Hai semua,,,author kembali lagi nih dengan cerita baru.
Sebuah pernikahan terjadi di masa lalu, walau pernikahan dini namun tetap sah karena sang ayah si gadis yang menikahkan.
Kehidupan terus berputar dan saat si gadis dewasa sang suamipun ingin meresmikan pernikahannya.
Namun bagaimana jadinya jika pernikahan mereka terlupakan oleh sang gadis ,,,
Penasaran ???!! Yuk dibaca ,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3 》》 JANGAN MENYEBUT DIRIMU PELAKOR
Andhini menarik napas panjang sebelum masuk ke dalam mobilnya. Jam yang melingkar dengan manis pada pergelangan tangannya menunjukkan pukul 13.10 menit. Rasa bimbang untuk kembali ke rumah kini melanda. Pagi tadi bunda Riana tak memberitahu jam berapa keluarga bang Satria akan datang. Sedangkan Zelina langsung ngacir setelah menerima telepon.
Perlahan Andhini menjalankan mobilnya menuju pulang. Meskipun belum siap jika akan bertemu dengan Satria dan keluarganya namun Andhini tak memiliki pilihan lain.
Satu setengah jam berlalu, Andhini perlahan memasuki halaman rumahnya. Dua mobil mewah terlihat terparkir di halaman dan wajah cantik gadis itu berubah datar.
“Rupanya mereka sudah datang, huuuft semangat Dhin.” Gadis cantik itu bergumam sembari membuka pintu mobilnya.
Rambut dicepol asal dengan baju press body dan celana jeans ketat tak lupa sepatu sneaker menegaskan kecantikan paripurna sang gadis dan memperlihatkan bodynya yang sempurna. Ah, sayangnya dia akan menjadi istri kedua padahal tak sedikit pemuda mengantri untuk mengejar cintanya.
“Assalamualaikum ,,,” Ucapan salam Andhini menarik atensi penghuni ruang tamu. Dengan tersenyum paksa gadis itu menyalami pasangan orang tua yang ia yakini sebagai orang tua Satria.
“Waalaikumsalam ,,, wah yang ditunggu akhirnya datang juga, gimana kabarnya nak ,,,” Wanita seumuran bunda Riana sangat antusias menyapa Andhini.
Diam-diam Andhini meringis iba dengan nasib wanita yang kelak akan menjadi madunya. Bagaimana tidak, wanita yang dipastikan adalah mama Satria terlihat antusias melihat kehadirannya. Berbagai pikiran menghiasi otak cerdasnya.
“Alhamdulillah baik tante ,,,” Andhini menjawab masih dengan senyum terpaksanya. “Semua baik sebelum kalian merecoki hidupku.” Sambung Andhini dalam hati.
“Lho, kok tante sih ,,, panggil mama dong. Dulu juga panggilnya mama ,,,” Wanita ekspresif itu menghentikan ucapannya saat pria disampingnya menyenggol lenganya.
Alis Andhinj berkerut mendengar ucapan mama Satria yang ia belum tau siapa namanya. Namun detik selanjutnya Andhini kembali mode on datar. Tak ada gunanya ia bingung toh itu hanya candaan mamanya Satria.
“Silahkan dilanjut bincang-bincangnya, Dhini pamit ke kamar.” Andhini pamit sesopan mungkin. Ia tak ingin terlibat dengan pembicaraan mereka. Toh mereka yang menginginkan pernikahan ini.
“Setelah ganti baju, kesini lagi ya sayang, nak Satria ingin bicara.” Bunda Riana menatap lembut putri bungsunya namun ia menyematkan sedikit tatapan tajam pertanda tak ingin dibantah.
Andhini tak menjawab atau sekedar mengangguk. Ia terus berjalan menuju ke kamarnya. Lelah seharian di kampus mengurus masa depannya dan tiba di rumah dihadapkan pada persoalan hidup yang penuh problematik dimasa akan datang. Kini rasa lelah Andhini serasa berkali-kali lipat.
Sejenak gadis itu menenangkan diri dan meluruskan badannya karena sejak subuh ia sama sekali belum menyapa kasur empuknya. Ia harus memulihkan tenaga sebelum keluar kamar. Setelah merasa cukup Andhini bangun dan beranjak dari tempat tidurnya. Ia hanya mencuci wajahnya agar sedikit segar lalu mengganti bajunya. Dress floral menjadi pilihannya.
Perlahan Andhini mendekati para orang tua yang ternyata masih berbicara dengan penuh canda tawa.
“Nah, kalian silahkan bicara berdua. Kami para orang tua menunggu hasil kesepakatan kalian.” Mama Satria rupanya tak ingin berlama-lama. Type ibu-ibu sat set.
“Ikuti aku.” Andhini berjalan terlebih dahulu diikuti oleh Satria. Pria yang sejak tadi tak pernah bersuara.
“Apa yang ingin abang omongin ?!” Andhini tak ingin membuang-buang waktu. Ia harus mempersiapkan diri untuk ujian akhirnya.
“Konsep pernikahan bagaimana yang kamu inginkan, biasanya setiap gadis memiliki pernikahan impian.” Satria menatap lekat Andhini yang tampak cuek.
“Seandainya aku menikah dengan pria single pasti aku memiliki pernikahan impian tapi disini posisiku adalah istri kedua atau istilah kerennya PELAKOR maka pernikahan impian itu diskip saja. Cukup ijab qabul sederhana saja dan hanya dihadiri oleh orang tua dan istri abang kalo beliau berkenan hadir.” Nada bicara Andhini terdengar sangat dingin dan datar jangan lupakan wajahnya yang tanpa ekspresi.
Rahang Satria mengeras menahan amarah manakala Andhini menyebut dirinya pelakor. Sungguh Satria tak terima hal itu.
“Jangan pernah menyebut dirimu pelakor. Kamu sama sekali bukan pelakor, dek,” Suara Satria sangat rendah karena menahan amarah.
“Terserahlah bang, tapi kenyataannya memang seperti itu. Olehnya itu aku ingin pernikahan kita dirahasiakan karena terus terang aku malu dan belum siap menjadi bulan-bulanan masyarakat karena statusku nantinya sebagai istri kedua. Selanjutnya aku tetap ingin bekerja bersama bang Niko. Hanya itu yang aku inginkan.” Andhini mengantisipasi segala kemungkinan yang akan membuatnya terjebak dalam pernikahan yang tak sehat ini dan berakhir stress.
Andhini gadis cerdas dan mandiri, meskipun keluarganya memiliki perusahaan yang cukup besar yang dikelola oleh sang abang namun ia tetap menerima beasiswa sehingga biaya kuliahnya tercover sendiri. Pun begitu Niko tetap mentransferkan jatah Andhini setiap bulannya. Bisa dibayangkan segendut apa rekening Andhini.
“Maaf bang, sejujurnya aku gak terima pernikahan ini, semua kulakukan hanya untuk membahagiakan bunda. Entah apa yang menjadi alasan bunda sehingga sangat ingin menikahkanku dengan abang yang notabene sudah memiliki istri. Jadi tolong jangan berharap banyak aku akan menjadi istri pada umumnya.” Andhini benar-benar mengungkapkan semua unek-uneknya. Ia berharap Satria mengerti dan membatalkan niatnya untuk menikahinya.
“Pernikahan ini akan tetap terjadi,” Dengan tegas Satria tak ingin mundur.
“Baiklah tapi aku gak mau tinggal satu atap dengan istri pertama abang dan aku akan tetap tinggal di rumah bunda.” Andhini hampir saja melupakan hal penting. Apa kata dunia jika ia tinggal seatap dengan madunya. Apalagi mereka tak saling kenal.
“Jangan khawatir, abang sudah menyiapkan apartemen untukmu. Hilangkan keinginanmu untuk tinggal bersama bunda. Apa kata dunia jika istri CEO Anugrah Group hidupnya masih di rumah orang tuanya. Meskipun tidak ada yang salah dengan hal itu tapi harga diri abang akan terluka apalagi dimata Niko. Abang gak mau mereka berpikir aku tidak adil.” Satria pun tak ingin kalah. Sejak tadi hanya Andhini yang selalu mengajukan syarat dan ia hanya berdiam diri mendengarkan.
“Terserah abang saja.” Andhin berdiri dan berjalan meninggalkan Satria. Ia merasa pembicaraan mereka sudah cukup.
“Menarik.” Satria bergumam mengikuti Andhini. Pria itu tersenyum menatap punggung Andhini yang semakin menjauh.
Selama ini Andhini mengenal Satria sebagai sahabat sang abang karena hampir setiap hari berada di rumahnya. Andhini tak begitu mengenal sosok pria tersebut. Terkadang jiwa kepo seorang perempuan menggoda Andhini untuk bertanya karena keseringan berada di rumahnya padahal pria itu sudah beristri namun cuek dan masa bodohnya dengan urusan orang ternyata lebih mendominasi jiwanya. Jadilah Andhini hanya diam saja dan tak pernah bertegur sapa dengan Satria.
Saat ini yang menjadi tanda tanya besar dikepala Andhini adalah kok bisa bunda dan bang Niko mau-mau saja menerima pinangan pria yang sudah beristri. Kasih sayang seperti apa yang mereka miliki padanya jika hanya menjerumuskannya pada kehidupan yang pasti berkonflik.
cantik cerdas dan mandiri ❤️❤️❤️