NovelToon NovelToon
Rahasia Kelam Di Balik Sutra

Rahasia Kelam Di Balik Sutra

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Rebirth For Love / Cinta Terlarang / Romansa / Cintapertama / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Seorang putri Adipati menikahi putra mahkota melalui dekrit pernikahan, namun kebahagiaan yang diharapkan berubah menjadi luka dan pengkhianatan. Rahasia demi rahasia terungkap, membuatnya mempertanyakan siapa yang bisa dipercaya. Di tengah kekacauan, ia mengambil langkah berani dengan meminta dekrit perceraian untuk membebaskan diri dari takdir yang mengikatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 03

Di luar, tak jauh dari kamar Cheng Xiao dan juga kamar Wang Yuwen, sang putra mahkota berdiri mematung di balik rindangnya pohon maple. Matanya terpaku pada siluet Cheng Xiao yang terlihat dari balik jendela, tengah larut dalam alunan pilu Guzheng-nya. Wang Yuwen tak berani mendekat, hatinya masih dipenuhi luka dan keraguan. Ia merasa bersalah, namun di saat yang sama, ia juga menyalahkan Cheng Xiao atas pupusnya harapan untuk bersatu dengan Su Jing Ying.

Zhu Tian, yang setia berdiri di belakang Wang Yuwen, hanya bisa menggelengkan kepala pelan. Ia sudah hafal betul kebiasaan tuannya ini. Setiap malam, Wang Yuwen selalu menyempatkan diri untuk mengamati Cheng Xiao dari kejauhan, mendengarkan alunan musiknya yang menyayat hati.

Pria itu selalu diam-diam memperhatikan setiap gerak-gerik Cheng Xiao, namun selalu menolak mentah-mentah saat wanita itu datang untuk menemuinya. Sebuah ironi yang menyakitkan.

"Kita kembali," ujar Wang Yuwen dengan suara lirih, saat dirasa cukup mengamati Cheng Xiao dalam diam. Ekspresinya datar, namun Zhu Tian bisa merasakan kesedihan yang mendalam terpancar dari sorot matanya.

Zhu Tian mengangguk patuh, lalu mengikuti langkah Wang Yuwen kembali menuju ruang baca. Ruangan itu kini telah menjadi rumah bagi sang putra mahkota, tempat ia melarikan diri dari kenyataan dan mencari ketenangan dalam kesendirian.

Sesampainya di ruang baca, Wang Yuwen langsung duduk di kursi kebesarannya dan meraih sebuah buku. Namun, pikirannya melayang jauh. Ia tidak bisa fokus membaca. Bayangan Cheng Xiao terus menghantuinya. Ia merasa bersalah karena telah mengabaikan wanita itu. Ia tahu bahwa Cheng Xiao sangat mencintainya, namun ia tidak bisa membalas cintanya.

"Apakah aku sudah melakukan hal yang benar?" gumam Wang Yuwen pada dirinya sendiri.

Zhu Tian yang mendengar gumaman itu hanya bisa terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia tahu bahwa Wang Yuwen sedang berada dalam dilema yang besar. Ia tahu bahwa tuannya itu mencintai Jing Ying, namun ia juga merasa bertanggung jawab terhadap Cheng Xiao.

"Tuan, apakah Anda ingin saya menyiapkan teh?" tanya Zhu Tian akhirnya, berusaha mengalihkan perhatian Wang Yuwen.

"Tidak perlu," jawab Wang Yuwen singkat. "Aku hanya ingin sendiri."

Zhu Tian mengangguk dan mundur selangkah. Ia tahu bahwa Wang Yuwen membutuhkan waktu untuk merenung. Ia akan membiarkan tuannya itu sendiri, namun ia akan tetap berada di dekatnya jika Wang Yuwen membutuhkannya.

Wang Yuwen kembali menatap buku yang ada di hadapannya, namun pikirannya tetap kosong. Ia merasa sangat lelah dan putus asa. Ia ingin sekali melarikan diri dari semua ini, namun ia tahu bahwa itu tidak mungkin. Ia harus tetap kuat dan menjalankan perannya sebagai seorang putra mahkota.

Tiba-tiba, Wang Yuwen berdiri dan berjalan ke arah jendela. Ia menatap langit malam yang bertaburan bintang. Biasanya, pemandangan itu memberinya ketenangan, namun malam ini, bintang-bintang itu seolah mengejeknya. Mereka bersinar terang, sementara hatinya gelap gulita.

Ia memikirkan Cheng Xiao. Ia tahu bahwa wanita itu sedang menderita. Ia tahu bahwa pernikahannya telah menghancurkan hatinya. Namun, ia tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya. Ia tidak bisa memberikan cintanya kepada Cheng Xiao, karena hatinya telah menjadi milik Jing Ying.

Wang Yuwen menghela napas panjang. Ia merasa terjebak dalam situasi yang tidak mungkin dipecahkan. Ia ingin sekali meminta maaf kepada Cheng Xiao, namun ia tidak tahu apakah kata-kata maafnya akan cukup untuk menyembuhkan luka di hatinya.

"Mungkin... aku harus mencoba berbicara dengannya," gumam Wang Yuwen lirih.

Ia tahu bahwa itu adalah langkah yang sulit, namun ia merasa bahwa ia harus melakukannya. Ia tidak bisa terus mengabaikan Cheng Xiao. Ia harus mencoba untuk memperbaiki hubungan mereka, meskipun ia tidak tahu apakah itu mungkin.

Keesokan harinya, Cheng Xiao seolah berhasil mengubur perasaan pilunya dalam-dalam. Seperti malam-malam sebelumnya, ia akan menumpahkan air mata meratapi pernikahannya saat malam tiba, lalu kembali memasang topeng ceria saat mentari menyinari hari.

Seperti saat ini, misalnya. Kaisar, ayah mertuanya, mengundang Cheng Xiao dan Wang Yuwen untuk berkumpul di istana kekaisaran. Sang Kaisar bertitah, mereka akan berkumpul sebagai keluarga untuk merayakan sebuah kabar bahagia.

Ini adalah kesempatan emas bagi Cheng Xiao untuk bertemu dengan suaminya. Dengan mengenakan hanfu berwarna merah muda yang lembut, Cheng Xiao berjalan dengan langkah ringan dan penuh semangat menuju ruang baca putra mahkota. Senyumnya merekah indah, matanya berbinar bahagia membayangkan pertemuannya dengan Wang Yuwen.

Tepat di depan pintu ruang baca, ia tidak mendapati Zhu Tian yang biasanya selalu berjaga. Cheng Xiao merasa ini adalah kesempatan langka untuk bertemu dengan Wang Yuwen tanpa harus menghadapi penghalang dari pengawal suaminya itu.

Dengan jantung berdebar, Cheng Xiao memberanikan diri memasuki ruang baca Wang Yuwen. Namun, ia tidak mendapati keberadaan suaminya di sana. "Di mana dia? Apakah dia sudah pergi terlebih dahulu ke istana?" gumamnya lirih, dengan tatapan menyelidik ke setiap sudut ruangan yang dipenuhi aroma maskulin khas Wang Yuwen.

Mata Cheng Xiao lalu tanpa sengaja terpaku pada sebuah kotak kayu kecil yang terletak di atas meja baca Wang Yuwen. Rasa penasaran menggelitik hatinya, dan tanpa ragu, wanita itu meraih kotak kayu tersebut dan membukanya dengan hati-hati.

"Sebuah gelang giok?" gumamnya lagi, kali ini dengan senyum bahagia yang mengembang di bibirnya. Gelang itu tampak begitu indah dan berkilauan diterpa cahaya matahari pagi.

Cheng Xiao mengira, gelang giok berwarna putih dengan ukiran bunga plum yang anggun itu adalah hadiah yang disiapkan oleh Wang Yuwen khusus untuknya. Ia sama sekali tidak tahu, jika gelang giok itu adalah benda berharga milik Wang Yuwen yang menyimpan kenangan mendalam bersama Su Jing Ying.

Dengan hati-hati, Cheng Xiao mengangkat gelang itu dari dalam kotak. Ia merasa gelang giok itu sangat cantik, dan tanpa sadar, ia ingin langsung memakainya di pergelangan tangannya.

"Sedang apa kau di sini?!" Tiba-tiba suara bariton Wang Yuwen yang dingin dan menusuk mengejutkan Cheng Xiao, membuatnya tersentak kaget. Gelang giok yang berada di tangannya terlepas dan jatuh membentur lantai, pecah berkeping-keping.

Jantung Cheng Xiao berdegup kencang. Ia menoleh dengan wajah pucat dan mata membulat menatap Wang Yuwen yang berdiri di ambang pintu dengan raut wajah gelap. Pria itu tampak marah, sangat marah.

Wang Yuwen berjalan menghampiri Cheng Xiao, matanya terpaku pada pecahan gelang giok di lantai. Tanpa disadarinya, tangannya bergerak cepat, melayang dan mendarat telak di pipi Cheng Xiao.

Plak!

Suara tamparan itu menggema di seluruh ruangan, memecah kesunyian pagi. Sebuah bekas merah langsung tercetak di pipi halus dan putih Cheng Xiao, bukti bisu dari amarah Wang Yuwen yang meledak. Bukan hanya Cheng Xiao yang terkejut dengan tamparan itu, melainkan juga Zhu Tian, yang berdiri terpaku di belakang Wang Yuwen, tak percaya melihat tuannya bersikap kasar pada istrinya.

"A-aku..." Cheng Xiao tergagap, berusaha menjelaskan situasinya, namun lidahnya terasa kelu. Ia tidak tahu harus berkata apa. Pipinya terasa kebas dan panas, namun rasa sakit di hatinya jauh lebih perih. Ia merasa bersalah karena telah memasuki ruang baca Wang Yuwen tanpa izin dan menyentuh barang-barang pribadinya.

"Apa yang kau lakukan dengan gelang itu?" tanya Wang Yuwen dengan suara rendah dan berbahaya, nyaris seperti desisan ular. Setiap kata yang diucapkannya terasa seperti cambuk yang mencambuk hati Cheng Xiao, meninggalkan luka yang menganga.

"A-aku hanya... aku hanya penasaran," jawab Cheng Xiao lirih, menundukkan kepalanya dalam-dalam, berusaha menyembunyikan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Penasaran?" Wang Yuwen mencibir sinis, bibirnya tertarik ke atas membentuk seringai dingin. "Kau selalu saja membuat masalah, Cheng Xiao. Apa kau tidak bisa sehari saja tidak menggangguku dan membuat hidupku tenang?"

Kata-kata Wang Yuwen menghantam Cheng Xiao seperti badai yang dahsyat, merobek dan menghancurkan setiap harapan yang tersisa di hatinya. Ia merasa hatinya hancur berkeping-keping, sama seperti gelang giok yang kini tergeletak tak berdaya di lantai. Ia tidak menyangka bahwa Wang Yuwen akan berkata sekasar itu padanya, bahkan sampai tega menyakitinya secara fisik.

"Maafkan aku," bisik Cheng Xiao dengan suara bergetar, air matanya akhirnya tumpah, membasahi pipinya yang memerah. "Aku tidak sengaja memecahkannya. Aku akan menggantinya, aku janji."

"Mengganti?" Wang Yuwen tertawa hambar, suaranya terdengar getir dan menyakitkan. "Kau pikir kau bisa mengganti gelang itu? Gelang itu adalah satu-satunya kenangan yang kumiliki tentangnya, satu-satunya penghubungku dengan masa lalu yang bahagia. Kau tidak akan pernah bisa menggantinya, Cheng Xiao! Tidak akan pernah!"

Cheng Xiao terisak semakin keras mendengar pengakuan Wang Yuwen yang jujur dan menyakitkan. Ia tahu bahwa gelang itu sangat berarti bagi pria itu, lebih dari yang bisa ia bayangkan. Ia tahu bahwa ia telah melakukan kesalahan besar, bukan hanya karena memecahkan gelang itu, tetapi juga karena telah mencoba memasuki hati Wang Yuwen yang sudah tertutup rapat untuknya.

1
Natasya
👍
Nurhasanah
dari bab awal sampe bab ini ... fl nya cuma bisa nangis doang nggak ada gebrakan apapun😏😏
yumin kwan
ish.... kok kaisar ga langsung aja kasih dekrit perceraian....
semangat up nya 💪
Ani_Sudrajat
Cerita nya bagus ..
Marini Dewi
semangat thor biar bnyk up Nya. hehehe
Ani_Sudrajat
Orang tua mana yg tidak sedih melihat putri kesayangannya di perlakukan seperti itu??
yumin kwan
kasian sekali cheng xiao.....
semangat up lagi 💪💪💪
echa purin
👍🏻👍🏻
Ani_Sudrajat
Bagus ceritanya.
Semangat thor 💪
Marini Dewi
alur cerita y sangat menarik, semangat thor 💪💪💪
Ani_Sudrajat
Up nya tambah lagi thor 😄
Marini Dewi
bikin gregetan. up lagi Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!