperti yang kamu lihat."

"Apa Ha?! Aku melihatnya dengan jelas dan kamu mengelaknya? Dimana hati nuranimu Mas hikss..." Isaknya terus memukul.

"Aku di jebak." Seru Faizal, membuat Nayla terdiam menatapnya "Shella menjebakku, aku tidak berniat mengkhianatimu."

Nayla masih terdiam, entah dia bingung mau percaya atau tidak.

"Aku mohon jangan tinggalkan aku, aku tidak ingin berpisah denganmu." Ucap Faizal menggenggam tangan Nayla.

Nayla melepasnya kasar "Kamu di jebak atau tidak, kamu sudah melakukannnya. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita, lupakan semua janjimu dulu."

Faizal menggeleng cepat "Janjiku akan ku tepati, dan ini akan segera tercapai."

"Apa maksudmu?" Nayla tak mengerti.

"Nayla, aku di paksa bertanggungjawab sama Shella dan aku di minta menikahinya." Ujar Faizal mencoba memberitahu rencananya "Setelah aku menikahi dia, aku bisa menguras hartanya dan nanti aku akan kembali bersamamu menikmati kekayaannya, bagaimana? Kamu setuju kan?"

Plak!

Pipi Faizal tertoleh ke samping, ia merasakan panas di pipinya karena ulah Nayla.

"Kamu pikir aku perempuan matre? Aku sangat tidak setuju rencanamu." Seru Nayla setelah menamparnya dengan keras. "Aku benar-benar tidak menyangka kamu punya pemikiran seperti ini."

"Hiduplah bahagia bersamanya, lupakan aku!" Lanjutnya dan ingin kembali masuk.

"Tidak." Faizal kembali menahan pintu "Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi dari hidupku, aku mencintaimu Nayla."

Tanpa di sangka, Faizal langsung masuk ke dalam rumah itu lalu menguncinya dari dalam. Nayla begitu terkejut, dia cukup takut melihat tatapan Faizal seperti menginginkan sesuatu yang tidak bisa di bantah.

"Mas, kamu keluar." Usirnya.

"Aku akan keluar setelah aku berhasil memilikimu seutuhnya."

Setelah mengucapkan itu, Faizal langsung menggotong Nayla lalu membawanya memasuki salah satu kamar disana.

Brukh!

Nayla langsung di baringkannya ke atas kasur tanpa. "Mas, a-apa yang kamu lakukan?" Nayla sangat ketakutan, ia tidak seperti melihat Faizal yang ia kenal. Nayla ingin berlari, namun dengan cepat Faizal menahannya dan langsung menindihnya.

Dengan sekali gerakan, Faizal melepas dasinya lalu mengikat kedua tangan Nayla menjadi satu ke atas kepala yang menyatukannya dengan kasur. Nayla menangis memohon agar Faizal tak melakukannya, namun tak ia dengar. Faizal justru langsung merobek semua pakaian yang di kenakan Nayla dan juga dirinya hingga tak tersisa sedikitpun.

Malam di sertai petir serta hujan deras, mengiringi teriakan serta kesakitan yang Nayla terima akibat perbuatan Faizal. Malam yang seharusnya menjadi kebahagiaan Nayla karena lulus dengan predikat terbaik, justru menjadi malam kehancurannya. Mahkota berharga yang ia jaga selama ini di renggut paksa oleh orang yang pernah menjadi kepercayaannya.

Faizal terus melakukan aktifitasnya berulang kali tanpa mempedulikan tangisan Nayla, yang ia pikirkan hanyalah memiliki gadis itu seutuhnya agar gadisnya tidak pergi karena pasti akan menuntut pertanggungjawaban. Ia di butakan dengan rasa nikmat hingga terus melakukan itu dan beberapa kali melepasnya ke dalam.

.

~Bersambung~

*-*-*-*-*-*-*-*-*

Jangan lupa LIKE, COMMENT dan VOTE Yaaa Gengss....

Love You~

1
Nur Haswina
apa mungkin dia saudara kembar terpisah satu ikut mamanya satu lagi ikut papahnya
•🌻 𝓼𝓾𝓷𝓯𝓵𝓸𝔀𝓮𝓻𝓼 🌻•
yaa kukiri chatstory🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!