Cherry Yang, yang dipaksa mendonor darah sejak kecil untuk adik tirinya, setelah dewasa ginjalnya diambil paksa demi menyelamatkan sang adik.
Di malam itu, ia diselamatkan oleh Wilber Huo—pria yang telah mencarinya selama delapan tahun.
Kehidupan Cherry berubah drastis setelah pertemuan itu. Ia bahkan terpaksa menikah dengan Wilber Huo. Namun, tanpa Cherry sadari, Wilber menikahinya dengan alasan tertentu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"Tuan, gadis ini… adalah Cherry Yang," seru Roby, napasnya memburu karena keterkejutan.
Wilber, yang awalnya duduk tenang di kursi belakang mobil, langsung menoleh cepat. Matanya membulat, ekspresinya sulit terbaca. Tanpa banyak bicara, ia membuka pintu mobil dan melangkah keluar. Sepatu kulitnya menginjak aspal basah yang bercampur salju tipis, menimbulkan suara berat di tengah udara malam yang dingin.
Ia menghampiri Roby, dan saat pandangannya jatuh pada gadis yang terkulai pingsan di pelukan sang sopir, suara Wilber terdengar pelan namun penuh emosi. "Cherry Yang…" gumamnya, nyaris seperti bisikan pada dirinya sendiri.
Sebelum ia sempat bergerak lebih jauh, teriakan terdengar dari arah rumah sakit. "Dia ada di sana! Cepat bawa dia masuk!" perintah Mike, yang berlari keluar bersama beberapa staf rumah sakit. Nafas mereka terengah, mata mereka tertuju pada Cherry.
Roby menoleh ke arah mereka, "Siapa kalian, dan apa yang ingin kalian lakukan?" tanyanya, nada suaranya tajam, penuh kewaspadaan.
Wilber melangkah maju, lalu tanpa ragu meraih tubuh Cherry dari pelukan Roby. Dengan satu gerakan tegas namun hati-hati, ia mengangkat gadis itu ke dalam gendongannya, menatap wajah pucat itu seolah memastikan dirinya tidak sedang bermimpi.
"Lepaskan dia!" bentak Mike, suaranya penuh amarah.
Roby langsung maju selangkah, berdiri di depan Mike seperti perisai. "Diam! Berani sekali kau meninggikan suara pada bosku," ketusnya, matanya menatap tajam.
Wilber menatap Mike dengan sorot dingin yang menusuk. "Kalian ingin membawanya pergi? Jangan berharap," ucapnya dengan nada datar namun penuh ancaman.
Mike mengepalkan tangan, nadanya keras. "Cherry adalah tunanganku! Kau tidak berhak membawanya pergi!"
"Tahan mereka," perintah Mike kepada stafnya.
Dalam sekejap, beberapa staf rumah sakit dan petugas keamanan mencoba mengelilingi Wilber dan Roby.
"Serahkan Cherry, kalau tidak aku akan menghajar kalian!" kecam Mike dengan nada mengancam.
Wilber hanya tersenyum sinis, seolah meremehkan mereka. Ia mengangkat gadis itu—Cherry—dan membaringkannya di kursi mobil, lalu menutup pintu dengan tenang. Tangannya menarik dasi, melonggarkan kancing kerah, matanya tajam menatap Mike.
"Tidak peduli kalian siapa, gadis ini akan kubawa," tantangnya.
"Sepertinya kau pecundang yang tak tahu diri," bentak Mike, matanya melirik mobil Wilber. "Mobil ini keluaran terbaru… hanya dua orang di negara ini yang punya. Siapa sebenarnya dia?" gumamnya penuh curiga.
Roby ikut maju. "Sepertinya rumah sakit ini mencari masalah. Jangan menyesal."
"Tangkap mereka!" perintah Mike.
Namun sebelum staf bisa mendekat, suara Nyonya Chen terdengar. Ia bergegas menghampiri. "Apakah Cherry sudah ditemukan? Cepat bawa dia masuk, Celia harus segera dioperasi!"
"Bibi, Cherry ada di dalam mobil itu," jawab Mike tegang.
"Tahan mereka!" seru Mike lagi.
Para staf langsung menyerbu. Wilber melayangkan pukulan ke wajah salah satu staf, menendang lawannya hingga terkapar. Rico juga tak tinggal diam; ia memelintir tangan lawan ke belakang, lalu menendangnya mundur.
"Aahh!" teriak salah satu staf kesakitan.
Mike sendiri mendekati mobil Wilber dan membuka pintu. Namun, sebelum sempat menyentuh Cherry, Wilber menutup pintu itu dengan cepat dan menghantamkan tinjunya ke wajah Mike.
Bruk!
"Aahh!"
Wilber menghajar lagi, pukulannya telak membuat bibir Mike pecah dan darah menetes.
Bruk!
"Aahh! Kau berani menyentuhku… aku tidak akan tinggal diam!" geram Mike sambil terhuyung.
Wilber menatap dingin, lalu sekali lagi melayangkan pukulan keras. "Kalau tidak puas, silakan lapor saja!"
“Kau siapa sebenarnya, apa hubunganmu dengan Cherry?” tanya Mike dengan nada menantang, matanya menyipit curiga.
Wilber menoleh perlahan, sorot matanya dingin menusuk. “Kau tidak layak bertanya padaku. Kau mengatakan kau adalah tunangannya?”
“Benar!” sahut Mike cepat sambil melangkah maju. “Dia harus ikut denganku, aku lebih berhak atas dia.”
Wilber mendengus sinis, lalu melangkah setapak ke depan. “Mulai hari ini pertunangan kalian dibatalkan.” Ucapannya keluar pelan tapi penuh tekanan, membuat suasana seketika menegang.
“Kau tidak punya hak membuat keputusan sendiri!” Mike membalas dengan suara meninggi. “Cherry sangat mencintaiku, dan kami akan segera menikah bulan depan.”
Ucapan itu seperti menusuk telinga Wilber. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal, lalu tanpa pikir panjang ia melayangkan pukulan telak ke wajah Mike. Suara benturan terdengar jelas, membuat beberapa orang di sekitar terperanjat.
Pukulan keras itu membuat Mike jatuh terkapar di lantai, menahan nyeri di pipinya. Darah segar merembes dari sudut bibirnya.
“Mike!” teriak ibu Cherry histeris
“Kalian kenapa membawa Cherry pergi? Dia adalah anakku!” bentak sang ibu, nadanya penuh cemas.
Roby melangkah maju, menatapnya tajam. “Melihat gerak-gerik mereka, sepertinya mereka bukan ingin menyelamatkan Cherry, tapi lebih mirip ingin menyakitinya. Jadi, Nyonya, Cherry akan kami bawa pergi. Dan sampaikan pada pihak rumah sakit ini, untuk lebih berhati-hati,” ucapnya tegas, nyaris seperti peringatan.
“Cherry tidak akan aku serahkan begitu saja! Aku akan cari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kalau ada sesuatu yang tidak baik kalian lakukan padanya…” suara Wilber merendah, tapi tajam seperti pisau. “…tunggu saja akibatnya!”
First Affiliated Hospital – Guangzhou
Wilber membawa Cherry ke rumah sakit terbaik di Guangzhou.
Seorang profesor kedokteran, yang sudah lama mengenal Wilber, akan menangani kondisinya.
“Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Aku ingin tahu semua detail tentang kondisinya!” perintah Wilber dengan nada tegas.
“Apakah dia gadis itu?” tanya sang dokter sambil menatap Wilber penuh arti.
“Benar! Karena itu, apa pun yang terjadi… pastikan dia tetap selamat!” jawab Wilber mantap.
Dokter itu mengangguk lalu segera melangkah menuju ruang perawatan Cherry.
Sementara itu, Wilber berbalik ke arah Roby.
“Roby, cari tahu semuanya—tentang rumah sakit itu, tunangannya, dan semua yang berhubungan dengannya. Aku ingin semua informasi ada di tanganku dalam dua puluh empat jam,” ucapnya dengan tatapan tajam.
Wil kata nak bikin perhitungan come on sat set ke ,,tuh Kunti bisa ga di kuliti atau ga cabut kuku ya gitu
ambil darah tiap hari per botol gt sumbngknn ke pmi lakukan itu ddpnn mm mu dan papa trimu dan mike,,biar mrk sengsara liat org tersayang mrk menderita lbh bagus sii klo perlu darah mrk semuy di ambil biar mrk merasakan gmn tangan ditusuk jarum,,biar impas si 😁😁😁klo di penjara takutt bundir gk ngerasain penderitaan lgg,, viral jg kn biar pd tau kelakuan busuk mrk,,