"Sssssttt, sssssttt ahh, ahh,aaahh...Aaaahhhk."
Aku terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:25. Sebab Mas Saka tidak ada di sebelahku. Ntah kemana dia, aku tidak tahu. Baru saja aku akan melangkah menuju keluar, namun aku mendengar suara aneh dari kamar mama, yang aku dengar seperti suara desahan dan lenguhan panjang.
Aku sampai bergidik ngeri mendengarnya, suara apakah itu? Aku tidak tahu pasti itu suara apa? Namun aku menebak, itu seperti suara orang yang sedang berhubungan. Apakah mamaku itu sedang menonton film??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERPEGANGAN TANGAN?
Ibu Mira pun tersenyum lega. Memang tidak bisa di pungkiri, pakaian yang mama pakai itu sangat sexi-sexi sekali. Bahkan dulu pernah mama lupa tidak memakai pakaian dalam. Beruntung saja aku langsung menegurnya. Dan mas Saka juga belum pulang kerja. Sehingga semuanya pun menjadi aman.
Sore tiba, mas Saka sudah lebih dulu pulang dengan menggunakan taksi. Aku juga heran. Biasanya mas Saka selalu pulang dengan mama. Namun kali ini dia malah menaiki taksi sendiri.
Siang tadi aku juga sempat untuk menjemput anakku di sekolah, sebab mama sedang ada meeting. Begitupun dengan mas Saka yang tidak bisa di ganggu. Hingga pada akhirnya aku yang menjemput Kiara sendiri.
"'Sudah pulang mas?" ucapku sambil meraih dan mencium tangan nya.
"Sudah.. Huh, lelah sekali." ucapnya.
"Kok tumben, pulang tidak bersama mama?" tanyaku.
Mas Saka langsung menatapku datar. Sepertinya aku salah dalam berucap.
"Kamu tuh aneh ya Rey, aku pulang sore begini, kamu heran. Giliran aku pulang bersama mama malam, kamu curiga. Hemm." ucap mas Saka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Bukan maksud aku seperti itu mas." ucapku yang tidak ingin membuat mas Saka marah.
"Sudahlah, aku capek. Oh ya, Kiara mana?" ucap mas Saka .
"Ada di kamarnya, pulang sekolah langsung makan siang tadi, terus aku suruh dia tidur. Mungkin saja sudah bangun di kamarnya." ucapku yang akan menuju ke kamar Kiara.
Tetapi mas Saka langsung mencekal tanganku.
"Tunggu Rey, aku ingin bicara sama kamu." ucap mas Saka .
Aku pun mengernyitkan dahi dan duduk di samping mas Saka . Entah apa yang akan di bicarakan. Sepertinya serius sekali.
"Ada apa mas?" tanyaku.
"Aku ingin berhenti bekerja!"ucap mas Saka yang membuatku terkejut.
"Apa? Berhenti?" pekikku.
Aku Tidak mengerti, mengapa mas Saka ingin berhenti bekerja! Apakah dia sudah mendapatkan pekerjaan yang baru? Atau kenapa?
"Iya, aku ingin berhenti bekerja dari pabrik plastik itu, dan akan bekerja di perusahaan mama kamu saja." ucapnya dengan pelan.
Hah? Apa aku tidak salah mendengar? Mengapa sangat tiba-tiba sekali. Sudah bertahun-tahun lamanya kenapa mas Saka baru menerimanya. Aku menjadi bingung sendiri.
"Tapi mengapa tiba-tiba mas?" ucapku sambil mengerutkan dahi.
Mas Saka menggeleng. "Ini bukan tiba-tiba Rey, sebenarnya aku sudah memikirkan ini matang-matang. Setelah mas fikir-fikir, kita tidak bisa hidup seperti ini terus. Gaji bekerja di pabrik tidak seberapa Rey, makanya aku ingin berhenti dan bekerja di perusahaan mama kamu. Lagian kemarin mama menawari aku lagi untuk bekerja disana. Katanya sih kekurangan karyawan." ucap mas Saka.
Sedangkan Aku hanya diam mendengarkan saja. Memang jika hanya terus mengandalkan gaji mas Saka dari pabrik saja hidup kami tidak akan cukup, aku setuju saja jika mas Saka akan bekerja di perusahaan peninggalan alm papa.
Namun yang aku bingung! Mengapa mas Saka baru menerima nya sekarang! Padahal sudah bertahun-tahun lamanya papa dan mama terus menawarkan pekerjaan untuknya. Tetapi mas Saka selalu saja menolak.
"Oke mas. Aku setuju saja." ucapku.
Mas Saka tersenyum dan langsung mencium keningku Aku pun langsung bangkit untuk menyiapkan makan malam. Karena pasti sebentar lagi mama pulang. Tidak enak jika aku masih bersantai ria.
Meskipun ini adalah rumah orang tuaku sendiri. Namun aku sebagai anak, aku sadar, kini aku sudah berumah tangga. Dan mempunyai keluarga sendiri. Tentu aku tidak mau sampai harus merepotkan mama.
Saat sudah siap semua, ku menuju kamar Kiara untuk menemaninya belajar, sedangkan mas Saka berada di kamarnya.
"Mama, oma sudah pulang?" tanya putriku.
Aku menggelengkan kepala sambil terus menatap buku yang sedang di kerjakan oleh Kiara.
"Belum, paling sebentar lagi oma pulang. Memangnya kenapa?" ucapku sambil terus menatap pelajaran putriku.
Kiara tidak menjawab. Dia hanya diam saja. Aku pun langsung menatap putriku itu, wajahnya terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu.
"Ra, kamu kenapa? Kok seperti gugup gitu." ucapku menatap lekat putriku.
"Um, ma,, Kiara itu kalau malam suka takut." ucap putriku dengan tiba-tiba.
Tentu aku mengerutkan dahiku.
"Takut? Takut ada apa sayang. Di kamar ini tidak ada apa-apa kok." ucapku sambil menatap sekeliling kamar Kiara.
Namun putriku menggeleng. Aku semakin mengerut bingung. Enah apa yang di maksud putriku itu.
"Setiap malam, Kiara selalu mendengar suara desahan nafas ma.. Kiara takut," ucap Kiara.
"Desahan nafas? Dimana nak?" ucapku sambil menenangkan putriku.
"Di kamar oma ma. Suaranya sangat keras sekali. Seperti ini. Sssssttt, aahh, aaahh, ahh. Ssssttt, begitu." ucap putriku.
"Astaghfirrullahalladzim." pekikku.
Aku terkejut, sebab apa yang Kiara dengar sama seperti aku yang juga mendengarnya semalam. Aku yakin sekali jika itu bukan suara hantu, atau setan dan lain-lain. Tetapi aku yakin jika itu adalah suara desahan orang yang sedang melakukan!
Tapi siapa? Mama dengan siapa? Apakah iya mama menonton film dewasa, sehingga suaranya sampai terdengar keluar? Ahh, aku rasa tidak mungkin.
Saat ini aku tidak bisa berfikir. Aku pun berusaha menenangkan Kiara. Takut saja anak itu akan tahu, bahwa itu bukan suara hantu atau yang lainnya. Melainkan suara desahan orang.
"Kamu tidak usah takut ya. Suara itu bukan suara apa-apa. Mungkin saja suara orang yang sedang ronda. Kan kamu dengar sendiri kalau malam itu ada yang berkeliling, mungkin saja iseng dengan temannya yang lain." ucapku agar Kiara tidak kepikiran lagi.
Putriku itu mengangguk. Terdengar suara deru mesin mobil, itu artinya mama sudah pulang.
"Nak, kita makan malam dulu yuk." ucapku sambil mengelus pucuk kepala putriku.
Kiara pun mengangguk dan kami sama-sama keluar dari kamar. Hingga pandangan ku pun tertuju kepada mas Saka dan mama yang keluar dari balik tembok ruang tamu.
Mas Saka langsung mengusap bibirnya dengan gugup saat melihat aku dan Kiara yang keluar kamar.
"Mama sudah pulang." .ucapku.
Mama tersenyum dan berjalan ke arahku dan Kiara.
"Sudah dong sayang. Gimana? Sekolahnya pintar gak?" ucap mama ku sambil mencium kening Kiara.
"Pintar dong oma. Dapat nilai seratus." celetuk Kiara dengan senang.
"Pintar, ya udah, sana makan malam duluan. Oma mau bebersih badan dulu, lengket." ucap mama dan langsung menuju kamarnya.
Aku menatap mas Saka yang juga menatap mama, suamiku itu kok malah bengong disitu.
"mas, kok bengong. Ayo kita makan." ucapku, ia pun seperti terkaget.
"Papa ngelihatin oma terus sih, waktu di mobil juga papa dan oma saling pegangan tangan." celetuk Kiara.
Aku yang tidak begitu mendengar pun hanya mengerutkan dahiku. Sedangkan mas Saka langsung membelalakkan matanya. Kini kami sudah duduk di kursi meja makan.
"Apa katamu Ra?" tanyaku lagi yang memang kurang mendengar.
msh mndg pelakornya org lain itupun msh atur waktu buat ketemu sesekali lha ini serumah bhkn istri sah mlh sdh d hlngkn perannya. gila memang moga2 kecelakaan gancet kek