Suatu malam ketika Lintang berjalan pulang melewati tempat pembuangan sampah, ia di kagetkan dengan suara balita yang sedang menangis keras dengan keadaan yang penuh dengan lebam.
Dengan rasa iba nya, akhirnya Lintang Membawanya pulang dan merawatnya dengan sepenuh hati.
Suatu ketika, sang ayah dari balita bernama Elivan itu bertemu dengan nya, dan begitu mengagetkan nya ternyata Ayah dari balita itu adalah sang mantan kekasih yang terpisah karena perjodohan kedua orang tuanya.
Pria bernama Fareed itu masih menyimpan perasaan penuh untuk Lintang, Kebahagiaan Fareed bertambah ketika dia menerima kabar bahwa ia dan istrinya sudah resmi berpisah, dan status nya kini menjadi seorang Duda dengan anak satu.
Suatu hari terkuak sebuah fakta tentang Fareed yang menyembunyikan sesuatu yang membuat lintang harus memilih antara pergi atau menetap.
Sementara keputusan itu hanya bisa di tentukan oleh anak yang di temukannya.
Ini masih novel perdana author, maaf jika amburadul
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rerin., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Elivan Belajar bahasa Indonesia.
“can you teach me how to speak Indonesian?” [bisakah kamu mengajariku bagaimana berbicara bahasa Indonesia]
tanya Elivan dengan mata yang berbinar-binar, membuat Lintang yang melihat itu tak kuasa untuk menolak.
“Bagaimana jika sekarang kita belajar?” tanya Lintang yang memiliki waktu luang. Elivan langsung memberi sebuah anggukan antusias sebagai respon terhadap pertanyaan Lintang.
“Tunggu di sini sebentar” Lintang beranjak dari duduknya, kemudian berjalan menuju ke kamar nya untuk mengambil sebuah buku, kamus dua bahasa Indonesia dan Inggris serta sebuah pensil untuknya dan Elivan.
“Di dalam penggunaan bahasa indonesia tidak perlu menggunakan rumus, semuanya sangat mudah, aku yakin setelah satu bulan kamu belajar bahasa indonesia kamu akan mahir” terang Lintang yang tengah mencoba untuk menjelaskan bagaimana struktur dalam berbahasa Indonesia. Mendengar penjelasan dari Lintang, Elivan hanya mengangguk mengerti.
“Ini adalah sebuah kamus, tugas mu untuk sekarang mencari kata dan susun lah sebuah kalimat yang mendeskripsikan tentang dirimu, dan jangan lupa untuk menulis nya di buku.”
Dengan perlahan, Elivan membuka kamus tersebut mencari kata demi kata untuk di rangkai nya menjadi sebuah kalimat yang mendeskripsikan dirinya.
Setengah jam berlalu tapi Elivan yang kini sedang menatap serius buku yang di pegangnya, belum juga selesai entah apa yang di tatapnya ataukah mungkin ia sedang memba— Ugh Lintang lupa menanyakan kepada Elivan apakah ia sudah bisa membaca atau tidak.
“Elivan apakah kamu bisa membaca” tanya Lintang yang kini sedang mencoba menahan rasa kantuknya.
“Aku sudah bisa membaca, dan Aku juga sudah selesai mengerjakan tugas yang diberikan olehmu”
jawab Elivan tanpa menolehkan kepalanya ke arah Lintang, fokusnya hanya di sebuah kamus di tangannya.
Lintang mengangguk, ia mengambil buku yang berada di bawah kaki Elivan, kemudian ia membaca dan mengamati isi tulisan itu,
...['Nama ku Elivano P, aku berasal dari Amerika dan anak dari kedua pasangan suami istri yang gila, Ibuku menyuruh seseorang untuk membawaku pergi jauh darinya, dan akhirnya aku di buang oleh orang itu disini, beruntung nya aku bertemu dengan orang baik yang mau menerima ku, Sementara ayah ku sibuk dengan urusan pekerjaan nya, ia sama sekali tak memperdulikan ku.']...
betapa terkejutnya ia mendapati seorang balita berusia empat tahun bulan depan sudah bisa merangkai, menerjemahkan, dan menulis dengan se Apik ini, Apakah balita di depannya ini Genius, tau cerdas? Lintang akan memeriksa nya jika dia mempunyai uang. Tapi di sisi lain, Lintang juga Merasa iba karena seorang anak kecil seperti Elivan, sangatlah membutuhkan waktu dan kasih sayang yang cukup dari orangtuanya. karena kasih sayang dan waktu sangatlah berperan penting dalam tumbuh kembang balita, baik dari segi fisik maupun psikis.
“Bagus, untuk pelajarannya sekarang sampai disini dulu, besok kita akan belajar bagaimana mengucapkan kata-kata yang kamu pelajari tadi.” ujar Lintang Sambil menutup buku di tangannya, dan mencoba untuk tidak memejamkan mata nya.
“Oke, bolehkah aku meminjam kamus ini untuk aku pelajari?” Lintang mendengar itu hanya mengangguk, jujur saja, kekuatan matanya hanya tinggal satu Watt, ia tak sanggup lagi menahan kantuk yang menyerang dirinya.
“Ya, lakukan sesukamu, tapi ingat jangan keluar rumah, di luar sangat lah bahaya. aku akan tidur, aku tidak bisa membuka mata lagi.”] ucap Lintang sebelum ia tertidur. Elivan yang melihat itu hanya mengangkat bahu nya acuh, kemudian kembali fokus pada objek di depannya.
...........
Deg degan....🩺🩺🩺... lagi Serius baca ceritanya tiba-tiba alurnya begini....🤔😄😄😄.... Selamaaaaa.....t buat Author telah Sukses telah berhasil membuat jantungku Deg degan....👏👏👏