"Ku pikir dengan menikah dengan mu hidup Ku akan bahagia, nyatanya Kau hanya memberikan Ku luka yang sedalam ini." Alisa
Alisa menikah dengan Fahmi putra pemilik pesantren tempat ia mengenyam pendidikan. Pada awalnya rumah tangga mereka begitu bahagia dan harmonis apalagi kini sudah hadir buah cinta mereka berdua, seorang anak yang masih bayi berusia dua bulan.
Namun ternyata kebahagiaan pernikahan itu tak bertahan lama. Fahmi tergoda akan tahta dan wanita, ia berselingkuh dengan saudari kembar Alisa sendiri. Hingga pada akhirnya mereka kehilangan buah cinta mereka.
Alisa merasa putus asa karena mendapatkan ujian yang bertubi-tubi. Ia merasa lelah dengan hidupnya, dan terus menginginkan Tuhan agar membawanya pergi ke sisi-Nya.
Simak ceritanya dalam judul "Tuhan Bawa Aku Pulang." Karya DEWI KD. Jangan lupa untuk mendukung Author dalam bentuk Like dan Komentar kalian ♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi KD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
"Enggak pulang Lis ?" tanya Amira, ia sedang sibuk mengemas pakaiannya ke dalam tas karena saat ini mereka berada dalam masa libur semester.
Alisa menggelengkan kepalanya,
"Tidak !"
Amira kemudian mengerti keadaan Alisa. Kedua orang tua Amira pastilah tidak menghubungi Alisa apalagi menjemput Alisa pulang.
"Ikut Aku saja, ya ?" ajak Amira
"Kedua orang tua Ku pasti senang kalau Kau ikut !" kata Amira lagi
Alisa merasa tak enak hati
Amira merangkul Alisa, Alisa bukan hanya ia anggap sebagai seorang sahabat melainkan juga saudarinya saat ini.
“Tidak apa-apa Mira. Aku di sini saja. Lagi pula libur hanya 14 hari kan ? Aku baik-baik saja disini.” Jawab Alisa pelan.
“Seriusan ?” tanya Amira memastikan.
“Iya !” jawab Alisa yakin dengan pilihannya.
Pada akhirnya Amira pergi meninggalkan pondok pesantren untuk sementara waktu. Tinggal lah Alisa yang seorang diri di kamar itu ternyata hanya ia sendiri yang tidak pulang.
“Alisa tidak pulang ?” tanya Ummi Najwa yang merupakan istri dari pendiri pesantren.
Alisa membalikkan tubuhnya melihat Ummi Najwa dan menyalami Najwa dengan sopan.
“Iya Umi ! Alisa tidak pulang.” Kata Alisa pelan.
“Kamu berani tinggal di asrama sendirian ? hanya Kamu santri yang tidak pulang dan tinggal di asrama ini.” Kata Najwa memperingati Alisa.
“Tidak apa-apa Umi, Alisa berani kok !” jawab Alisa tersenyum manis.
“Kamu ini cantik sekali loh Alisa, mau Ummi jodohkan dengan anak Umi ?” ucap Najwa mengajak Alisa bercerita sembari berjalan menuju taman yang ada di pondok pesantren itu.
“Anak Umi kan masih kecil ! Umi bisa aja deh bercandanya.” Kata Alisa tertawa kecil.
“Anak Umi yang di luar negeri maksudnya, dia lagi kuliah di Maroko. Minggu depan dia pulang !” kata Najwa, kemudian ia mengambil makanan ikan dan melempari makanan ikan tersebut ke kolam ikan.
Alisa hanya tersenyum menanggapinya.
Tak lama suara adzan Ashar berkumandang, Alisa pun pamit dari hadapan Najwa karena ingin menunaikan ibadahnya ke masjid.
“Sudah Ashar, Alisa ke masjid dulu ya, Umi.” Kata Alisa dengan lembut.
Najwa tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
“Assalamualaikum.” Ucap Alisa lagi.
“Walaikumsalam.” Jawab Najwa, Najwa memperhatikan Alisa yang kian menjauh dari pandangan matanya.
Satu minggu kemudian,
Alisa terbangun dari tidurnya, ia membuka jendela kamarnya yang memang menghadap kearah belakang pondok pesantren. Dengan wajah khas bangun tidur, rambut yang panjang sedikit acak-acakan menambahkan kesan jika Alisa memang memiliki paras cantik alami.
Alisa membuka jendela kamar dan merenggangkan tangannya ke atas dengan mata terpejam. Tanpa Alisa sadari, sejak Alisa membuka jendela kamarnya ada sepasang mata yang sejak tadi memperhatikannya karena terpesona dengannya.
“Hooam…Aku kesiangan rupanya.” Kata Alisa pelan.
Ini masih dalam keadaan libur semester tidak masalah jika ia tak mengikuti kegiatan di pondok pesantren di waktu subuh.
Sepasang mata yang sejak tadi memperhatikan Alisa, langsung dengan cepat bersembunyi di balik pohon besar. Sedangkan Alisa ia bergegas mengambil jilbab instan yang biasa ia pakai dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
“Gus Fahmi !”
Pria yang besembunyi di balik pohon besar itu adalah Ahmad Fahmi Al Ghazali dia adalah anak pertama Ummi Najwa. Dulu Najwa adalah seorang janda dan menikah dengan pendiri pesantren lalu di karuniai dua anak kembar yang saat ini baru berusia 10 tahun.
Semua tenaga pengajar dan pengurus pesantren tentu saja mengenal Fahmi. Fahmi dengan wajah tampan, dengan sejuta kepintarannya apalagi dengan ilmu agama yang ia punya, ia bahkan belajar sampai ke Maroko untuk menambah ilmu dan keterampilan yang ia miliki.
“Ngapain disini, Gus ?” tanya Joko, dia adalah alah satu orang kepercayaan Ayah Fahmi yang ditugaskan untuk mengurus pesantren.
“Aku sepertinya kesasar sampai sini, Lek !” jawab Fahmi apa adanya.
Ia sebenarnya sedang melakukan aktifitas lari di pagi hari. Namun tak ia sangka sampai berada di belakang asrama wanita.
“Tadi Ummi nyariin Gus Fahmi.” Kata Joko
“Oh, begitu. Ya sudah ! Terimakasih ya Lek !” jawab Fahmi menepuk punggung Joko kemudian berjalan ke arah pulang ke rumah.
Bibir Fahmi terus saja terukir senyuman manis, karena pagi ini ia mendapatkan vitamin di pagi hari. Melihat gadis cantik yang untuk pertama kalinya mampu menggetarkan hatinya.
“Assalamualaikum.”
Fahmi masuk ke dalam rumah, dimana kedua orang tuanya sudah menunggu kedatangannya sejak tadi.
“Walaikumsalam.” Jawab Aziz dan Najwa bersamaan.
“Kamu ini dari mana sih ?” kata Najwa
“Ada apa Um ?” tanya Fahmi bingung.
“Abah dan Umi mau mengajak Kamu pergi ke rumah kerabat Abah.” Kata Aziz, kemudian menyeruput kopinya.
“Oh begitu. Baiklah. Aku mandi dulu, ya !” kata Fahmi pelan. Najwa pun mengganggukan kepalanya. Kemudian ia duduk di samping suaminya.
“Nanti kalau Fahmi menolak gimana, Bah ?” tanya Najwa pelan.
Mereka berdua sebenarnya ingin pergi ke rumah teman dekat Aziz, bukan tanpa sebab. Mereka ingin menjodohkan Fahmi dengan putri tunggal teman dekat Aziz.
“Dari mata turun kehati. Walaupun tidak saling kenal insyaallah nantinya mereka bisa akrab dan menerima satu sama lain. Yakinlah Allah itu maha membolak-balikkan hati manusia, Ummi.” Kata Aziz menggenggam tangan Najwa.
“Bukan begitu, Bah ! Abah tahu sendiri kan, dia sudah dewasa sudah bisa memilih. Nanti Fahmi malah kecewa pada Kita yang di bilang mengatur-atur kehidupannya.” Lirih Najwa, sebaik-baiknya pilihan mereka untuk wanita yang akan menjadi istri Fahmi. Tentu Najwa lebih memahami perasaan putranya itu, ia yakin Fahmi juga berhak memilih menentukan dengan siapa pasangan hidupnya.
30 menit kemudian, Fahmi keluar dari kamarnya dengan tampilan yang begitu tampan, baju koko kurta yang melekat di tubuhnya.
Fahmi berjalan keluar rumah bersama kedua orang tuanya, masuk ke dalam mobil. Fahmi mengemudikan mobil tersebut berjalan menuju pintu gerbang pesantren.
Saat ia melajukan mobil, lagi-lagi Fahmi melihat gadis yang beberapa jam lalu yang ia lihat. Kini sudah berbeda penampilan begitu anggun dengan jilbab dan baju gamis yang melekat di tubuhnya, sembari membawa al qur’an, yang Fahmi yakin pasti gadis itu ingin pergi ke Masjid.
“Itu Alisa kan, Um ?” tanya Aziz
Fahmi hanya bergumam, ternyata gadis tersebut bernama Alisa dimana Fahmi baru tahu saat ini.
“Iya, Bah ! Kasihan dia ! Kedua orang tuanya tidak pernah menelfon, dan bahkan menjemputnya.” Kata Najwa apa adanya.
Aiziz hanya bisa menghela nafasnya, mengingat terakhir kali ia menghubungi Rahman memberikan kabar jika Alisa kini tumbuh menjadi gadis yang begitu soleha saat jauh berbeda dengan Alisa yang baru pertama kali Aziz lihat, ketika Rahman membawanya ke pesantrennya.
Namun apalah daya, Aziz bukannya mendapatkan jawaban bagus dari Rahman. Rahman malah mengatakan kalau Alisa bisa saja hanya berpura-pura untuk menghindari hukuman yang ia berikan.
“Abah sudah menghubungi Ayahnya, tapi sepertinya mereka hanya peduli pada anak mereka yang satunya.” Kata Aziz apa adanya.
“Anisa yang baru saja memenangkan olimpiade matematika tingkat nasional itu kan, Bah ? Dia juga kan pernah di pesantren kita walaupun hanya sumur jagung.” Kata Najwa
“Iya. Satu anak sibuk mengejar dunia. Sedangkan satu anak lagi sibuk memperbaiki diri dengan mengejar akhirat.” Kata Aziz menimpali.
Fahmi hanya mendengar saja apa yang diceritakan oleh kedua orang tuanya tentang Alisa. Kini baru Fahmi tahu jika Alisa adalah anak yang tidak beruntung dan kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya.
...****************...
cerita nya seru dan menarik
apa salah Alisa sama Anisa dan fahmi