Tidak ada sugarbaby yang berakhir dengan pernikahan.
Namun, Maira berhasil membuktikan bahwa cinta yang tulus kepada seorang pria matang bernama Barata Yuda akhirnya sampai pada pernikahan yang indah dan sempurna tidak sekedar permainan di atas ranjang.
"Jangan pernah jatuh cinta padaku, sebab bagiku kita hanya partner di atas tempat tidur," kata Bara suatu hari kepada Maira. Tai justru dialah yang lebih dulu tergila-gila pada gadis ranum itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Poledance
Pukul delapan malam, tepat setelah Maira menyelesaikan riasan sederhana di wajah, ia melangkahkan kaki menuju pinggir jalan, dimana sebuah mobil milik Debora sedang parkir. Ia menunggunya di dalam. Debora duduk di belakang, salah satu penjaganya yang menyetir mobil itu.
"Masuk Mai." Ia membuka pintu. Maira melangkah ragu, tapi tak mengurungkan niatnya. ''Jalan." Ia memerintahkan orangnya.
Di dalam perjalanan, hening. Maira tidak punya topik untuk memecah keheningan ini. Tapi kemudian, mulutnya terbuka menghadirkan suara keluar dari sana.
"Ehmmmm, Nyonya, eh Mami, apa aku akan menari sendirian malam ini?" tanya Maira hati-hati. Debora memalingkan mukanya menatap ia intens.
"Ya, hanya Kau," Sahutnya singkat.
"Dimana aku akan menari?" tanya Maira lagi.
"Kau akan tahu, kita akan segera sampai."
Maira diam. Entah mengapa jantungnya saat ini rasanya sangat tidak karuan. Berdebar keras sekali.
"Maira, kau bisa menari dengan tiang, bukan?" tanya Debora serius.
"Bisa. Aku telah terbiasa berlatih pole dance." Debora tersenyum puas mendengarnya.
Mobil berbalik parkir di area sebuah kawasan elit. Sebuah rumah sangat megah bak istana membuat Maira tercengang. Gerbang utamanya sangat tinggi sekali. Dijaga oleh dua orang berbadan besar. Masuk ke halamannya, kau akan melihat taman bunga bak negeri dongeng.
Maira tidak tahu, sekaya apa pemilik rumah ini. Luarnya saja sudah memanjakan mata, tak bisa ia bayangkan bagaimana suasana di dalam.
"Bagaimana? kau suka?" tanya Debora memecah keheningan dan kekaguman. Ia tak mampu menjawab. Hanya mengangguk kecil. Siapa pun akan mengatakan hal yang sama. Rumah ini luar biasa.
"Siapa pemiliknya?" tanya Maira penasaran.
"Kau akan melihatnya malam ini, mari kita turun." Debora membuka pintu mobil. Maira mengikutinya. Di depan mereka ada sekitar enam penjaga yang berdiri tegak.
Saat pintu dibuka, Maira semakin takjub ketika beberapa pelayan berpakaian seragam telah berjejer menyambut mereka datang. Sungguh, apa ini benar ada? seperti mimpi saja.
"Selamat malam Nyonya Debora." Seorang kepala pelayan mendekatinya. Ia menilik Maira dari kaki hingga kepala. "Tuan sudah menunggu di dalam," Lanjutnya lagi.
"Terima kasih, Sofia, tunjukkan aku kamar ganti."
Sofia menuntun mereka ke sebuah ruangan. Maira tercengang, ada banyak sekali lingerie di sana. Jangan bilang ia akan mengenakan salah satu dari seksinya lingerie-lingerie ini.
"Pakai yang ini." Dugaannya tepat. Ia menatap ragu saat sebuah lingerie berwarna hitam pekat diserahkan ke tangannya.
"Apa tidak ada busana lain?" tanya Maira ragu. Jujur, ia keberatan sekali memakai benda ini.
"Kau tidak punya pilihan, Nona. Kenakan sekarang, aku akan menunggumu di luar." Debora mengatakannya tajam. Maira terdiam. Mau pergi? Jangan mimpi, lupa pada banyaknya penjaga di luar sana?
Oh Tuhan aku benar menyesal menerima tawaran ini. Maira mengerang dalam kepasrahan.
Perlahan, Ia mulai membuka bajunya sendiri, menggantinya dengan lingerie hitam super seksi. Nampak bayangannya memantul di cermin. Payudara menonjol juga bokong padat yang selalu ia tutup rapat dari pandangan mata siapa pun tetapi malam ini, Maira malah akan memperlihatkannya pada seseorang yang sama sekali belum ia kenal. Busana tipis ini membuatnya terganggu.
Pintu terdengar dibuka, Debora dan Sofia muncul dibaliknya. Mereka menatap Maira terpanah. Sofia yang tadinya dingin, berubah sedikit ramah.
"Tuan akan menyukainya." Ia bergumam. Debora mengangguk. Ia mendekati Maira. Mengeluarkan alat staylish rambut, membuat rambut panjannya bergelombang dibagian bawah. Tidak lupa ia mengoleskan lipstik mahal berwarna merah menyala di bibir Maira.
"Lihat, kau seperti Geisha profesional." Debora berseru senang, Maira tercekat mendengarnya.
"Aku ingin pulang."
Debora menatap Maira lama.
"Maira, kau akan mendapatkan apapun setelah ini. Bahkan membalaskan dendammu pada mereka yang telah membuangmu." Debora mengatakannya setengah berbisik. Maira menoleh, dari mana ia tahu tentang masalah itu?
"Dari mana kau tahu?"
"Lihatlah kekuatan uang bekerja, Maira. Semua semudah membalikkan telapak tangan. Mencari latar belakangmu bukan hal yang sulit. Anak buahku dimana-mana, jangan lupa itu."
Maira menatapnya tercengang. Tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain meneruskan pekerjaaan ini.
"Lakukan tugasmu dengan baik." Debora menatapnya tajam, membuat ia terdiam. Ia kembali menuntun gadis itu menuju sebuah ruangan. Saat pintu terbuka, tampak sebuah tiang berdiri di tengah-tengah ruangan. sekeliling gelap hanya sebuah lampu sorot di tiang itu sebagai penerangan.
Ada seorang pria duduk dengan tenang dan santai jauh di depan tiang. Ruangan itu luas, minimnya cahaya membuat Maira tidak bisa melihat wajahnya.
"Tunjukkan yang terbaik untuk Tuan Bara." Debora kembali berbisik. Maira masih mematung bahkan sampai tak ia sadari bahwa Debora telah duduk di samping lelaki itu.
Apa yang harus ia lakukan? tubuhnya terasa panas dingin. Namun, akhirnya ia langkah kan kaki menuju tiang. Suara musik mengalun lembut. Maira mulai menari perlahan. Menempel pada tiang dengan satu tangan dan kaki mulai membelit. Gerakannya teratur juga gemulai.
Erotis! baru sekali ini ia melakukannya di depan pria. Terasa lingerie itu melayang seiring gerakan sensual yang ia mainkan. Rasanya malu. Ia menyesal tidak menuruti perkataan mbak Siska.
Tapi sudah terlanjur, Maira ingin segera menyelesaikan pekerjaan ini dan pulang. Tubuhnya mulai menikmati tarian ini. Sudah lama ia tidak melakukannya. Maira mencoba mengganggap bahwa ia sedang sendiri saat ini tanpa penonton.
Gerakan itu semakin sensual. Bara menatap terpukau pada tubuh yang sedang meliuk dengan indah itu. Ia jadi terkenang istrinya yang sudah meninggal.
Bara tersentak. Ia menatap kagum pada Maira yang semakin indah dalam gerakannya yang teratur.
"Aku mau dia. Pastikan dia akan menjadi milikku!" tukas Bara dengan mata yang tidak lepas dari Maira. Debora tersenyum senang. Ia hanya tinggal meyakinkan Maira untuk mau menerima tawaran Bara.
Sebuah tawaran yang akan membuat hidup Maira berubah drastis setelah ini. Sebuah tawaran yang akan membawa keduanya dalam hubungan yang rumit tanpa kepastian.
"Pastikan dia mau!" desis Bara lagi.
"Serahkan padaku. Kau hanya perlu menyambutnya di tempat tidur nanti." Debora berbisik.
"Apa ia masih perawan?" tanya Bara.
"Seratus persen," singkat Debora. Bara kembali mengalihkan pandangannya di depan.
"Berapa usianya?"
"Delapan belas tahun, sesuai keinginanmu, Tuan Barata Yuda. Muda, segar dan perawan," sahut Debora mantap.
Bara mengulas senyum puas mendengarnya. Ia harus bisa memiliki Maira. Seseorang yang rasanya bisa menggantikan Sabrina, istrinya dahulu. Seseorang yang membuat hasratnya kembali bergejolak hebat.
"Tawarkan semua kemewahan yang akan ia dapat. Aku tidak ingin kehilangan gadis itu," desisnya lagi, matanya juga tampak berkilat penuh ambisi.
Debora mengangguk paham. Ia mengerti apa keinginan tuan ini. Barata Yuda, sebentar lagi ia tidak akan pernah bisa menghindari perasaan dahsyat pada Maira lebih dari sebatas teman tidur.
untungnya Kevin mati....kl ngga perang Baratayudha beneran
Tuhan pasti memberikan kebaikan yg terbaik dibalik kejadian yg menimpa kita.
teruslah berpikir positif atas segala kejadian.
memang tdk mudah...
semangat kak💪
othor keceh comeback again, apa kabare si Beben kak??????😂😂
masi kah pake pempers?????
ada notif langsung gassss.....
apa kabar mak, moga mak Julie yg cantik mem bahenol selalu sehat2 dan lancar semuanya Aamiin🤲
biar semangat up nya...🥰🥰🥰