NovelToon NovelToon
JATUH CINTA PADA PENCULIKKU

JATUH CINTA PADA PENCULIKKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Gangster / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: julius caezar

Lahir dari pasangan milyuner Amerika-Perancis, Jeane Isabelle Richmond memiliki semua yang didambakan wanita di seluruh dunia. Dikaruniai wajah cantik, tubuh yang sempurna serta kekayaan orang tuanya membuat Jeane selalu memperoleh apa yang diinginkannya dalam hidup. Tapi dia justru mendambakan cinta seorang pria yang diluar jangkauannya. Dan diluar nalarnya.
Nun jauh di sana adalah Baltasar, seorang lelaki yang kenyang dengan pergulatan hidup, pelanggar hukum, pemimpin para gangster dan penuh kekerasan namun penuh karisma. Lelaki yang bagaikan seekor singa muda yang perkasa dan menguasai belantara, telah menyandera Jeane demi memperoleh uang tebusan. Lelaki yang mau menukarkan Jeane untuk memperoleh harta.

Catatan. Cerita ini berlatar belakang tahun 1900-an dan hanya fiktif belaka. Kesamaan nama dan tempat hanya merupakan sebuah kebetulan. Demikian juga mohon dimaklumi bila ada kesalahan atau ketidaksesuaian tempat dengan keadaan yang sebenarnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julius caezar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 3

Ketika Jeane berusaha melepaskan diri, Edgar menyambar lengannya, memutarnya kembali sambil mengeratkan cengkeramannya.

    Dengan geram Edgar berkata, "Jangan sekali kali kau meninggalkan aku, membelakangi diriku dengan cara seperti ini."

    Sebaliknya, Jeane membalas tatapan tajam Edgar tanpa rasa takut. "Lepaskan tanganku dan kau akan melihat bahwa aku akan berjalan pergi lagi."

    "Aku tidak akan membiarkanmu meninggalkanku," suatu cahaya aneh berkelebat di mata Edgar. "Kau adalah milikku dan aku tidak akan membiarkanmu pergi."

    Suatu kengerian dirasakan oleh Jeane. "Kau menyakiti aku, Ed." Jeane berusaha keras menindas rasa panik dalam suaranya. "Lepaskan lenganku."

    "Persoalan utamanya adalah uang itu bukan?" Edgar mengendorkan cengkeramannya. "Setelah sekian lama kau bisa memperoleh segala sesuatu sesuai keinginanmu, kau tentu tidak mau hidup dengan suatu anggaran belanja tertentu, berhemat dan harus menghitung hitung uang yang kau punyai. Itulah sebabnya kau tidak mau menikah segera denganku, bukan? Karena aku tidak bisa memberimu segalanya sesuai gengsi, gaya dan kebiasaanmu."

    "Yang ada dipikiranmu hanya uang dan uang saja, bukan?" Jeane mendakwa. "Aku tidak berniat meminta maaf atas kenyataan bahwa orang tuaku adalah orang kaya. Aku tidak bisa memilih dilahirkan oleh siapa. Aku tidak mempunyai kekuasaan dalam menentukan hal itu."

    "Selama hidupmu kau tidak pernah kekurangan uang," Edgar berkata dengan tegang. "Beda denganku. Aku tidak pernah kaya. Aku harus berkelahi dan kadang kadang mencuri untuk memperoleh apa yang kuinginkan. Dan belum pernah ada orang yang memberikan apapun kepadaku. Bahkan mereka selalu berusaha merampas dari sedikit apa yang aku miliki. Sekarang mereka mau merampasmu dariku."

    Jeane mengerutkan dahi. "Tidak ada orang yang mencoba merampas diriku darimu."

    "Benarkah itu sayang?" Edgar bertanya dengan suara mengejek. "Setelah orang tuamu tahu bahwa kita akan menikah, mereka mencoba meracunimu dariku. Mereka tidak segan segan membayar orang untuk menceritakan kebohongan kebohongan tentang diriku. Kau tunggu dan lihat saja nanti."

    "Semua tuduhanmu itu tidak benar. Orang tuaku tidak demikian." Jeane tidak terima orang tuanya dikata katai oleh kekasihnya.

    "O ya? Mereka tentu sama murni dan bersihnya seperti dirimu." Cemooh kelihatan jelas pada wajah dan suara Edgar.

    "Orang tuaku bukanlah makhluk makhluk jahat seperti yang selalu ada dalam pikiranmu," Jeane berkata ketus.

    "Kau ini memang naif atau buta sih? Aku......"

    Edgar tidak menyelesaikan kalimatnya, karena ada suara pria memanggil, "Edgar!"

    Edgar tidak dapat menyembunyikan kejengkelannya terhadap gangguan itu. "Kau mau apa lagi, Justin?" katanya sambil melotot pada pria yang muncul di belakang mereka.

    "Aku tidak bisa terus terusan mencari alasan untukmu," jawab pria yang dipanggil Justin itu. "Sebaiknya kau segera bekerja sebelum mereka memecatmu."

    "Ok ok, aku akan segera masuk," Edgar berkata dengan helaan nafas jengkel.

    Jeane merasa lega dengan adanya interupsi itu. Ia sudah tidak tahan dengan cemoohan dan tuduhan tuduhan yang tak berdasar yang dilancarkan Edgar terhadap ke dua orang tuanya.

    "Pergilah, Ed," katanya dengan mimik kesal. "Sudah waktunya aku pergi."

    "Jangan pergi dulu, Jeane." Edgar menahannya. Tetapi Jeane menghindari tatapan mata pria itu. "Buat apa lagi aku berlama lama di sini. Tidak ada lagi yang harus kita bicarakan."

    "Jeane." Edgar berusaha keras untuk mencari cari alasan, kemudian dia tertawa singkat. "Agaknya kita baru saja mengalami pertengkaran kita yang pertama dan serius."

    "Bukan aku yang memulainya," jawab Jeane.

    "Menyedihkan, bukan?" kata Edgar. Setelah melepaskan tangan Jeane, pria itu mulai membelai pipi Jeane, tetapi Jeane justru menghindari sentuhan itu, tidak sanggup mengikuti perubahan mendadak itu. "Aku sama sekali tidak ingin kita bertengkar seperti ini," Edgar berkata perlahan. "Aku khilaf."

    "Sudahlah. Cukup itu," jawab Jeane kaku.

    "Jeane, lihat mataku," dan ketika Jeane tidak menuruti permintaan itu, tangan Edgar memegang dagu Jeane, sedikit memaksa. Air mula Edgar menunjukkan harapan Jeane mau bersabar. "Bagaimana aku dapat membuatmu memahami perasaanku?"

    "Kau sudah memperlihatkan itu, Ed," Jeane menegaskan. "Dengan sangat jelas kau telah memperlihatkan bahwa kau tidak percaya kalau aku mencintaimu dan orang tuaku berkomplot terhadapmu."

    "Tidak! Bukan begitu. Kau tidak mengerti?" Edgar menatap gadis itu. "Kau satu satunya yang mempunyai arti dalam hidupku, Jeane. Aku takut kehilangan dirimu. Aku......"

    Mau tidak mau ketulusan yang diperlihatkan Edgar menggerakkan hati Jeane.

    "Edgar," kata Jeane perlahan.

    "Kau tidak mengerti bukan? Kau menganggap aku keliru dengan perasaanku."

    "Tidak ada orang yang dapat merampas diriku darimu, Ed," bibir Jeane membentuk setengah senyuman.

    "Dan aku telah memintamu untuk menjadi isteriku, Jeane," kata Edgar memulai.

    "Dan aku telah menerima permintaanmu itu," Jeane mengingatkan.

    "Ya," Edgar mengangguk. "Tetapi aku tidak mempunyai sesuatu yang berharga yang dapat kepersembahkan padamu selain cintaku. Aku memintamu melepaskan segalanya, tanpa memperoleh gantinya dariku."

    "Itu bukanlah suatu pertukaran yang buruk," Jeane tersenyum.

    "Jeane, cinta saja tidak bisa memasang atap di atas kepala kita atau membawa makanan ke dalam mulut kita," pria itu mengingatkan. "Itu semua memerlukan uang. Dan aku tidak memilikinya."

    "Ssshh," Jeane meletakkan jari jari tangannya di atas mulut pria itu. "Aku tidak mau mendengar kata 'uang' lagi."

    Edgar mencium ujung ujung jari tangan mulus dihadapannya.  "Aku sebenarnya tidak mau menyebutnya lagi, tetapi uang merupakan suatu kenyataan hidup yang tidak dapat kita hindari. Ia tidak dapat dihindari hanya karena tidak menyenangkan."

    "Aku tidak perduli," Jeane melepaskan tangannya dari genggaman Edgar dan membelai pipi pria itu. "Katakanlah bahwa kau mencintaiku, Ed."

    "Aku sangat mencintaimu," pria itu menciumnya lama dan dalam. "Tetapi setahun...," Edgar mengerang ketika ia mengangkat kepalanya kembali. "Aku tidak sanggup menunggu setahun."

    "Aku tahu itu. Tetapi kau tidak bisa lebih lama lagi berada di sini kalau tidak mau kehilangan pekerjaanmu."

    "Nanti malam aku akan meneleponmu bila aku tidak terlalu sibuk."

    "Aku akan menunggunya di rumah," Jeane berjanji.

    "Dan jangan sampai ada orang lain yang bersamamu," Edgar berkata pura pura geram.

    "Akan kupikirkan nanti," Jeane tertawa dan melangkah pergi setelah menempelkan bibirnya sejenak.

    Ketika Jeane naik ke belakang kemudi mobil Bugattinya dan mulai menghidupkan mesin, Edgar masih tetap berdiri di tempat Jeane meninggalkannya. Pria itu melambaikan tangannya kepada Jeane yang membalas lambaian itu dengan perasaan puas sekali.

    Semuanya berakar dari uang. Tapi mempertengkarkannya merupakan hal yang teramat tolol, pikir Jeane. Dia bertanya dalam hati, apakah orang miskin pada dasarnya memang lebih angkuh atau hanya Edgar saja yang seperti keranjingan mengenai masalah ini. Jeane sempat mengira bahwa Edgar memang paranoid. Sesaat, dalam pertengkaran tadi, Jeane merasa ragu ragu.

    Ah.... pasti semuanya bisa diatasi. Ia yakin. Edgar itu seperti sebutir intan yang masih kasar. Hanya memerlukan sedikit gosokan untuk bersinar. Cuma itu masalahnya. Kalau nanti sudah berhasil, mereka akan merupakan pasangan yang mempesona. Dengan kekayaan dan koneksi orang tuanya, hanya langit yang akan menjadi pembatas masa depan mereka.....

1
Atikah'na Anggit
kok keane...
julius: Barusan sudah diperbaiki kak. thx
julius: waduh... salah ketik. Mohon maaf ya kak? Terima kasih koreksinya, nanti segera diperbaiki 👌
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!