NovelToon NovelToon
Kitab Dewa Naga

Kitab Dewa Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Romansa Fantasi / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Ahli Bela Diri Kuno / Ilmu Kanuragan
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mazhivers

Raka secara tak sengaja menemukan pecahan kitab dewa naga,menjadi bisikan yang hanya dipercaya oleh segelintir orang,konon kitab itu menyimpan kekuatan naga agung yang pernah menguasai langit dan bumi...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mazhivers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 16

Tanpa membuang waktu, Raka memimpin jalan keluar dari gua. Mereka bertiga berlari menyusuri hutan, berusaha menjauhi cahaya obor yang terlihat di kejauhan. Suara langkah kaki dan teriakan Zyra yang penuh amarah terdengar samar-samar di belakang mereka, memberikan semangat tambahan untuk terus berlari.

Hutan di sekitar mereka tampak lebih lebat dan gelap dari sebelumnya. Ranting-ranting mencakar wajah dan lengan mereka, dan akar-akar pohon yang melintang di tanah menjadi rintangan yang berbahaya dalam kegelapan. Maya, meskipun masih merasakan sakit di kakinya, berusaha sekuat tenaga untuk tidak tertinggal. Sinta, dengan ketangkasannya, membantu menyingkirkan dedaunan dan ranting yang menghalangi jalan mereka.

Tiba-tiba, suara langkah kaki di belakang mereka terdengar semakin dekat. Zyra dan para pengikutnya pasti mengejar mereka dengan cepat. Raka tahu mereka tidak bisa terus mengandalkan kecepatan saja. Mereka harus mencari cara untuk mengelabui musuh mereka.

"Kita berpencar!" seru Raka, berhenti tiba-tiba. "Maya, Sinta, kalian ikuti arah sana!" Ia menunjuk ke arah kanan, menuju rimbunnya semak-semak. "Aku akan coba mengalihkan perhatian mereka!"

"Tidak, Raka! Itu terlalu berbahaya!" protes Maya, wajahnya menunjukkan kekhawatiran.

"Kita tidak punya pilihan lain," jawab Raka dengan nada mendesak. "Ini satu-satunya cara. Temui aku di… di pohon beringin besar di ujung hutan!" Ia menunjuk ke arah siluet pohon besar yang tampak di kejauhan.

Dengan berat hati, Maya dan Sinta mengangguk. Mereka tahu Raka benar. Bersama-sama mereka terlalu lambat. Setelah memastikan arah yang harus mereka tuju, mereka bertiga berpencar dan berlari ke arah yang berbeda.

Raka berlari secepat yang ia bisa ke arah yang berlawanan dari Maya dan Sinta, berharap bisa menarik perhatian Zyra dan para pengikutnya. Ia bisa mendengar suara mereka semakin dekat, teriakan marah Zyra menggema di antara pepohonan.

"Bocah! Kau tidak bisa lari dariku!" teriak Zyra.

Raka tidak menjawab, ia terus berlari, melompati akar-akar pohon dan menghindari semak-semak berduri. Ia sesekali melirik ke belakang dan melihat cahaya obor bergerak cepat mengejarnya. Ia harus segera menemukan tempat untuk bersembunyi atau cara untuk melawan mereka.

Saat ia berlari melewati reruntuhan batu kuno yang ditumbuhi lumut, sebuah ide terlintas di benaknya. Ia segera bersembunyi di balik salah satu batu besar, berharap para pengejarnya akan melewatinya.

Beberapa saat kemudian, ia melihat Zyra dan dua sosok berjubah hitam berlari melewatinya, mengikuti jejak yang sengaja ia tinggalkan. Raka menghela napas lega. Rencananya berhasil.

Namun, kelegaannya tidak berlangsung lama. Tiba-tiba, ia merasakan hawa dingin yang menusuk tulang di belakangnya. Ia menoleh perlahan dan melihat seorang sosok berjubah hitam lain berdiri tepat di belakangnya, pedangnya terhunus dan siap menyerang. Sosok itu pasti telah memisahkan diri dari kelompok Zyra dan mencoba mengepungnya.

Raka tidak punya waktu untuk berpikir. Ia dengan cepat menghindar ke samping, menghindari tebasan pedang yang mematikan itu. Ia meraih Kitab Dewa Naga di tangannya dan membukanya secara acak, berharap menemukan kekuatan untuk melindunginya.

Matanya tertuju pada gambar seekor burung besar dengan sayap yang membentang lebar, terbang tinggi di langit. Di bawah gambar itu, terukir kata "Kecepatan Angin." Tanpa ragu, Raka mengucapkan kata-kata itu dengan lantang.

Seketika, ia merasakan tubuhnya menjadi lebih ringan. Angin seolah-olah berbisik di telinganya dan mendorongnya untuk bergerak lebih cepat. Ia melompat menjauhi sosok berjubah itu dan berlari kembali ke dalam hutan dengan kecepatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Angin membantunya melompati rintangan dan membuatnya merasa seolah-olah ia bisa terbang.

Sosok berjubah itu terkejut melihat kecepatan Raka yang tiba-tiba meningkat. Ia mencoba mengejar, tetapi Raka sudah jauh di depannya, menghilang di antara pepohonan.

Raka terus berlari dengan kecepatan yang luar biasa, mengikuti arah yang ia tunjuk kepada Maya dan Sinta. Ia berharap mereka berdua selamat dan berhasil mencapai pohon beringin besar di ujung hutan. Ia juga berharap ia bisa segera menyusul mereka. Kekuatan Kitab Dewa Naga kembali menyelamatkannya, tetapi ia tahu ia tidak bisa terus-menerus mengandalkannya tanpa memahami sepenuhnya kekuatannya. Ia harus segera mempelajari rahasia kitab itu jika ia ingin selamat dari kejaran Kaldor dan melindungi orang-orang yang ia sayangi. Perjalanan mereka semakin berbahaya, tetapi tekad Raka untuk melawan kegelapan semakin kuat.

Dengan bantuan kekuatan "Kecepatan Angin," Raka melesat melalui hutan bagai anak panah yang terlepas dari busurnya. Pepohonan di sekitarnya tampak kabur dalam gerakannya yang cepat, dan angin berdesir kencang di telinganya. Ia fokus pada siluet besar pohon beringin yang tampak semakin dekat di kejauhan. Ia berdoa dalam hati agar Maya dan Sinta juga berhasil melarikan diri dan menunggunya di sana.

Setelah beberapa saat berlari dengan kecepatan yang luar biasa, Raka akhirnya tiba di bawah pohon beringin yang menjulang tinggi. Batangnya yang besar dan kokoh dengan akar-akar yang menjuntai ke tanah memberikan kesan perlindungan yang menenangkan. Raka melihat sekeliling dengan cemas, mencari tanda-tanda keberadaan Maya dan Sinta.

"Maya? Sinta?" panggil Raka dengan suara pelan, khawatir menarik perhatian yang tidak diinginkan.

Sesaat kemudian, dari balik salah satu akar besar pohon beringin, muncul Maya dengan wajah lega bercampur khawatir. "Raka! Syukurlah kau selamat!"

Tak lama kemudian, Sinta juga keluar dari persembunyiannya, tampak sedikit terengah-engah namun lega melihat Raka. "Kau sangat cepat tadi, Raka! Apa yang terjadi?"

Raka menceritakan tentang sosok berjubah hitam yang mengejarnya dan bagaimana ia secara naluriah menggunakan kekuatan "Kecepatan Angin" dari Kitab Dewa Naga. Maya dan Sinta mendengarkan dengan seksama, mata mereka membulat karena terkejut.

"Kitab itu benar-benar memiliki kekuatan yang luar biasa," kata Sinta dengan nada kagum.

"Tapi bagaimana kita bisa menggunakannya dengan benar?" tanya Maya, menatap kitab yang masih dipegang erat oleh Raka. "Kita bahkan tidak mengerti bahasanya."

"Kita akan mencari cara," jawab Raka dengan tekad. "Bram menyebutkan tentang kuil kuno di pegunungan utara. Mungkin di sana ada orang yang bisa membantu kita memahami kitab ini dan kekuatannya."

Mereka bertiga beristirahat sejenak di bawah naungan pohon beringin yang rindang, mencoba memulihkan tenaga setelah pelarian yang melelahkan. Suasana di sekitar mereka terasa lebih tenang, tetapi mereka tahu bahaya masih mengintai. Zyra dan para pengikut Kaldor pasti akan terus mencari mereka.

"Menurut kalian, kenapa Kaldor begitu ingin mendapatkan kitab ini?" tanya Sinta, memecah kesunyian. "Bram bilang itu bisa menghancurkan keseimbangan dunia jika jatuh ke tangan yang salah. Kekuatan seperti apa yang bisa melakukan itu?"

Raka dan Maya saling bertukar pandang. Mereka juga memikirkan hal yang sama. Kitab Dewa Naga jelas bukan artefak biasa. Kekuatannya terasa begitu besar dan misterius.

"Mungkin di kuil kuno itu kita akan menemukan jawabannya," kata Raka. "Kita harus segera sampai ke sana sebelum Kaldor dan para pengikutnya mendahului kita."

Mereka bertiga setuju untuk melanjutkan perjalanan secepat mungkin. Raka memimpin jalan, mencoba mengingat arah yang ditunjukkan oleh Bram. Mereka berjalan dengan hati-hati, selalu waspada terhadap setiap suara dan gerakan di sekitar mereka.

Saat mereka berjalan menyusuri hutan, Maya tiba-tiba berhenti dan menunjuk ke arah tanah. "Lihat! Jejak kaki!"

Raka dan Sinta mendekat dan melihat beberapa jejak kaki yang jelas terlihat di tanah yang lembap. Jejak-jejak itu tampak asing, lebih besar dari jejak kaki manusia biasa, dan memiliki bentuk yang sedikit berbeda.

"Jejak kaki siapa ini?" tanya Maya dengan nada khawatir.

Raka berjongkok dan mengamati jejak-jejak itu dengan seksama. Ia merasakan firasat yang tidak enak. Jejak-jejak ini tidak terlihat seperti jejak manusia, dan juga tidak seperti jejak hewan yang biasa ia lihat di hutan. Bentuknya lebih mengarah pada… sesuatu yang lebih besar dan mungkin lebih berbahaya.

"Aku tidak tahu," jawab Raka dengan nada waspada. "Tapi kita harus berhati-hati. Sepertinya kita tidak sendirian di hutan ini."

Mereka bertiga melanjutkan perjalanan dengan perasaan yang semakin tidak nyaman. Suara-suara hutan yang tadinya terasa menenangkan kini terdengar mengancam. Setiap bayangan dan setiap suara membuat mereka waspada. Mereka tahu perjalanan mereka menuju kuil kuno akan penuh dengan bahaya yang tak terduga, dan mereka harus tetap bersama dan saling melindungi jika ingin selamat. Misteri Kitab Dewa Naga semakin dalam, dan di setiap langkah, mereka semakin dekat dengan kebenaran yang mungkin akan mengubah hidup mereka selamanya.

1
anggita
like👍iklan👆. terus berkarya tulis. moga novelnya lancar.
anggita
saran sja Thor🙏, kalau tulisan dalam satu paragraf/ alinea jangan terlalu banyak, nanti kesannya numpuk/penuh. sebaiknya jdikan dua saja.
إندر فرتما
moga bagus ini alur cerita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!