NovelToon NovelToon
Tuhan Kita Tak Merestui

Tuhan Kita Tak Merestui

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Spiritual / Cinta Terlarang / Keluarga / Cinta Murni / Trauma masa lalu
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Pertemuan antara Yohanes dan Silla, seorang gadis muslimah yang taat membawa keduanya pada pertemanan berbeda keyakinan.

Namun, dibalik pertemanan itu, Yohanes yakin Tuhan telah membuat satu tujuan indah. Perkenalannya dengan Sila, membawa sebuah pandangan baru terhadap hidupnya.

Bisakah pertemanan itu bertahan tanpa ada perasaan lain yang mengikuti? Akankah perbedaan keyakinan itu membuat mereka terpesona dengan keindahan perbedaan yang ada?

Tulisan bersifat hiburan universal ya, MOHON BIJAK saat membacanya✌️. Jika ada kesamaan nama tokoh, peristiwa, dan beberapa annu merupakan ketidaksengajaan yang dianggap sengaja🥴✌️.
Semoga Semua Berbahagia.
---YoshuaSatio---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memang biasa aja

Usna menggerakkan bola mata ke arah sisi kirinya, sebagai isyarat pria yang ia maksud berada di sisi itu.

Silla melirik ke arah yang dimaksud Usna, di beberapa meja setelah meja yang mereka duduki, seorang pria duduk sibuk dengan ponselnya, sementara tiga pria lainnya tengah asik mengobrol.

“Yang mana tepatnya? Ada empat orang, dan ganteng semua itu!” seru Silla.

“Yang asik sama ponselnya! Aku inget banget wajahnya, soalnya dia kelihatan paling aneh.”

“Aneh gimana?”

“Kamu ingat nggak waktu kita nonton konser bulan lalu?”

“Hah? Yang festival itu? Aku ingat nonton konsernya, tapi nggak ngeuh sama orang itu.”

“Ah! Kamu mah ingetnya Jimin terus!”

“Ya terus? Emangnya orang itu kenapa di konser?”

“Ya masak gitu, orang-orang kan kalau lihat konser pasti ikutan nyanyi terus jingkrak-jingkrak gitu, nah itu orang dari awal sampai akhir diam terus, beneran ekspresi mukanya ngeselin, datar banget kayak sekarang itu!”

Sontak Silla kembali melirik ke arah pria yang dimaksud Usna. “Iya Loh, masa teman-temennya pada asik ngobrol dia macam sibuk sama pikirannya sendiri, mana sebentar-sebentar lihatin hape terus,”

“Nah iya, kalau aku jadi temennya, udah tak gampar atau nggak usah diajak nongkrong aja sekalian!”

“Mungkin dia banyak duit, jadi dia harus hadir sebagai tukang traktir,” kikih Silla seraya menutup mulutnya dengan sebelah tangan, merasa lucu dengan pemikirannya.

“Hahaha … bisa jadi, kan bodoh banyak temen cuma karena banyak duit aja,” imbuh Silla.

Tiba-tiba si pria yang mereka bicarakan menoleh dengan lirikan tajam ke arah kedua gadis itu, sontak membuat keduanya salah tingkah ketakutan dan segera berpura-pura menunduk.

Dengan tangan gemetar karena takut, kedua gadis itu berpura-pura sibuk dengan ponselnya, “Duh! Apa dia denger ya kita ngomongin dia?!” ujar Usna setengah berbisik.

“Kamu sih! Mukanya nyeremin, asli … takut ege!”

“Huum, jantungku mau copot rasanya Sil!” keluh Usna.

Dengan gemetar, Silla memberanikan diri kembali melirik ke arah pria itu, dan sialnya si pria juga tepat melirik ke arahnya masih dengan tatapan yang sama, tajam dan terasa dingin.

“Kenapa malah kamu lihat lagi, Sill?!” bisik Usna geram.

“Aduh! iya … dia jalan ke sini woy! Kita harus gimana nih?!”

Kepanikan melanda kedua gadis itu, rasa takut membuat keduanya berkeringat dingin saat pria yang sejak tadi mereka bicarakan terlihat berjalan ke arah mereka.

DEG! DEG! DEG! Detak jantung kedua gadis itu menggila, takut bercampur malu dan bingung bagaimana harus menjelaskan seandainya si pria itu marah atau bahkan tak terima dengan beberapa ucapan buruk mereka. “Aduh, gimana nih!” bisik khawatir kedua gadis itu semakin salah tingkah seraya menundukkan wajah.

“Biar gue yang bawa!” ucap tegas si pria menghampiri seorang wanita yang terlihat keteteran dengan pesanan dari meja kasir. “Abangmu emang kebangetan, malah nyuruh kamu nunggu pesanan.”

Wanita cantik itu mengucapkan terimakasih dengan senyum lebar yang tersipu saat si pria membantunya.

Lega! Itulah yang dirasakan Silla dan Usna, saat ternyata si pria melewati mereka, dan ternyata bukan mereka yang dilirik oleh si pria itu sejak awal.

“Eh! Ada ustadzah?!”

Namun hal lainnya justru membuat Silla malu setelahnya, saat salah satu pria yang duduk bersama Yohan justru mengenalinya dan dengan lantang menyapa dirinya.

Seruan lantang Pitra, sontak membuat beberapa pengunjung otomatis melihat ke arah Silla, saat Pitra menghampiri lalu menyodorkan tangan untuk bersalaman.

“Ah, saya bukan ustadzah loh … kemarin itu kebetulan saya cuma menggantikan ustadzah yang sebenarnya, karena beliau sedang tidak enak badan,” terang Silla setelah menyambut salam Pitra.

“Sebentar, tapi kayaknya nggak asing loh, saya kayaknya pernah lihat sebelumnya ...." Pitra menggantung ucapannya seraya mengingat beberapa kilasan memori pertemuan-pertemuan sebelumnya.

“Mas-nya pelatih taekwondo kan di tempat Mas Rohim, Saya dulu salah satu murid disana, tapi nggak lanjut. Hehehe ….”

“Ah! Iya …ingat saya, ustadzah salah satu peserta remaja dengan tinggi … eh, maaf maksud saya ….”

“Hahaha!” gelak tawa otomatis meluncur begitu saja dari mulut Usna tanpa tersaring, sementara yang lainnya hanya tersenyum setelah mendengar ucapan Pitra yang hampir saja kebablasan.

“Iya, saya peserta usia remaja tapi terpendek waktu itu!” sewot Silla menahan malu. “Tapi saya itu sebenarnya tinggi, kalau dibanding anak TK sih….” ujar Silla seraya memonyongkan bibirnya, menanggapi kenyataan yang sebenarnya ingin Pitra sampaikan.

Kelakar Sila yang justru tak menanggapi dengan marah, semakin mengundang gelak dari semua yang mendengarnya. Silla pun ikut tertawa manis seakan ia tak pernah merasa malu atau rendah dengan kondisi fisiknya.

“Memangnya ustadzah tingginya berapa?” Alex justru semakin penasaran dan bertanya begitu saja.

“Seratus lima puluh, nggak kurang nggak lebih. Imut kan? Unyu-unyu lah.”

Lagi-lagi sahutan Silla mengundang tawa renyah ditambah dengan aksen bicaranya dan suara manis yang terdengar lucu.

“Ustadzah benar-benar kocak. Hahah ….” Niko pun menyahut tak kuasa menahan tawa.

“Dah gabung aja, sekalian kenalan biar makin akrab, toh kalian juga cuma berdua kan?” ajak Alex si paling penggila perempuan cantik.

“Ah, nggak enak lah, nanti mengganggu obrolan kalian, kita masih asing,” tolak Usna merasa canggung untuk bergabung.

“Iya … kami tidak paham obrolan para pria, kami jarang keluar kandang, terlalu lama hidup di hutan, jadi ya begitulah, yang kami kenal cuma tarzan!” Kelakar Silla semakin membuat para pria itu tertawa.

Bahkan kali ini, Yohan yang dari tadi hanya senyum-senyum pun tertawa paling keras dan tak bisa terhenti dengan mudah.

“Yoh, udah stop ketawanya, nanti kesurupan!”

“Dia … haha … Tarzan! Oh my eyes!” Saking merasa lucu, Yohan benar-benar tertawa lepas membuat seluruh wajahnya memerah.

Ekspresi dingin dan kaku yang tadinya membuat para wanita enggan mendekat, seakan lebur terhapus oleh tawanya.

“Biar! Biarin aja dia kan hari ini baru bisa tertawa, sejak pagi sibuk mulu sama kerjaannya,” sahut Pitra seraya menepuk punggung Yohan yang masih belum bisa menghentikan tawanya.

“Dia orang penting, katanya cuti pun, masih mikir kerjaan, dikit-dikit di chat bawahan, bentar-bentar ditelpon atasan. Sungguh malang kawan kita ini.”

“Bener tuh, apalah kita yang masih pengangguran.”

“Apaan sih kalian,” Yohan mulai terlihat tenang.

Percakapan dan gelak pun semakin berlanjut saat akhirnya Silla dan Usna menyetujui untuk menggabungkan satu lingkaran meja.

.

.

.

Pagi yang berat dan melelahkan, Yohan bangun di jam normal layaknya pria yang tinggal dirumah orang tuanya. Belum juga ia terbangun sepenuhnya, dua malaikat kecil telah menyapanya terlebih dahulu membuat Yohan selalu merasa diberkati dengan pagi yang menyenangkan.

“Om! Bangun …!” teriak kompak dua bocah menggemaskan itu seraya menghambur naik ke ranjang Yohan, menaiki punggungnya seakan ada tempat bermain yang menyenangkan di sana.

“Uwaah … kalian sudah rapih!”

“Iya dong, kan mau sekolah!”

“Hm … sudah siap berangkat? Jam berapa ini?”

“Jam enam, kita sarapan dulu bareng-bareng … makanya ayo buruan bangun Om!” seru bocah cantik delapan tahun itu seraya menarik-narik lengan Yohan, diikuti adiknya yang terpaut sekitar lima tahun dari sang kakak.

“Hmm … oke-oke … biarkan Om mandi dulu, kalian duluan sana.”

Kehangatan sambutan pagi berhasil membuat Yohan selalu merasa bersyukur. Ia tak pernah kekurangan selalu mendapatkan begitu banyak cinta dari keluarganya, orang tuanya, saudari perempuannya, kakak ipar yang dihormatinya, serta kedua ponakan yang disayanginya.

Selesai dengan ritual menyegarkan badan di kamar mandi, Yohan berjalan santai menuju ke dapur, dimana semua telah berkumpul menunggunya.

“Duduk gih, sarapan!” sambut ayahnya Yohan.

Yohan menurut begitu saja, duduk di kursi tepat di sebelah sang ayah lalu menyapa balik semua anggota keluarga.

“Hari ini masih di cabang sini kan? Jam berapa berangkat?” sang kakak ipar menyahut diantara sesi sarapan.

“Jam delapan lebih Bang, ada yang harus aku periksa sebelumnya,” terang Yohan seraya menggelontorkan air putih sebagai penutup sarapan berat pagi ini.

“Yes! Kalau gitu antar kita sekolah!” sela riang jagoan kecil, putra saudarinya Yohan.

Keceriaan pagi yang selalu berhasil menarik keluar semua senyum dan tawa lepas Yohan. Selalu berhasil membuatnya terbahak dan senang dengan kelucuan-kelucuan serta tingkah menggemaskan kedua ponakannya, beserta permintaan mereka sewajarnya anak kecil.

Hingga matahari semakin bergerak menunjukkan kehangatannya yang lain, Yohan pun tiba di kantor cabang yang tak jauh dari rumah kedua orangtuanya.

“Berisik sekali ponselku!” keluhnya setiba di balik meja kerjanya seraya melemparkan punggung, berharap hari ini akan berlalu dengan cepat.

Yohan menelisik ponselnya, mencari tahu hal yang membuat notif ponselnya terus berbunyi sejak ia menghidupkannya kembali ponsel itu, di tengah perjalanannya menuju ke tempat kerja.

“Apaan ini? nomor asing masuk obrolan grup? bising!”

...****************...

Bersambung ....

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
lain kali hati" ya Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
berarti Yohan laper 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
emang biasanya begitu wajahnya,datar 😐
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
karena seblak makanan favorit Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
buat yg spesial ya 🤭🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Ayo semangat Silla 💪🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
sabar Silla 🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
mereka terpesona 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Waduh Silla,pagi" udah mengkhayal 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
masa ditawarin seblak buat sarapan 🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
ga usah kasih alasan tapi bicaralah jujur Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
mimpi gara" si Amat 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Dasar Silla 🤣🤣🤣
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
muka.u???
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
sodaranya kali tuh 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
masa Tante" 🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
bodo amat
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
berisi makanan
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!