"Aku tidak butuh uangmu, Pak. Aku hanya butuh tanggung jawabmu sebagai ayah dari bayi yang aku kandung!" tekan wanita itu dengan buliran air mata jatuh di kedua pipinya.
"Maaf, aku tidak bisa!" Lelaki itu tak kalah tegas dengan pendiriannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ikutlah denganku
Sofia yang baru saja menempati kontrakan barunya, ia hendak rehat sejenak setelah selesai membersihkan rumah kontrakan tersebut.
"Alhamdulillah... Akhirnya selesai juga pekerjaanku. Mau tidur sebentar ah, nanti jam lima baru mandi," ucapnya seraya berbaring di kasur sederhana yang memang sudah tersedia di rumah itu.
Tring!
Suara notif bank masuk ke ponselnya. Sofia segera membuka pesan tersebut. Matanya membola saat melihat nominal yang masuk ke rekeningnya.
"tiga ratus juta? Siapa yang mengirimku uang sebanyak ini?" ujarnya bertanya-tanya.
Sofia segera mengamati sumber dana atas nama. "Axelino Asyarie SH" Ia juga membaca keterangan di bawah. "Tanggung jawab untuk calon bayi"
Seketika hati Sofia kembali memanas. "Dasar lelaki kurang ajar. Dia kira aku bisa di beli dengan uangnya? Akan aku kembalikan uangmu. Aku tidak sudi menerima uang dari lelaki pengecut sepertimu," ujar Sofia menggeram kesal.
Sofia yang sebenarnya enggan untuk bertemu polisi itu, tetapi ia harus mengembalikan uangnya. Sofia membawa uang itu untuk di kembalikan pada pemiliknya. Ia akan buktikan bisa hidup tanpa ketergantungan dengan uangnya.
Sofia sengaja tidak menemuinya di kantor, tetapi ia menunggu di luar. Ia memperhatikan setiap mobil petugas kepolisian yang meninggalkan kantor Polda tersebut.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya mobil yang ia tunggu terlihat meninggal parkiran. Sofia seketika menghadang sehingga membuat pengemudi itu menginjak pedal rem.
TIN! TIN!
Axel menekan klakson mobilnya untuk menyuruh wanita itu menepi. Namun, wanita itu tak sedikitpun bergeser membiarkan mobil Axel lewat.
"Hei! Apa-apaan sih kamu? Mau bunuh diri jangan di depan mobil aku!" seru Axel membuat kaca mobilnya.
Sofia hanya menatap tajam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tentu saja hal itu membuat Axel semakin jengkel. bagaimana jika teman-temannya yang lain melihat drama ini? Ah benar-benar membuat repot saja. Apalagi mau wanita ini? Apakah uang yang ia berikan masih kurang?
"Sofia! Menyingkirkan!" teriak Axel.
"Apa? Babak mau nabrak aku? Ayo silahkan tabrak!" tantang Sofia.
"Jangan gila kamu ya! Aku minta kamu menyingkir dari hadapan mobilku!" titahnya.
"Aku nggak mau!"
"Jangan buat masalah kamu, Sofia. Nanti semua orang tahu mengenai masalah kita!"
"Aku tidak peduli. Biarkan saja semua orang tahu. Biar mereka tahu bahwa atasan mereka ini adalah seorang pelaku 4susila!" jawab Sofia terdengar lantang.
"Sofia, Kamu...." Axel menggeram kesal .
"Kenapa? Bapak takut? Tapi memang itu kebenarannya 'kan?" sahut Sofia acuh.
"Ya ampun wanita ini. Benar-benar cari masalah saja dia."Axel segera keluar dari mobilnya.
"Ayo sekarang ikut aku!" Axel menarik tangan Sofia.
"Mau bapak bawa kemana? Aku nggak mau ikut!" tolak Sofia memberontak.
"Jangan membantah Sofia! Kamu jangan membuat aku malu!" intrupsi Axel gemas sekali.
"Kalau nggak mau malu, lepaskan aku dong!"
Axel menghela nafas dalam untuk memasok rasa sabar di hatinya.
"Masuklah Sofia, aku hanya ingin bicara denganmu. Ayo masuk sekarang!" titahnya dengan wajah datar, tetapi nada suaranya sedikit rendah.
Sofia menatap curiga. Mana mungkin ia percaya begitu saja dengan ucapan lelaki yang pernah mengancam untuk menyakiti dirinya.
"Ayo Sofia. Jangan sampai kita jadi bahan tontonan orang. Aku hanya ingin bicara denganmu sebentar saja."
"Bagaimana aku percaya begitu saja dengan ucapan bapak? Bisa jadi nanti aku bapak aniaya dan di mutil4si seperti berita viral di tv," celetuk wanita itu.
"Astaghfirullah... kamu itu kebanyakan nonton kriminal ya. Ayo masuk sekarang!" titah Axel berusaha menekan emosinya.
Sofia masih enggan untuk mengikuti perintah penyidik itu. Pikiran buruk merasuki kepalanya.
"Loh, pak Axel belum pulang? Eh, ada Sofia juga. Lagi ngapain nih?" tegur salah seorang anggota kepolisian yang juga hendak pulang. Ia tak sengaja mendapati atasannya sedang menarik tangan Sofia. Tentu saja mereka semua mengenali sofia, yaitu pegawai cs di kantor mereka.
Axel seketika melepaskan tangan Sofia. "Ah, aku cuma mau nawarin Sofia untuk pulang bareng. Kebetulan aku juga satu arah," ujar Axel beralasan.
"Oh begitu ya. Baiklah, aku duluan komandan!"
"Yap! Silahkan!"
Setelah rekan kerja Axel pergi, kini tinggal mereka berdua yang masih berdiri di sana.
"Kamu masih belum mau ikut denganku, Sofia? Apakah kamu ingin semua orang semakin curiga?" tanya Axel menatap malas.
Sofia berpikir sejenak. Ia mengamati banyaknya petugas yang akan pulang.
"Baiklah, tetapi aku tidak mau pergi jauh-jauh," jawab wanita itu menyetujui.
"Yang mau bawa kamu jauh-jauh itu siapa? Kamu kira aku mau jalan denganmu," sahut Axel pedas sekali.
"Tidak mau jalan denganku, tetapi mau menanam benih di rahimku. Lelaki macam apa kamu," celetuk Sofia membuat Axel mendelik tidak percaya. ternyata ucapannya tak kalah pedas.
Bersambung.....
