"Nala katakan pada bibi siapa ayahnya?" bagai disambar petir bagi Nala saat suara wanita paruh baya itu terdengar "maksud bibi apa?" tanya Nala dengan menenangkan hatinya yg bergemuruh "katakan pada bibi Nala !! siapa ayah bayi itu?" lagi - lagi bibi Wati bertanya dengan nada sedikit meninggi. "ini milikmu kan?" imbuhnya sambil memperlihatkan sebuah tespeck bergaris 2 merah yang menandakan hasil positif, Nala yang melihat tespeck itu membulatkan matanya kemudian menghela nafas. "iya bi itu milik Nala" ucapnya sambil menahan air mata dan suara sedikit bergetar menahan tangis "jala**!! tidak bibi sangka dirimu serendah itu Nala" jawab bi Wati dengan mata berlinang air mata "katakan padaku siapa ayah dari bayi itu?" tanya bi Wati sekali lagi. nala menghembuskan nafas berat kemudian bibirnya mulai terbuka "ayahnya adalah" baca kelanjutan ceritanya langsung ya teman - teman happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukapena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
seakan omong kosong
"Gav lo pagi - pagi udah dingin aja" sapa salah satu dokter di RS keluarga Alvaro dengan setelan jas putih khas dokter sama seperti yang dipakai oleh Gavin.
"gw banyak jadwal OP hari ini" jawab Gavin datar cuek seperti biasa, moodnya benar - benar buruk karena dia tidak mendapatkan kopinya pagi ini padahal jadwal OP sedang padat.
cafein memang membuat orang selalu kecanduan begitupula dengan Gavin tanpa kopi dipagi hari maka hari - harinya sangat berat dan tidak berenergi sama sekali.
"kenapa ? Nala salah bikin takaran kopi ?" goda Edwin sambil menepuk pundak Gavin sedangkan Gavin berkacak pinggang sembari menghela nafas dalam "dia malah lupa membuatkanku kopi hari ini" jawab Gavin terdengar kesal.
"kan ada bi Wati yang bisa membuatkanmu kopi" serga Edwin kembali namun Gavin hanya menggelengkan kepalanya kemudian berkata "tidak ada takaran yang pas untuk lidahku kecuali Nala yang membuatnya" Edwin yang mendengarnya tersenyum geli.
"hati - hati orang bisa jatuh hati karna secangkir kopi di pagi hari" Gavin menatap Edwin dengan horor, semakin membuat Edwin tertawa "Kalo kau tidak suka padanya lebih baik berikan padaku, dia sudah dewasa sekarang lagipula dia juga cantik" ucapan Edwin membuat Gavin menggelengkan kepalanya dan berlalu pergi meninggalkan Edwin disana masih tertawa terpingkal - pingkal.
hari ini Edwin sangat sukses untuk menggoda Gavin, karena Gavin temannya dari mulai kecil hingga mereka bekerja di rumah sakit yang sama tidak pernah sekalipun mendengar Gavin berbicara banyak.
"Gav Gav siapa yang bakal mau nikahin lo kalo lo masih kaku cuek kayak kanebo kering" ucap Edwin sambil berkacak pinggang dan menggelengkan kepalanya sambil melihat punggung Gavin yang perlahan menjauhinya.
di dalam ruang bedah operasi Gavin sedang menangani pasien yang beberapa waktu yg lalu mengalami kecelakaan membuatnya patah tulang hingga mengharuskanya operasi sedangkan dibumi belahan lainnya Nala sedang berhadapan dengan bi Wati.
"apa kau yang menggoda tuan muda?" pertanyaan yang sangat menohok bagi Nala seakan dirinya benar - benar seperti wanita jalang "demi tuhan bi aku sama sekali tidak pernah menggodanya" jawab Nala dengan pasti.
"lalu bagaimana bisa kau hamil anaknya ?" tanya bi Wati ingin tau, sesuatu hal yang konyol bagi bi Wati bagaimana bisa seorang tuan Gavin yang terkenal dingin tak tersentuh hatinya bisa menghamili pembantunya.
ibarat Nala adalah gadis rendahan bagaikan upik abu dan pangeran, "kejadiannya sangat cepat bi, tuan Gavin memperkosaku" jelas Nala kembali sambil mengusap air matanya yang tak sengaja turun mengingat kejadian naas malam itu.
"malam itu" lanjut Nala dengan mata menerawang jauh mengingat kejadian bagaimana Gavin menidurinya dengan paksa bahkan bisa dibilang merengut paksa kegadisannya yang selama ini ia jaga untuk suaminya kelak.
"malam itu tuan Gavin sedang demam tinggi saat keluarga Alvaro pergi ke rumah opah Daniel di belgia, perutku lapar ditengah malam aku pergi ke dapur untuk mencari makanan karena malam itu aku pulang terlambat dari kuliah tidak sempat makan malam" mengalirlah cerita dari mulut Nala dengan suara terbata - bata menahan tangis.
"Saat aku mulai mencari sisa makanan makan malam yang telah bibi simpan aku tidak sengaja mendengar guci pecah dan ku lihat tuan Alvaro sedang tergeletak didekat tangga" sambungnya masih dengan sura terbata dan menerawang jauh mengingat semua apa yang terjadi di malam laknat itu bagi Nala.
"ku coba untuk menolongnya membangunkanya namun tuan Gavin hanya meracau mengigau seperti memanggil nama seseorang" Nala terus bercerita apa yang terjadi di malam itu.