Mengetahui suaminya telah menikah lagi dan mempunyai seorang anak dari perempuan lain, adalah sebuah kehancuran bagi Yumna yang sedang hamil. Namun, seolah takdir terus mengujinya, anak dalam kandungannya pun ikut pergi meninggalkannya.
Yumna hampir gila, hampir tidak punya lagi semangat hidup dan hampir mengakhiri hidupnya yang seolah tidak ada artinya.
Namun, Yumna sadar dia harus bangkit dan hidup tetap harus berjalan. Dia harus menunjukan jika dia bisa hidup lebih baik pada orang-orang yang menyakitinya. Hingga Yumna bertemu dengan pria bernama Davin yang menjadi atasannya, pria dengan sebutan sang cassanova. Yumna harus bersabar menghadapi bos yang seperti itu.
Davin, hanya seorang pria yang terlanjur nyaman dengan dunia malam. Dunia yang membuatnya tidak terikat, hanya menikmati semalam dan bayar, lalu pergi tanpa keterikatan. Namun, setelah hadir Sekretaris baru yang cukup ketat karena perintah ayahnya, dia mulai memandang dunia dengan cara berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlihat Rapuh
Yumna menatap langit-langit kamarnya, baru saja dia selesai mandi. Bahkan rambutnya masih sedikit lembab setelah di keringkan.
"Apa Pak Davin sudah pulang ya? Kemana dia pergi? Apa benar tidak akan memesan wanita bayaran lagi"
Yang paling di takutkan oleh Yumna, adalah Davin yang bermalam dengan wanita bayaran lagi. Hal yang harus Yumna cegah sesuai dengan perintah Pak Reno padanya. Karena jika sampai dia tidak dapat mencegah itu, Yumna merasa bersalah setelah banyak bayaran yang Pak Reno berikan padanya.
Suara bel pintu membuyarkan segala lamunan, Yumna segera beranjak dari tempat tidur. "Siapa yang datang? Apa iren ya?" Yumna berjalan keluar kamar hanya dengan celana pendek di atas lutut dan kaos polos. Dia memang akan istirahat sebentar lagi, jadi lebih santai menggunakan pakaian seperti ini. Ketika dia membuka pintu, Yumna terdiam melihat Davin yang berdiri di depannya dengan penampilan yang begitu kusut.
"Pak Davin?"
Davin hanya menatap Yumna dengan lekat, lalu dia melangkah satu langkah mendekat pada Yumna. Memeluknya tanpa aba-aba, menyandarkan dagunya di bahu Yumna.
"Eh, Pak Davin kenapa?" tanya Yumna dengan gelagapan, terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba dan pelukan ini lebih mengejutkan.
"Bolehkah aku seperti ini sebentar saja? Tidak ada yang bisa memelukku, semua orang hanya sibuk memandang salahku, menekanku, dan menganggap aku adalah pria jahat yang tidak pernah punya sedikit saja kebaikan"
Suara terdengar pelan, namun pecah seolah dia sudah memendamnya begitu lama. Tangan Yumna sedikit terangkat, menepuk-nepuk pelan punggung lebar pria yang memeluknya itu. Dia juga tidak bisa melakukan apapun, selain diam dan membiarkan Davin tetap seperti ini sampai dia merasa lebih tenang.
Setelah merasa cukup tenang, Davin melepaskan pelukannya. Dia mengusap ujung matanya dan memalingkan wajah dari Yumna. Seolah malu jika harus saling tatap dengan gadis ini. Apa yang aku lakukan? Kenapa aku memeluknya dan mengatakan hal menjijikan seperti itu? Sial, tidak biasanya aku lemah seperti ini. Hatinya bergumam pelan.
"Pak Davin tidak papa?" tanya Yumna, menatap penuh kebingungan dan rasa penasaran atas apa yang terjadi pada Davin hingga pria ini terlihat sangat rapuh hari ini.
Davin menghembuskan napas panjang, lalu dia menoleh pada Yumna sebelum menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Yumna tadi.
"Aku baik-baik saja, kau istirahat saja. Aku juga lelah ingin istirahat, oh ya aku datang kesini untuk menyerahkan kunci mobil. Bukannya setiap malam kunci mobil harus kau yang pegang"
Yumna menatap kunci mobil yang diserahkan oleh Davin. Sedikit tertegun dan bingung dengan sikapnya ini. Tapi tidak ingin bertanya lebih lanjut karena takut malah membuat Davin marah, Yumna akhirnya mengambil kunci mobil itu.
"Iya Pak, sebaiknya anda segera istirahat dan tenangkan diri anda"
Davin tersenyum tipis dan mengangguk kecil, sebelum dia berbalik dan melangkah menuju pintu di seberangnya.
"Pak Davin tidak pernah sendiri, kalau ada apa-apa coba ceritakan pada saya. Mungkin semua orang menilai kesalahan Pak Davin, karena selama ini anda tidak pernah berniat untuk merubah spekulasi orang-orang terhadap anda. Pak Davin terlanjur membiarkan orang-orang berpikiran buruk tentang anda"
Langkah Davin terhenti, tangannya sudah hampir meraih gagang pintu. Matanya terpejam, ucapan Yumna cukup ngena di hatinya yang sedang rapuh saat ini. Namun, tanpa menoleh Davin membuka pintu dan masuk ke dalam Apartemennya.
Yumna menghembuskan napas pelan, dia pun ikut kembali masuk ke dalam Apartemennya. Menatap kunci mobil di tangannya, lalu bayangan saat Davin memeluk tubuhnya membuat Yumna terdiam dalam lamunan dan pikirannya sendiri.
"Eh, dadaku masih berdebar" Yumna memegang dadanya sendiri yang berdebar sejak Davin memeluknya. Mungkin pria itu juga akan merasakan debaran ini. "Semoga besok pagi dia terbangun dengan suasana hati lebih baik. Tapi aneh juga melihat dia rapuh seperti itu, dan apa yang terjadi ya sampai dia seperti itu?"
Yumna berjalan ke arah kamarnya, menyimpan kunci mobil di atas meja sambil terus memikirkan tentang apa yang terjadi pada Davin. Namun, pertanyaan itu sama sekali tidak terjawab.
*
Bersyukur setelah kejadian kemarin, Davin tetap kembali pada Davin yang seperti biasanya. Fokus pada pekerjaan, dan marah jika ada sedikit saja kesalahan. Hari ini yang terkena amarahnya adalah kepala Devisi keuangan, karena dalam laporannya kelebihan satu nol yang tentunya cukup berakibat fatal. Davin melempar berkas itu tepat mengenai tubuh pria tua yang menunduk diam di depannya.
"Jika tidak bisa bekerja, sebaiknya pergi dan bawa barang-barangmu dari sini"
Tangan pria itu sudah bergetar, bahkan wajahnya sudah seperti tidak ada aliran darah lagi. Bibirnya bergetar dengan pucat, terus membungkuk dan kakinya hampir tidak bisa menahan berat tubuh.
"Maaf Tuan, saya janji akan lebih teliti lagi. Tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Tolong maafkan saya, Tuan!"
Kakinya begitu lemas, bahkan dia sudah hampir berlutut di depan Davin sekarang. Rasanya dunia akan segera hancur karena kemarahan Davin padanya. Namun suara pintu yang terbuka membuat dia kembali berdiri tegak.
"Maaf Pak, sudah waktunya kita pergi untuk pertemuan" Yumna muncul di balik pintu, dia melirik ke arah pria tua yang sudah hampir berlutut tadi. Hatinya merasa kasihan dan iba, tapi jika Yumna ikut campur, maka dia juga terancam tidak bekerja lagi disini.
Davin memijat pelipisnya, dia mengambil ponsel di atas meja kerjanya. Lalu menatap kembali pada pria di depannya. "Bereskan semua ini dan jangan sampai saya menemukan lagi sedikit kesalahan. Saya membayar orang-orang yang bekerja disini bukan untuk merugikan Perusahaan!"
"Baik Tuan, saya akan segera memperbaikinya. Maafkan saya sekali lagi"
Dia yang membungkuk, Davin abaikan begitu saja. Davin langsung menghampiri Yumna dan pergi bersama sekretarisnya itu. Sebelum menutup pintu, Yumna menatap kasihan pada Bapak tadi yang kena marah besar dari Davin. Tapi dia hanya bisa menghela napas pelan, karena tidak bisa melakukan apapun.
"Jangan sampai ada kesalahan seperti ini terulang lagi, Yumna!"
"Baik Pak, saya akan bantu periksa semuanya"
Berada di dalam lift hanya berdua, membuat Yumna merasa tegang. Apalagi dengan wajah dingin Davin yang benar-benar tidak bersahabat.
Apa mungkin apa yang terjadi padanya kemarin masih mempengaruhi moodnya pagi ini?
"Perusahaan Areta Group sudah mengirimkan proposal untuk kerja sama dengan Perusahaan kita, Pak"
Davin tersenyum devil, matanya melirik ke arah Yumna dengan penuh arti. "Bagus, sepertinya mangsa kita sudah mulai masuk dalam perangkap. Terima kerja sama itu dan atur pertemuan"
"Em, apa ini maksud anda untuk membantu saja membalaskan dendam saya pada Rio?"
"Kau hanya tinggal menunggu perintahku saja, semuanya biar aku yang selesaikan. Karena aku suka dengan permainan penuh dendam seperti ini, lebih membuat semangat. Haha"
Untuk pertama kalinya Yumna merasa paling takut dengan sosok Davin. Tawanya yang mengerikan, dan lirikan matanya yang penuh arti membuat Yumna merasa merinding berada di dalam lift ini.
Dia bukan hanya cassanova, tapi seperti iblis. Apa aku gak salah ya minta bantuan dia menghancurkan Rio, kok sekarang malah aku takut Pak Davin akan bertindak begitu keji padanya.
Melihat senyum dan tawanya, membuat Yumna sadar jika Davin mempunyai dua kepribadian yang berbeda dalam satu waktu. Mungkin ini yang membuat orang-orang terkecoh dengan seorang Davin.
Bersambung
Yang pada nabung bab mau gimane? Jan sampe author santet online ya kalian..