Suatu rangkaian perasaan untuk menjadi sebuah kisah cinta yang sempurna milik Juliette. Bermula dari pertemuan dengan seorang pria yang bernama Ronald sehingga mereka menjalin hubungan asmara yang diisi dengan suka duka, up and down, intrik dan terkuatnya sebuah rahasia. Mampukah Juliette mempertahankan hubungan asmaranya yang tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka?
Di rangkaian kata - kata kisah cinta milik Juliette inilah tertulis sehingga terbentuk Alenia Cinta Milik Juliette.
Happy reading 😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekacauan Malam Ini
Setengah jam berlalu dengan suasana hening dan cahaya redup yang menyelimuti Ronald dan Juliette. Ronald masih memeluk tubuhnya Juliette yang sudah tidak ketakutan lagi. Juliette menjadi tenang dan nyaman setelah dipeluk oleh Ronald yang memiliki aroma tubuh yang maskulin. Kenyamanan yang dirasakan oleh Ronald ketika dia memeluk tubuhnya Juliette yang harum dan beraroma manis namun menyegarkan.
Gelayar lembut menelusuri setiap aliran darahnya Juliette, desiran lembut di relung hatinya Juliette dan detak jantung yang tak beraturan menyelimuti Juliette selama Ronald memeluk tubuhnya. Tiba-tiba ada bunyi keroncongan yang membuat Juliette tersentak dan malu. Itu suara keras itu berasal dari perutnya. Wajahnya Juliette memerah karena suara itu memecah kesunyian di antara mereka.
"Kamu lapar?" tanya Ronald santai.
Juliette tersenyum kikuk, lalu berucap malu, "Ah iya. Aku belum sempat makan malam."
Ronald melepaskan dekapannya. Menatap Juliette dalam diam selama beberapa detik, karena dia juga tidak harus berkata apa. Juliette mendongakkan kepalanya sehingga tatapan mata mereka bertemu. Desiran lembut masih bergejolak di relung hatinya. Juliette mengalihkan pandangannya, lalu Ronald dan Juliette beranjak berdiri. Tanpa sengaja Juliette terpeleset, lalu tanpa sengaja dia menarik kemejanya Ronald sehingga mereka terjatuh dengan posisi tidur dan Ronald berada di atas tubuhnya Juliette.
Tanpa sengaja bibirnya Ronald menyentuh bibirnya Juliette. Mereka saling merasakan nafas mereka yang terengah-engah. Spontan Juliette memejamkan kedua matanya untuk meredam suasana hatinya. Tapi, tanpa diduga oleh Juliette, Ronald mencium bibirnya dengan lembut. Namun ciuman itu terasa kaku karena Juliette baru pertama kali merasakan sebuah ciuman sehingga dia bingung. Tanpa mereka sadari, pintu rahasia itu terbuka sehingga cahaya lampu yang terang masuk ke dalam dan memperlihatkan sosok seorang pria dan wanita.
"Bos," ujar asistennya Ronald yang menatap langsung ke arah mereka. "Apa Tuan baik-baik saja?"
Ronald melepaskan ciumannya, mendongakkan kepalanya. Menatap tajam ke arah asistennya. Juliette membuka kedua matanya. Beranjak berdiri dari tubuhnya Juliette. Juliette beranjak berdiri dari lantai bawah tanah. Asistennya Ronald berjalan mendekat ke Ronald dengan langkah kaki yang tergesa-gesa. Menghentikan langkah kakinya ketika berhadapan dengan Ronald. Asisten Ronald memeriksa luka di lengannya Ronald.
"Kamu tenang saja Ed, sudah ada yang merawatku," ucap Ronald sambil melirik Juliette sekilas.
"Kalian bisa tetap di sini sampai semuanya benar-benar aman," kata Juliette ramah.
Ronald menganggukkan kepalanya, lalu berujar, "Terima kasih Dokter Juliette. Kamu sudah menyelamatkanku. Aku akan memastikan ini tidak akan membahayakan dirimu lebih jauh."
"Aku periksa dulu ke atas," ujar Juliette.
Juliette melangkahkan kakinya, menaiki beberapa anak tangga menuju pintu ruang bawah tanah. Menekan tombol yang berada di sisi kanan pintu sehingga pintu terbuka secara otomatis. Juliette keluar dari ruangan itu. Seketika pintu itu ketutup secara otomatis. Juliette melihat semua perawat, para petugas apotik dan para petugas keamanan dengan wajah yang khawatir dan panik. Juliette mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang kerjanya yang sangat berantakan.
"Siapa yang melakukan ini semua?" tanya Juliette sedih sambil menatap suram ke salah satu perawat.
"Sebuah komplotan preman yang mencari dia pria yang tadi kita selamatkan Dokter," jawab perawat itu.
"Dengar, jangan bicara pada siapa pun soal kejadian malam ini. Tidak pada keluarga, tidak pada teman, bahkan tidak pada siapapun yang terlihat baik. Mengerti?" ucap Juliette tegas tanpa meninggikan suara sambil menatap ke para perawat satu persatu.
Semua perawat menganggukkan kepalanya, lalu Juliette berujar, "Bagus, tolong rapikan semuanya. Kalau ada yang aneh, langsung kabari aku."
Setelah menyelesaikan pesannya, Juliette menduduki kursinya. lalu menariknya ke depan. Semua karyawan klinik itu membereskan semua yang berantakan. Juliette menghela nafas panjang ketika mengingat kejadian Ronald yang telah mencuri ciuman pertamanya. Juliette menggeleng-gelengkan kepalanya untuk melupakan kejadian itu karena bagi dia peristiwa itu telah membuat dirinya malu dan bingung. Sebuah ciuman yang baru pertama kali Juliette rasakan.
Juliette mengaktifkan layar komputernya. Memencet beberapa tombol di keyboard sehingga muncul beberapa hasil rekaman dari CCTV. Juliette memperhatikan hasil rekaman itu. Dia melihat semua orang yang menyerang ke kliniknya sudah pergi jauh. Juliette sudah mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kekacauan ini. Mengutak-ngatik tombol keyboardnya untuk menghilangkan rekaman yang bersangkutan dengan kekacauan malam ini.
"Mereka menjadi incaran para penjahat itu sehingga para penjahat itu ingin membunuh mereka. Sebenarnya siapa mereka? Sepertinya mereka orang penting. Aku harus antarkan mereka pulang," gumam Juliette bermonolog.
Juliette beranjak berdiri dari kursinya. Dia berjalan menuju pintu ruang bawah tanah. Menggeser sebuah pigura sehingga pintu itu terbuka. Saat dia membuka pintu ruang bawah tanah, Ronald dan Ed yang duduk di dalam langsung siaga. Mereka berdua serentak berdiri, mata mereka memandang tajam ke arah pintu dengan kewaspadaan tinggi. Namun, ketika melihat Juliette masuk ke dalam ruang bawah tanah, mereka perlahan menghela nafas.
"Tenang, hanya aku," kata Juliette sambil berjalan.
"Bagaimana situasinya Bu Dokter?" tanya Ed sambil menyandarkan tubuhnya ke dinding.
"Situasinya sudah aman," ucap Juliette sambil berjalan masuk lebih dalam.
"Apakah kami sudah bisa keluar dari sini Dokter?" tanya Ronald santai sambil menatap Juliette dengan hangat.
"Boleh," jawab Juliette mantap.
"Apakah yang tadi datang ke sini adalah komplotan yang sedang mencari kami?" tanya Ronald tenang.
"Iya, tapi sekarang mereka sudah pergi jauh dari sini."
"Apa yang telah mereka lakukan? Apakah mereka membuat keributan?" tanya Ronald sedikit khawatir.
"Saya akan mengganti rugi atas kekacauan yang telah mereka perbuat," ucap Ronald mantap.
"Tidak perlu Tuan, sebaiknya nanti kalian saya antar pulang," ujar Juliette.
"Terima kasih Bu Dokter atas tawarannya, tapi kami bisa pulang sendiri," ucap Ed yakin.
"Kalian yakin mau pulang sendiri?"
"Iya Bu Bu Dokter," jawab Ronald mantap.
"Apakah kami sudah bisa keluar?" tanya Ed.
"Sudah, tapi setelah Tuan Ronald diperiksa lagi lukanya," ucap Juliette sambil membalikkan badannya.
"Ok," ucap Ronald senang sambil menegakkan badannya . "Ed, tolong urus administrasinya," lanjut Ronald.
"Nanti aja urus administrasinya setelah Tuan Ronald diperiksa lagi," samber Juliette.
Tak lama kemudian mereka keluar dari ruang bawah tanah setelah Juliette membuka pintu rahasia. Pintu rahasia itu ketutup secara otomatis setelah mereka menjauh dari pintu itu. Ed, keluar dari ruang kerjanya Juliette. Sedangkan Ronald berjalan ke brankar, diikuti oleh Juliette. Ronald menduduki tubuhnya di pinggiran brankar sebelah kanan. Juliette memeriksa lukamya Ronald dengan seksama.
"Apakah luka kamu masih sakit Tuan Ronald?"
"Sudah tidak Dokter."
"Baik, aku akan meresepkan obat," ucap Juliette sambil membalikkan tubuhnya.
Sedetik kemudian Ronald menegakkan tubuhnya. Berjalan mengikuti Juliette yang sedang menuju ke meja kerjanya. Juliette menduduki kursi mejanya, lalu mengambil buku resep dan pulpen. Ronald memperhatikan Juliette yang sedang menulis resep. Detak jantungnya Ronald tak beraturan ketika memandang Juliette, namun dia tidak menyadarinya. Ronald tersenyum miring ketika teringat kejadian saat mereka berciuman di ruang rahasia. Juliette menoleh ke Ronald, tatapan mata mereka bertemu dan memaku. Desiran lembut di relung hatinya Juliette muncul lagi, namun segera dia tepis.
"Ini resep obat kamu," ucap Juliette sambil memberikan resep ke Ronald.
"Terima kasih Dokter. Kapan luka saya diperiksa dan jahitan luka saya dilepas Dokter?"
"Untuk memeriksa luka hari Kamis minggu depan. Sedangkan untuk melepaskan jahitan lukamu, nanti saya kabari setelah saya periksa ulang lukamu."
"Berapa nomor handphone kamu Dokter?" tanya Ronald yang ingin mengenal Juliette lebih jauh lagi.
"Untuk apa?" tanya Juliette bingung.
"Untuk berjaga-jaga jika luka jahitanku bermasalah sebelum diperiksa lagi," basa-basi Ronald.
"Kalau mau memeriksa lukamu, kamu datang aja langsung ke klinik."
"Sekali lagi, aku minta maaf atas kekacauan malam ini," ucap Ronald lembut.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Terima kasih banyak para reader budiman yang telah sudah membaca cerita novel ini, jangan lupa
Di like ☺
Dikasih hadiah 😊
Komentar, kritik dan saran 😊