Hidup Syakila hancur ketika orangtua angkatnya memaksa dia untuk mengakui anak haram yang dilahirkan oleh kakak angkatnya sebagai anaknya. Syakila juga dipaksa mengakui bahwa dia hamil di luar nikah dengan seorang pria liar karena mabuk. Detik itu juga, Syakila menjadi sasaran bully-an semua penduduk kota. Pendidikan dan pekerjaan bahkan harus hilang karena dianggap mencoreng nama baik instansi pendidikan maupun restoran tempatnya bekerja. Saat semua orang memandang jijik pada Syakila, tiba-tiba, Dewa datang sebagai penyelamat. Dia bersikeras menikahi Syakila hanya demi membalas dendam pada Nania, kakak angkat Syakila yang merupakan mantan pacarnya. Sejak menikah, Syakila tak pernah diperlakukan dengan baik. Hingga suatu hari, Syakila akhirnya menyadari jika pernikahan mereka hanya pernikahan palsu. Syakila hanya alat bagi Dewa untuk membuat Nania kembali. Ketika cinta Dewa dan Nania bersatu lagi, Syakila memutuskan untuk pergi dengan cara yang tak pernah Dewa sangka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
D.O
"Adik, terimakasih banyak, ya! Berkat kamu, karirku akan tetap baik-baik saja."
Syakila diam saja. Dia hanya duduk mematung sambil menatap bayi kecil yang sedang tertidur didalam box bayi.
"Bagaimana rasanya dihina oleh seluruh penduduk kota? Apa menyenangkan?" tanya Nania sambil menyentuh kedua pundak Syakila dari belakang.
"Keluar!" titah Syakila. Suaranya terdengar begitu dingin.
"Kenapa aku harus keluar? Ini kan ruangan bayi ku sendiri," balas Nania. "Ups, maaf! Aku lupa. Dia bukan bayiku, tapi bayimu."
Nania tertawa terbahak-bahak. Dia benar-benar puas mendengar hujatan yang ditujukan banyak orang terhadap sang adik.
"Oh iya, besok kamu dipanggil untuk datang ke kampus, kan?" lanjut Nania. "Untuk apa? Untuk diberitahu kalau kamu sudah dikeluarkan, ya?"
Syakila memejamkan matanya sejenak. Nania benar-benar memancing emosinya.
"Kenapa ekspresi mu jadi seperti itu? Mau marah?"
Syakila tahu. Jika bertengkar dengan Nania sekarang, itu hanya akan merugikan dirinya sendiri. Oleh sebab itu, dia memutuskan untuk menghindar saja.
"Kalau kamu nggak mau pergi, biar aku saja yang pergi."
Syakila berbalik. Dia berniat untuk keluar dari ruangan itu. Namun, belum mencapai pintu keluar, suara Nania yang berteriak seperti kesakitan langsung terdengar dari belakang.
"Akhhh!!!"
Karena suara teriakan Nania, bayinya pun ikut menangis karena kaget.
"Apa yang kamu lakukan, Syakila? Kenapa kamu malah mendorong ku?" tanya Nania dengan suara yang sengaja dikeraskan.
"Nania, kamu..."
Nania hanya tersenyum licik. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba Dito dan Nessa muncul.
"Nania..."
Nessa langsung berlari membantu putrinya untuk berdiri. Sementara, bayi Nania segera diambil oleh pengasuh yang sengaja disewa Dito dan Nessa untuk menjaga cucu mereka.
"Apa yang kamu lakukan pada putriku, hah?" tanya Dito dengan penuh emosi.
Dia menarik rambut Syakila kuat-kuat. Membuat gadis itu meringis kesakitan karena kulit kepala yang terasa hampir terlepas dari tengkoraknya.
"Aku tidak melakukan apa-apa," jawab Syakila.
"Jangan bohong!"
"Aku tidak bohong."
Tatapan Syakila tidak mengandung ketakutan sedikit pun. Hal itu membuat Dito jadi goyah sebentar. Namun, teriakan Nania lagi-lagi membuatnya jadi lebih buas.
"Aduh, perutku sakit," keluh Nania.
"Kenapa bisa sakit? Sebenarnya, apa yang Syakila lakukan?" tanya Nessa dengan khawatir.
"Tadi, Syakila mendorongku sampai jatuh. Dia masih marah karena dia kehilangan pekerjaannya gara-gara aku."
"Apa benar begitu, Syakila?" tanya Dito. Cengkramannya di rambut Syakila tak juga mengendur.
Plak.
Nessa maju dan menampar Syakila. "Nania baru saja melahirkan. Kondisinya masih belum pulih. Tega sekali kamu mendorong dia sampai jatuh."
"Sudah kubilang kalau aku tidak mendorongnya," teriak Syakila.
Dito pun langsung mendorongnya keras hingga punggungnya membentur dinding. Rasanya, tulang belakang Syakila seperti ada yang patah.
"Kamu benar-benar anak yang tidak tahu diuntung, Syakila! Aku menyesal, sudah memungut anak sejahat kamu dari panti asuhan!"
Dito segera menggendong Nania. Dia meminta istrinya untuk menghubungi dokter. Sementara, Syakila masih berada di tempat yang sama.
Gadis itu tertawa disela tangisnya. Andai dia punya orangtua, mustahil dirinya bisa ditindas seperti ini.
****
Syakila memegang surat keputusan Drop Out di tangannya dengan gemetar. Dia menangis sejadi-jadinya. Meski sudah bersiap, tetap saja dia merasa tak sanggup saat menghadapinya sendirian.
Dirinya dianggap telah mencoreng nama baik instansi pendidikan tempatnya belajar. Segala prestasi yang dulu Syakila torehkan, bagai sebuah angin lalu yang terlupakan begitu saja.
Satu titik noda yang sebenarnya bukan miliknya, sudah cukup menghancurkan segudang prestasi yang ia miliki.
"Masa depanku benar-benar sudah hancur," lirih Syakila.
Bibirnya tersenyum namun air matanya mengalir deras.
"Syakila..." panggil seorang gadis yang seumuran dengannya.
"Viola!" balas Syakila sambil mengusap air matanya.
"Kamu... baik-baik saja?" tanya Viola dengan nada prihatin.
Setelah sekian lama, baru kali ini ada orang yang menanyakan keadaannya. Syakila pun menggeleng. Ia kembali menangis dihadapan Viola.
"Tidak. Aku tidak baik-baik saja," jawabnya.
Viola langsung memeluk Syakila dengan erat. Dia ikut menangis bersama sahabat baiknya itu.
"Aku tahu kalau kamu dipaksa untuk mengakui kesalahan orang lain. Aku percaya kalau kamu kamu bukan perempuan seperti itu, Syakila."
"Terimakasih," lirih Syakila.
"Kalau kamu perlu bantuan, jangan sungkan hubungi aku. Aku pasti akan selalu ada untuk kamu."
"Terimakasih."
Hanya itu yang mampu Syakila ucapkan. Di dunia ini, hanya Viola yang mau bersahabat dengannya. Padahal, Viola memiliki latar belakang keluarga yang cukup terpandang.
"Syakila!!!"
Pelukan keduanya reflek terlepas saat seorang pria tampan tiba-tiba datang.
"Kak Reno?" lirih Syakila.
Plak.
Pemuda yang merupakan ketua BEM di kampus mereka itu langsung menampar Syakila. Matanya memerah karena marah.
"Syakila, aku nggak nyangka. Ternyata, kamu perempuan semurah ini! Bisa-bisanya, kamu hamil dan melahirkan anak haram dari laki-laki tak dikenal diluar sana."
"Kak Reno, aku..."
"Cukup! Jangan jelaskan apapun!" potong Reno cepat. "Ternyata, selama ini kamu cuma berpura-pura sok suci didepanku. Kita sudah pacaran selama satu tahun. Bahkan, satu ciuman di bibir saja, nggak pernah kamu mau kasih.Tapi, seluruh tubuhmu malah kamu berikan pada laki-laki liar? Heh, aku nggak nyangka kalau kamu perempuan semunafik ini, Syakila."
Syakila diam saja. Akan sangat melelahkan jika harus menjelaskan kebenaran pada orang yang sedari awal menolak untuk percaya.
"Syakila, mulai sekarang kita putus! Jangan coba-coba muncul dihadapan ku lagi atau aku akan menamparmu lagi!"
Setelah mengucapkan kalimat menyakitkan itu, Reno pun langsung pergi meninggalkan Syakila.
"Syakila, kamu nggak apa-apa?" tanya Viola dengan cemas.
"Nggak apa-apa," jawab Syakila.
"Pipimu bengkak, Syakila. Ayo, aku bawa ke unit kesehatan dulu!" ajak Viola.
"Tidak usah," tolak Syakila. "Kalau aku ke sana, orang-orang pasti akan langsung menyerang ku. Bisa jadi, luka ku malah semakin bertambah banyak. Jadi, lebih baik tidak usah."
"Syakila..." Viola memeluk sahabat baiknya lagi.
"Aku tidak apa-apa. Nanti, bengkaknya juga akan hilang sendiri."
"Darimana kamu tahu?"
"Karena, aku sudah biasa mengalaminya."
"Syakila... hidupmu malang sekali," ucap Viola sambil menangis.
lah
semoga syakila bahagia dan bisa membalas dendam terhadap keluarga dito yang sangat jahat
menanti kehidupan baru syakila yg bahagia...