Kekejaman dan sifat arogan dari seorang pengusaha muda yang banyak digandrungi para wanita serta pebisnis karena perusahaannya yang mendunia tidak dapat diragukan lagi.
Meski kejam tapi dia memiliki wajah sangat tampan dan banyak uang.
Itulah yang membuat wanita berlomba mendapatkan perhatiaannya.
Namun tidak dengan seorang gadis pemiliki coffe shop seberang kantornya.
Jika para wanita berteriak memanggil namanya dan memujanya, maka gadis itu hanya diam saja dengan cueknya.
Hal itulah yang membuat pengusaha itu penasaran dengan si gadis yang cuek dan dingin itu.
Apakah pengusaha itu mampu mendapatkannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Seina membuka matanya saat jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Pandangan matanya hanya menatap lurus saja bahkan tatapannya terlihat kosong.
"Kamu sudah bangun?" ucap sebuah suara dari kanannya yang cukup mengejutkan.
Dengan cepat Seina melihat siapa yang datang. Meski tubuhnya sempat menegang tapi begitu tahu siapa si pemilik suara tubuhnya jadi rileks kembali.
"Tenanglah aku nggak makan orang kok" ucap El berusaha untuk bercanda meski kaku karena ia memang tidak pernah bercanda.
Tetapi demi mendapatkan gadisnya ia akan berusaha melakukannya demi kenyamanan Seina ketika bersamanya. Dengan demikian ia akan membuat gadis itu ingin bersamanya tanpa paksaan.
Dan disaat seperti inilah El akan menggunakannya sebagai senjata untuk meluluhkan hati beku gadis itu. Dengan semua perhatian darinya juga kehadirannya selalu disampingnya.
El berharap akan dapat meraih kepercayaan penuh juga perhatian dari Seina. Kalau semua itu sudah dia dapatkan maka cinta juga akan diterimanya.
Dengan mangkuk ditangannya El mendudukkan diri disamping bed Seina lalu sedikit menaikkannya.
"Kamu belum makankan, sekarang harus makan dulu"
"Aku yakin kamu pasti sangat lapar, minum ini dulu"
El memberikan sebotol air mineral yanf sudah diberi sedotan pada Seina yang langsung diterimanya karena memang sudah sangat haus.
"Aku mau pulang"
Kalimat yang keluar dari mulut Seina menarik perhatian El yang segera menatap gadis itu yang ternyata juga sedang menatap dirinya.
"Nanti ya kalau dokter udah ijinin pulang kita pulang sama-sama" ucap El selembut mungkin.
"Kafe ku" ucap Seina
"Sudah ditangani oleh temanmu itu, jadi fokus dulu sama kesehatanmu nanti juga dia bakalan kesini"
"Mila"
El mengangguk lalu mulai menyuapi bubur pada Seina.
"Kalau nggak enak bilang ya nanti aku beli yang lain" ucap El
"Nggak usah ini aja" tolak Seina.
El merasa sedikit gugup karena gadis didepannya ini menatapnya dengan intens meski masih membuka mulut saat ia menyodorkan buburnya.
"Kenapa? ada sesuatu diwajahku?" tanya El yang mulai merasa jantungnya bertalu tidak menentu.
Baru kali ini ia merasakan segugup ini dipandang intens oleh seorang gadis. Biasanya ia hanya acuh dan tidak perduli dengan banyaknya wanita yang menatapnya penuh cinta.
Tapi seorang Seina hanya menatapnya dengan pandangan biasa saja bahkan masih terkesan dingin padanya. Hal itu sudah mampu membuatnya berdebar hingga harus menahan napas untuk menekan debarannya agar tidak kentara jika ia gugup juga berdebar.
El menatap mata Seina yang masih setiap melihatnya, entah apa yang dipikirkan gadis itu hingga El sendiri tidak mampu mengetahui isi pikirannya dari matanya yang indah itu.
Semuanya nampak samar bahkan berkelut hingga sulit untuk ditebak.
"Sebentar lagi dokter datang, jadi kamu jangan tidur dulu ya" El mengusap lembut kepala Seina setelah meletakkan mangkuknya.
"Nggak mau" ucap Seina menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.
El merasa gemas dengan tingkah Seina yang terlihat seperti buntalan bola karena ia memang meringkuk setelah menarik selimunya.
"Aku akan menemanimu saat ada dokter nanti, jadi jangan takut ya" ucap El meyakinkan.
Kepala Seina keluar sedikit hingga batas matanya saja untuk melihat pria yang menawarkan diri padanya ini.
"Kamu yakin" tanyanya dengan suara pelan.
"Tentu" sahut El sedikit tersenyum.
Seina cukup terpana melihat senyuman diwajah El. Biasanya ia hanya akan melihat wajah angkuh serta kejamnya yang dapat membuat takut siapapun yang melihanya.
Tapi ini entah keberuntungan atau apa yang Seina dapatkan karena bisa melihat senyuman dari pria yang digandrungi banyak wanita ini. Meski sedikit namun kalau para wanita diluar melihtanya biaa dipastikan kalau mereka semua akan sangat heboh.
"Aku tampan sekali ya sampai kamu nggak kedip" goda El.
Seina yang malu kembali menutup wajahnya dengan selimut. Sejak kapan pria angkuh juga pemaksa ini bisa menggoda, pake senyum segala lagi kirain nggak bisa senyum gumam Seina dalam hati.
El kembali tersenyum melihat tingkah Seina yang malu itu, sepertinya langkahnya memang tidak pernah salah. Walau tidak tahu bagaimana cara menaklukan hati wanita tapi jalan yang ia pilih untuk sedikit melunakkan sikapnya pada gadis itu dapat memberi efek positif bagi rencananya.
Langkah kaki yang menjauh dari sampingnya membuat Seina membuka selimut yang menutupi kepalanya hingga separuh badan. Ia melihat jika pria itu duduk disofa yang banyak terdapat tumpukan map.
Dengan acuh Seina menatap keluar jendela tidak mau perduli dengan apa yang akan dilakukan pria itu. Pemandangan diluar sangat cerah terlihat dari jendela kaca, bed yang tidak jauh dari jendela menyebabkan ia bisa melihat kesibukan dibawah sana.
"Siapa namamu?" tanya Seina tanpa melihat.
"Kamu bicara dengan siapa?" tanya El balik.
"Siapapun yang mendengar" ketus Seina.
El mendekati Seina lagi tepat dihadapannya.
"Kalau bertanya atau berbicara dengan seseorang itu tatap orangnya seperti ini" El melihat wajah cantik didepannya.
"Minggir jangan rusak pemandangan"
"Aku lebih enak dipandang dari pada luaran sana"
Seina tidak menangapi lagi ucapan El, ia memilih untuk kembali berbaring membelakangi pria itu.
"Hei bukankah kamu mau tahu namaku?" El mengungkung tubuh Seina yang memunggunginya.
Mendapat perlakuan seperti itu, tubuh Seina kembali menegang takut karena ingatan itu kembali berputar dikepalanya. El yang tahu akan hal itu semakin memeluk tubuh Seina.
"Rileks, aku tidak akan melakukan apapun yang menyakitimu, tenang ya" El mencium kepala Seina sejenak.
"Jangan takut" bisiknya lagi.
Tangan El mengelus lembut punggung tangan Seina yang ia pegang. Aroma yang tubuh El yang tercium dari belakang tubuhnya membuat tubuh Seina bisa kembali tenang.
Ia juga merasa heran kenapa hanya dengan pelukan dan aroma tubuh pria itu bisa menenangkannya dari rasa takut yang selalu menderanya.
"Siapa namamu?" tanya Seina lagi.
"Elrando Smith, panggil aku El.."
"Mulai sekarang aku akan menjagamu, tidak akan ada yang bisa menyakitimu lagi, jadi jangan pernah berpikir untuk memintaku menjauhi kamu lagi Seina Larasati Nugroho" bisik El tepat ditelinga Seina.
Seina ingat dengan suara yang menuntunnya keluar dari tempat gelap yang menyeramkan. Suara yang mengajaknya untuk pergi bersamanya juga genggaman lembut pada tangannya sewaktu dialam bawah sadarnya.
Tangan itu juga yang merengkuh dan melindunginya dari rasa takut yang lebih sering ia rasakan sebelum kejadian itu.
Semuanya sama seperti yang dia dengar juga rasakan sekarang, suara yang membawanya kembali itu milik pria yang sedang memeluk dan menenagkannya ini.
"Jadi itu kamu" ucapnya pelan.
"Apa?" tanya El bingung.
"Tidak" sahut Seina.
Meski penasaran dengan maksud Seina tapi El tidak ingin memaksanya untuk bicara. Biarlah waktu yang akan menjadi saksi kesabarannya untuk menapatkan hati gadis ini sepenuhnya.
Walau El bukanlah tipe pria yang sabar menunggu namun demi gadisnya ia akan menunggu. Selama tidak menjauh dariku, aku akan sabar padamu batinnya.