Sephiroth Tree, Pohon kekuatan yang ditanam oleh entitas tertinggi. Sumber dari segala macam kekuatan.
Julian Marvelus, Tokoh utama yang di beri kutukan sekaligus berkah. Kutukan ditubuhnya membunuh pemilik tubuh asli dari Julian Marvelus sebelumnya hingga, tubuhnya yang kosong dirasuki oleh jiwa yang baru.
Julian Marvelus terlahir kembali, memegang Support Route dari pohon kekuatan Sephiroth Tree.
Sumber kutukan didalam tubuhnya hidup monster mengerikan yang disebut sebagai Voidbringer, bibit kekuatan milik Hollow King. Mengandung kekuatan yang besar atas bayaran yang besar.
Dengan kekuatan yang diberikan dia bertekad untuk membalaskan dendam orang-orang yang sudah membuangnya serta melaksanakan misi yang diberikan oleh Voidbringer atas bayaran kekuatan yang sudah diberikan kepadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fresh Wild, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3 (Riveredge Village)
Didalam rumah dari kayu, kesan hangat dan nyaman. 1 meja dan 4 kursi kayu ditengah ruang makan. Penerangan menggunakan lentera dengan cahaya remang-remang.
Julian duduk disalah satu kursi. Matanya memandangi sup hangat yang diberikan oleh Weins.
"Kau terlihat kelaparan.."
Weins memberikan sup dengan sayuran buncis dan wortel serta kuahnya yang berwarna putih, mangkok sedang berwarna putih dengan sendok kayu diatas meja didepan Julian.
"Sepertinya enak!"
Matanya berbinar seakan-akan sudah lama tidak melihat makanan yang enak.
"Hahaha, kau terlihat sangat bersemangat, silahkan makan saja"
Weins melihat Julian tersenyum lebar melihat makanannya, ia segera mempersilahkan Julian untuk makan.
"Selamat makan"
Julian memegang sendok kayu ditangannya dan memakan sup itu dengan sangat lahap. Memakan sup itu dengan sangat lahap tanpa menyisakan bekas makanan satupun salam beberapa menit saja.
"..Hahaha, kau terlihat sangat lahap, mau nambah?"
Weins tersenyum dengan senang hati menawarkan lagi sisa sup nya kepada Julian. Julian yang mendengar ini pada awalnya ingin menerima permintaan itu namun, ia sadar diri sudah menumpang makan dirumah orang yang bahkan tidak ia kenal.
Meletakkan sendok kayu diatas mangkok dan meletakkan mangkok diatas meja. "Tidak usah, makanan ini sudah cukup untuk perutku" Julian menolak dengan ramah tawaran dari Weins.
Weins segera duduk dikursi berhadapan dengan Julian. "Kepala desa, sebenarnya apa yang sedang terjadi didesa ini?" Ia bertanya kepada Weins yang sedang duduk berhadap-hadapan dengannya.
"Kau pasti memikirkan tentang perkataan Geo, Sebenarnya tidak ada apa-apa yang terjadi di desa ini" Weins terlihat menyembunyikan sesuatu terlihat dari gelagat matanya yang tidak berani menatap langsung kearah Julian.
Julian yang menyadari hal ini, tidak bisa berhenti penasaran dengan kebenaran yang terjadi. 'Ada yang disembunyikan' Julian berkata didalam hati.
*Ting Ting Ting (Suara Lonceng)
Terdengar suara dengungan lonceng dari arah luar rumah Weins.
"!" Julian yang mendengar ini segera menyadari suara tersebut.
"..Apa yang terjadi?" Tanya Julian setelah mendengar suara itu.
"...Ada serangan monster!!!!" Teriakan terdengar dari luar rumah.
"Sialan!!!" Weins terlihat panik segera mengambil senjata yang bisa ia gunakan.
Julian yang mendengar ini sontak terkejut. Weins segera berlari keluar memegang senjata diikuti oleh Julian yang berjalan didekatnya.
Suara hentakan kaki Weins dan Julian terdengar. Pintu kayu rumah Weins terbuka dengan keras didobrak ketika lonceng penyerangan terdengar.
Seorang pria berjenggot coklat terlihat berlari kearah Weins. "..Goblin menyerang lagi" Pria berjenggot coklat terlihat panik dengan panik sembari memegang pedang tumpul gemetar.
"Tenangkan dirimu!" Weins menepuk bahu dia segera menenangkan pria didepannya.
"..Geo sedang menahan goblin itu" Pria berjenggot coklat segera memberitahukan kalau Geo pria bertato yang menahan Julian sedang bertarung dengan goblin.
Julian yang mendengar ini tidak tinggal diam. "Biar aku yang menolong dia.." Julian menatap kearah Weins dan pria berjenggot coklat itu.
"..Tunggu kau tidak bisa melawan goblin itu!!" Weins terlihat mencoba untuk mencegah Julian agar tidak pergi bertarung.
"Tenang aku tahu caranya bertarung" Julian mencoba meyakinkan Weins.
"Anggap saja sebagai balasanku atas makanan yang sudah kau berikan" Julian tersenyum hangat membalas kebaikan Weins.
"Kalau begitu pegang ini.."
Weins memberikan pedang yang ia pegang kepada Julian sebagai senjata untuknya.
"Kau tahu pedang tidak cocok untuk pria tua seperti ku" Ujar Weins sedikit.
Julian dengan senang hati menerimanya. Pedang tidak terlalu tajam. Bilah dari besi dengan gagang yang terbuat dari kayu diselimuti oleh kain yang diikat memutar.
"Berat" Ujar Julian merasakan berat pedang pertama kali. Namun berat pedang itu tidak sepenuhnya tidak bisa Julian tangani, hanya saja membutuhkan waktu untuk dirinya membiasakan dengan berat pedang ditangannya.
"Kearah mana goblin itu?" Tanya Julian kepada pria berjenggot coklat didepannya. Menunjuk arah Julian langsung berlari setelah diberitahu tempat goblin itu berada.
"Mari kita lindungi warga desa" Ucap Weins sebelum akhirnya Julian pergi meninggalkan mereka berdua.
...
"Akhh!!" Geo meringih kesakitan setelah merasakan tangannya terluka.
Didepan Geo berdiri 3 Goblin setinggi 160 cm, memegang belati tajam dengan matanya yang tajam seperti hewan buas. Perutnya agak buncit dengan tubuhnya kecil.
"..Dasar sialan, kembalikan istriku!!!" Geo memegang kapak ditangannya berlari dengan badan yang terluka kearah goblin didepan.
Langkah kaki yang mantap Geo pusatkan disatu titik. Tubuh berputar mengayunkan kapak ditangannya menebas kearah salah satu goblin. Mereka berdua beradu senjata menciptakan percikan api. Namun karena tubuh Geo yang sudah tidak kuat, tubuhnya terdorong mundur.
Goblin yang lain melihat peluang ini dan menendang perut Geo. Geo yang sedang menahan serangan goblin didepannya, tidak bisa berkutik melihat tendangan datang dari arah yang lain menuju perutnya.
*Bukk
"Uhukk" Terbatuk setelah perutnya terpukul oleh goblin.
Tubuhnya terlempar beberapa meter, mendorong tubuhnya hingga ia terjatuh dan berbaring diatas tanah merasakan rasa sakit pada tubuhnya.
Dari arah belakang Geo terdengar suara langkah kaki. Suara hentakan kaki dengan tanah semakin cepat mendekati Geo. Geo mendengar ini berusaha bangkit sembari menahan rasa sakit diperutnya setelah ditendang dengan sangat kuat.
"Kau terluka!?" Julian datang menghampiri Geo yang sedang terluka duduk diatas tanah.
Julian yang melihat ini segera mengarahkan tangannya kearah tubuh Geo yang terluka. "Healing" Ucap Julian seketika muncul lingkaran sihir didepan telapak tangan Julian. Seketika tubuh Geo dipenuhi oleh cahaya hijau, secara perlahan namun pasti luka-luka ditubuh Geo sembuh. Darah dan sel-sel pada luka Geo tertutup membentuk sel yang baru saling terikat satu sama lain.
Wajah Geo penuh keterkejutan melihat Julian menggunakan kekuatannya.
"Kau seorang Router?" Geo memasang wajah yang sangat terkejut, melihat tubuhnya perlahan sembuh.
"Tidak penting aku Router atau apalah itu, yang terpenting kita harus mengalahkan mereka bertiga" Julian tidak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya setelah melihat Goblin pertama kalinya, makhluk fantasi yang identik dengan kulitnya yang berwarna hijau.
Ketiga goblin itu mengerutkan dahinya merasa tidak senang melihat Geo perlahan pulih.
Geo yang sudah pulih menatap kearah Julian, ia bangkit memegangi kapaknya dengan sangat erat tidak menyerah dan masih berusaha untuk menyerang mereka.
Julian yang melihat tekad Geo tersenyum. Ia memegang pedangnya berduet dengan Geo menghadapi tiga goblin didepannya.
"KIEEEK!" Salah satu goblin berteriak kearah Julian, melihat Julian sebagai ancaman baru bagi mereka. Goblin itu berlari mengangkat senjatanya kearah Julian.
Julian yang melihat ini bersiap, memasang kuda-kuda yang kuat. Tubuhnya yang memiliki darah seorang Marvelus, masih memiliki jejak tubuh seorang petarung. Tubuhnya tidak akan pernah lupa jati dirinya. Memegang pedang dengan sangat erat, ketika goblin itu sudah berada didekatnya ia mengayunkan pedang ditangannya.
Seketika kedua senjata itu beradu menciptakan hembusan angin.
Goblin itu tersenyum melihat Julian terpukul mundur. "Cihh" Julian mendecikan lidahnya ketika tubuhnya terdorong mundur, karena dirinya baru pulih beberapa hari sehingga masih kurang tenaga untuk dirinya bertarung. Lagipula kemampuan bertarungnya hanya berdasarkan ingatan masa lalu Julian ketika masih berada dikeluarga Marvelus.
Satu goblin yang lain melompat kearah sisi kiri Julian, hendak menyerangnya memberikan serangan kejutan. Namun sayang sekali Geo yang menyadari hal ini menggunakan kapak ditangannya untuk menyerang kearah goblin yang menyerang Julian dari arah kiri.
"Kena" Geo merasakan kapaknya berhasil mengenai lengan bagian kanan goblin itu.
"KAAAA!!" Goblin itu teriak kesakitan melihat kapak Geo tertancap ditangan kanannya.
Mendengar hal ini Julian merasakan Goblin didepannya sedang lengah. Ia menendang tubuh goblin didepannya dengan sangat keras. Tubuh Goblin itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh ditanah akibat tendangan Julian. Melihat peluang terbuka lebar Julian mengangkat pedangnya dan menebas sekuat tenaganya kearah leher Goblin didepannya.
*Slash.
Tebasan pedang Julian berhasil memotong leher Goblin itu. Goblin itu seketika berubah menjadi abu setelah tubuhnya hancur.
"Tersisa 2 lagi" Ucap Julian menatap 1 goblin yang lain didepannya.
Namun ketika Julian hendak melawan goblin yang masih hidup tiba-tiba suara teriakan sangat keras terdengar dari dalam desa.
"TOLONGG!!!" Suara itu sangat keras hingga Julian dan Geo mendengarnya.
"..Putriku!!" Geo yang menyadari asal teriakan itu segera mencabut kapak miliknya yang tertancap ditangan goblin. Melihat peluang untuk melarikan diri kedua goblin itu berlari menjauh dari Julian dan Geo.
Geo memegang kapaknya berlari kedalam desa. Wajah seorang ayah yang panik berlari mencari putrinya. Julian yang melihat ini tidak ada pilihan selain mengikutinya.
Ditengah aula desa diantara bangunan-bangunan desa, semua warga desa berkumpul. Geo baru datang menghampiri mereka sembari membawa kapak yang berlumuran darah goblin. Mata Geo langsung melirik kearah kepala desa, "Dimana putriku!!" Ia memegang bahu kepala desa dengan tatapan matanya yang melotot.
Pikiran Geo sudah sangat kacau, ketika pertama kali ia sampai Geo tidak melihat putrinya sama sekali. Kepala desa yang melihat ini memalingkan pandangannya "Aku sudah berusaha melindungi putrimu tetapi, segerombolan goblin datang menyerbu dari arah yang lain..." Merasa bersalah kepala desa tidak berani menatap kearah Geo.
Geo yang menyadari hal ini tidak bisa berkata-kata apa-apa. Kakinya lemas tidak berdaya. Seluruh tubuhnya seketika membeku, sudut matanya mengeluarkan air mata ketika tubuhnya tidak tahan bertekuk lutut.
Julian yang baru datang dari arah yang sama, melihat Geo menangis.
"AAAAAAA!!!!!"
Geo teriak sangat kuat tidak bisa menahan rasa sedihnya. Ia mengepalkan tangannya memukuli tanah berkali-kali.
"Tidak hanya putri, para goblin membawa beberapa warga desa yang lain" Ucap kepala desa tertunduk merasakan rasa sedih.
Seketika Julian merasakan atmosfer didesa saat itu sangat gelap dan suram. Tanpa adanya suara sama sekali saat itu kejadian terburuk terukir didalam jiwa mereka.