[UPDATE 2–3 CHP PERHARI]
Liu Xian, seorang anak yatim piatu yang sejak kecil dirawat oleh Liu Long, pemimpin Sekte Naga Langit. Meski tidak memiliki bakat dalam kultivasi, Liu Xian menyimpan mimpi besar: menjadi seorang kultivator yang mampu membawa kedamaian bagi dunia.
Namun, kenyataan berkata lain. Semua orang percaya bahwa Liu Xian hanyalah pemuda biasa tanpa masa depan. Hingga suatu hari, ketika sedang menjalankan sebuah tugas sederhana di hutan, ia tanpa sengaja menemukan sebuah kristal misterius yang tiba-tiba menyatu dengan tubuhnya.
Apa sebenarnya benda itu? Dan jalan seperti apa yang akan terbentang bagi Liu Xian setelah pertemuan takdir tersebut?
Ikuti perjalanan Liu Xian menapaki jalannya menuju puncak kekuasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Y. Septra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 03: Latihan
BAB 03: Latihan
Liu Xian berjalan dengan semangat mengikuti Liu Zhi menuju aula pelatihan khusus tempat yang biasanya hanya digunakan oleh para murid elit Sekte Naga Langit. Sepanjang jalan, beberapa murid wanita tampak memperhatikan Liu Xian dengan tatapan kagum.
Bagaimana tidak? Setelah proses penempaan tubuh, penampilannya kini jauh berbeda. Kulitnya tampak lebih cerah dan bersih, semua racun dalam tubuhnya telah hilang sepenuhnya. Kulit itu halus bagaikan sutra, namun sekeras baja.
"Liu Xian, kita akan berlatih di sini," ucap Liu Zhi sambil membuka pintu aula.
"Baik, Kak," jawab Liu Xian sopan.
"Pertama-tama, aku akan mengajarkanmu teknik dasar berkultivasi. Setelah itu, kita akan berlatih penguatan fisik, dan terakhir mempelajari jurus-jurus milik sekte," jelas Liu Zhi.
Liu Xian mengangguk paham, lalu segera duduk bersila dengan penuh kesungguhan.
"Tutup matamu dan tenangkan pikiranmu. Hilangkan segala hal yang mengganggu pikiranmu, jangan hiraukan suara apa pun, dan tetaplah tenang. Setelah itu, cobalah untuk merasakan energi alam yang ada di sekitarmu, lalu seraplah perlahan-lahan," tuntun Liu Zhi lembut.
Liu Xian mengikuti semua instruksi dari Liu Zhi. Perlahan, ia mulai menenangkan diri dan pikirannya. Saat dirinya benar-benar tenang, tiba-tiba saja dalam benaknya muncul sebuah ingatan aneh, seolah seseorang menanamkan langsung cara cepat untuk berkultivasi.
Liu Xian sempat terkejut, namun ia mencoba mengikuti petunjuk dari ingatan itu. Metode tersebut mengajarkan Liu Xian untuk tetap fokus menyerap energi alam, bahkan dalam keadaan pikiran yang tidak sepenuhnya tenang. Hasilnya, hanya dalam beberapa menit saja, Liu Xian sudah mampu merasakan dan menyerap energi alam di sekitarnya dan bukan dalam jumlah kecil, melainkan dalam jumlah yang sangat besar!
Liu Zhi sontak terkejut ketika ia merasakan energi alam yang begitu pekat memenuhi seluruh ruangan. Aliran energi itu berputar di sekitar Liu Xian, lalu terserap perlahan-lahan ke dalam tubuhnya.
Di dalam tubuh Liu Xian, sebuah lautan energi terbentuk. Awalnya hanya sekecil air dalam mangkuk, namun semakin lama semakin membesar hingga akhirnya menjelma menjadi kawah energi berdiameter lebih dari sepuluh meter!
Bersamaan dengan itu, suara ledakan teredam terdengar beberapa kali dari dalam tubuh Liu Xian. Setiap ledakan diikuti oleh peningkatan kekuatan yang luar biasa, membuat aura di sekitarnya bergemuruh hebat.
"Boom!"
"Boom!"
Ledakan teredam itu terus bergema di dalam tubuh Liu Xian, satu kali, dua kali hingga sebelas kali sebelum akhirnya berhenti. Sesaat kemudian, Liu Xian perlahan membuka matanya.
"Benar-benar jenius yang tiada dua... hanya dalam beberapa menit saja dia sudah masuk ke tahap Foundation Establishment tingkat pertama," gumam Liu Zhi kagum, matanya tak lepas menatap Liu Xian.
"Kakak, kenapa kau termenung?" tanya Liu Xian sambil memiringkan kepala.
"Eh… ti-tidak, tidak apa-apa." Liu Zhi cepat menggeleng. "Liu Xian, apa kau bisa merasakan lautan energi Qi dalam dirimu?"
"Hah, apa itu?" tanya Liu Xian polos, wajahnya kebingungan.
"Hais, kau ini! Katanya mau jadi kultivator, tapi lautan energi Qi saja tidak tahu," keluh Liu Zhi sambil menepuk dahinya.
"Hehehe." Liu Xian hanya terkekeh kecil sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Begini," jelas Liu Zhi sabar, "saat kau berhasil menyerap energi alam di sekitarmu, energi itu akan masuk ke dalam tubuhmu dan membentuk sebuah lautan yang disebut lautan energi Qi. Contohnya, saat kau menggunakan jurus api, energi alam yang kau serap tadi akan berubah menjadi energi Qi. Nah, dari energi Qi itulah kau bisa membentuk bola api, pedang energi, atau jurus lainnya. Paham?"
"Oohh, ternyata seperti itu, ya," ucap Liu Xian sambil mengelus dagunya seolah baru mengerti.
Padahal, bohong bila Liu Xian tidak mengerti. Tanpa dijelaskan pun, ia sudah tahu jauh lebih banyak dari yang baru saja diterangkan Liu Zhi. Semua informasi itu sudah tertanam jelas di dalam pikirannya, lengkap, mendalam, bahkan lebih akurat. Namun, Liu Xian memilih untuk tidak mengatakannya. Ia tak ingin membuat kakaknya bingung dari mana ia mendapatkan pengetahuan itu. Karena itu, ia hanya tersenyum dan berpura-pura polos.
"Jadi, sudah sebesar apa lautan energi Qi dalam dirimu?" tanya Liu Zhi penasaran.
"Sudah menjadi danau kecil dengan diameter sekitar sepuluh meter," jawab Liu Xian jujur.
"Apa?" Mata Liu Zhi langsung melebar. Ia benar-benar tak percaya.
Biasanya, seorang pemula yang baru membentuk lautan energi Qi hanya mampu menghasilkan kolam kecil seukuran baskom. Tapi Liu Xian? Langsung mencapai ukuran danau kecil! Itu bukan hanya luar biasa, itu mustahil bagi seorang pemula.
"Hahaha! Bagus, adikku! Kau benar-benar seorang jenius sejati!" kata Liu Zhi bangga sambil menepuk bahu Liu Xian dengan semangat.
"Kalau begitu, sekarang kita akan melatih fisikmu agar menjadi lebih kuat. Sebaiknya kita latihan di luar," ajak Liu Zhi.
Mereka berdua kemudian meninggalkan aula latihan khusus menuju lapangan pelatihan tempat di mana biasanya para murid luar berlatih.
Di Sekte Naga Langit sendiri terdapat beberapa tingkatan murid: Murid Luar, Murid Dalam, Murid Inti, dan terakhir Murid Elit.
Begitu Liu Zhi muncul di lapangan, para murid langsung menunduk hormat. "Hormat, Tetua Ketiga!" seru mereka serempak.
Salah satu murid menatap ke arah Liu Xian dan tersenyum, "Adik Xian, apa kau akan ikut berlatih bersama kami?"
"Benar sekali," jawab Liu Xian ramah. "Tapi kali ini aku akan dilatih langsung oleh Kakak Zhi."
"Adik Xian, sebentar," ucap seorang murid lain yang tampak kaget. Ia memicingkan mata, mencoba merasakan aura Liu Xian. "Kau... kau sudah mencapai tahap Foundation Establishment?!"
"Hehehe, begitulah. Aku baru menerobos pagi ini," jawab Liu Xian santai.
"Wahhh, Adik Xian! Kau sungguh luar biasa!" seru seorang murid kagum.
"Benar! Padahal kemarin kau bahkan belum memiliki aura kultivasi"
"Selamat, Adik Xian! Sekarang kau resmi menjadi seorang kultivator!"
Suasana lapangan mendadak riuh. Semua murid tampak kagum dan bahagia untuk Liu Xian. Mereka semua tahu betapa kerasnya dia berjuang selama ini meski tanpa bakat, dia tidak pernah menyerah. Kini, kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil.
"Terima kasih, semuanya. Sekarang aku mau latihan dulu," ucap Liu Xian ramah sambil sedikit membungkuk.
Liu Zhi tersenyum kecil dan mengangguk, lalu mengajak Liu Xian menuju ke salah satu sudut lapangan yang kosong agar mereka bisa berlatih tanpa mengganggu murid lain.
"Liu Xian, sekarang mulailah berlari mengelilingi lapangan ini sebanyak seratus kali," perintah Liu Zhi tegas.
"Baik, Kakak," jawab Liu Xian tanpa ragu.
Tanpa mengeluh sedikit pun, Liu Xian langsung berlari mengitari lapangan seluas lima puluh meter itu. Keringat mulai mengalir di dahinya, namun tekad di matanya tak pernah padam.
Hampir satu jam kemudian, akhirnya Liu Xian menyelesaikan latihan pertamanya. Napasnya terengah-engah, wajahnya basah oleh keringat, tapi sorot matanya masih tajam, penuh semangat.
"Bagus," kata Liu Zhi puas. "Sekarang, angkat batu itu selama satu jam."
Ia menunjuk ke arah sebuah batu sebesar kepala manusia. Sekilas terlihat kecil, tapi beratnya lebih dari lima puluh kilogram. Batu itu bukan batu biasa, melainkan batu meteor, benda langit yang pernah ditemukan langsung oleh Pemimpin Sekte Naga Langit saat melakukan perjalanan keliling Benua Bintang.
Tanpa banyak bicara, Liu Xian segera menghampiri batu itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Urat di lengannya menegang, keringat kembali menetes deras. Namun, wajahnya sama sekali tak menunjukkan rasa putus asa, hanya tekad yang membara.
Melihat itu, Liu Zhi tersenyum bangga. "Begitu seharusnya, Liu Xian. Seorang kultivator sejati tidak hanya kuat dalam Qi-nya, tapi juga dalam tubuh dan hatinya."