Demi pergi bersama selingkuhannya seorang wanita bernama Camila tega menempatkan saudari kembarnya bernama Camelia disisi suaminya bernama Dion. Camila lebih memilih pria selingkuhannya lantaran Dion selalu saja bersikap kasar dan menyiksanya saat sedang kesal kepadanya.
Malam pertama ketika Camelia berada di kediaman Dion, semua pelayan merasakan sesuatu yang janggal pada sikap Camelia yang mereka anggap adalah Camila. Tentu saja karena Camelia dan Camila memiliki sikap yang sangat bertolak belakang, lagipula tidak ada yang mengetahui bahwa Camelia dan Camila adalah saudari kembar termasuk Dion.
Bagaimana hari-hari yang akan dijalani Camelia sebagai wanita samaran untuk Dion?
Apakah Camelia bisa menempatkan dirinya sebagai Camila tanpa sepengetahuan Dion?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widya Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suara kegaduhan di dalam kamar
Dion melemparkan tubuh Camelia begitu saja di atas ranjang tidurnya, setelah itu Dion kembali menghampiri pintu dan mengunci pintu tersebut serta menyembunyikan kuncinya di dalam lemari agar Camelia tidak dapat kabur lagi darinya.
Camelia tampak sibuk menutupi tubuhnya dengan selimut itu dan mundur untuk menjauh dari Dion yang sedang melangkah mendekatinya.
"Mau apa lagi kau?" ucap Camelia dengan nada ketus sambil menatap tajam pada Dion.
Dengan sekali gerakan Dion langsung menyergap tubuh Camelia masuk ke dalam dekapannya yang erat.
"Sudah aku katakan berulang kali kalau aku menginginkan bayi!" bisik Dion di telinga Camelia.
"Aku tidak mau! Aku bukan ...."
Camelia menghentikan ucapannya sementara Dion tampak menaikkan sebelah alisnya saat menatap wajah Camelia.
"Aku bukan apa? Kenapa kau berhenti bicara, hah?" tanya Dion memancing kejujuran sosok wanita yang menyamar menjadi istrinya.
"A-a-aku ... aku madul!" ucap Camelia asal bicara lantaran tak tau lagi harus berbuat apa agar Dion melepaskan dirinya.
"Apa?" ucap Dion dengan ekspresi sedikit terperanjat setelah mendengar ucapan Camelia barusan.
"I-iya ... aku wanita mandul, jadi kau tidak perlu berharap banyak kalau aku akan memberikanmu bayi." sahut Camelia.
Dion masih menatap curiga pada Camelia sembari menyunggingkan senyuman tipis di sudut bibirnya.
"A-aku benar-benar wanita mandul! Apa kau tidak menyadarinya kalau kita sudah menikah setahun lebih tapi aku belum juga hamil, jadi menurutku akulah yang mandul, hehehe ...." sambung Camelia lagi berupaya untuk meyakinkan Dion agar mau melepaskan dirinya.
"Istriku sayang, sampai sekarang kita belum juga dapat keturunan karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaan ku sehingga kita jarang melakukannya, tapi aku pastikan sekarang aku akan banyak meluangkan waktu untuk bermain-main denganmu agar kita bisa segera memiliki anak, hehehe ...." ucap Dion terkekeh jahat.
"Ti-tidak ... itu tidak perlu, Dion! Aku rasa kita ...."
"Seorang istri tidak boleh membantah apa yang dikatakan oleh suaminya ... aku benar kan, istriku yang manis!" bisik Dion membuat bulu kuduk Camelia merinding.
"Ayo kita lakukan lagi sampai pagi! Hehehehe ...." bisik Dion lagi sembari terkekeh.
"Tidaaaakk!!!" pekik Camelia seraya mendorong tubuh Dion sekuat tenaganya hingga Dion terjengkang jatuh ke lantai dari atas ranjang tidurnya.
Melihat Dion terjengkang di lantai, Camelia pun melompat turun dari atas ranjang itu dan berlari menghampiri lemari untuk mengambil kunci yang Dion sembunyikan disana.
"Dasar wanita sialan!" teriak Dion kesal lantaran pinggangnya terasa sakit saat terjatuh akibat dorongan Camelia.
Dion lantas berlari mendekati Camelia yang tengah sibuk sekaligus gugup mencari-cari kunci tersebut. Dion berhasil menangkap tangan Camelia lalu menggenggamnya dengan kencang.
"Kau pikir kau bisa lari dariku, hah? Jangan mimpi!" seru Dion sembari melotot kesal pada Camelia.
"Lepaskan aku!" pekik Camelia terus berontak.
Camelia hendak menendang lagi senjata pamungkas milik Dion, namun dengan secepat kilat Dion menangkap kakinya membuat Camelia terjatuh ke lantai.
"Hahaha, kau pikir kau bisa melakukannya lagi, hah?" ucap Dion tertawa puas melihat Camelia jatuh terduduk ke lantai kamar itu.
Camelia melirik sendal yang biasa Dion kenakan saat dirinya berada di dalam kamar. Camelia meraih sendal tersebut lalu bangkit dan langsung memukuli Dion dengan sendal tersebut.
Pllaakk...ppllakk....pplaaakk...
"Hei, hentikan!!!" teriak Dion sibuk menangkis semua pukulan Camelia dengan sandal miliknya itu.
"Mati saja kau sana!!!" pekik Camelia memukuli Dion secara bertubi-tubi.
Dion tak tahan lagi dengan serangan yang diberikan Camelia untuknya. Ia lalu mendorong tubuh Camelia hingga membentur meja rias yang tak jauh darinya. Cermin meja rias itu pun bergoyang dan tangan Camelia tanpa sengaja menjatuhkan beberapa parfum mahal milik Dion yang semuanya tersimpan dalam wadah botol kaca.
Praaangg...
Botol parfum itu jatuh ke lantai dan pecah berserekan. Sementara Dion dan Camelia terus saja bergulat untuk melindungi diri mereka masing-masing dalam perseteruan yang sangat sengit.
Saling dorong dan juga saling pukul, Camelia dan Dion pun tanpa tersadar telah menghancurkan beberapa perabotan kaca yang ada di dalam kamar itu. Suara benda jatuh dan pecahan kaca tersebut pun terdengar hingga ke lantai bawah. Semua pelayan mendengar kegaduhan itu dengan ekspresi yang sangat terkejut. Mereka berfantasi dengan pikiran mereka masing-masing mengenai apa yang tengah di lakukan majikan mereka bersama istrinya di dalam kamar.
"Wah, tuan dan nyonya sangat bekerja keras agar mereka bisa punya bayi!" seru salah satu pelayan dirumah itu.
"Yaaah, setelah ini kita pasti akan kerja keras juga membersihkan semuanya." sahut lainnya.
"Haaaah, kerja keras apanya ... aku yakin mereka pasti sedang bertengkar dan saling melempar barang di dalam kamar." gumam Bella dalam hatinya sambil tepok jidat.
Beberapa saat kemudian, suasana kamar sudah sangat berantakan bak kapal pecah. Camelia dan Dion tampak ngos-ngosan mengambil nafas lantaran merasa lelah setelah bertengkar hebat di dalam kamar.
"Gila! Wanita ini kuat juga tenaganya." gumam Dion dalam hatinya sembari melirik Camelia yang terduduk di pojok ruangan sembari menatap dirinya.
"Iissshh...., sakit sekali!" ucap Dion meringis kesakitan lantaran wajahnya telah babak belur akibat hantaman yang diberikan Camelia saat mereka membuat kegaduhan di kamar tersebut.
"Sialan! Wajahku pasti lebam-lebam gara-gara pukulannya! Aku pasti akan malu setengah mati saat memimpin rapat besok pagi." gerutu Dion lagi dalam hatinya.
Camelia merasa kesal saat Dion terus meliriknya dari sisi lain kamar itu.
"Apa lihat-lihat??? Apa kau mau bertarung lagi dengan ku, hah?" tantang Camelia sembari melotot pada Dion.
"Heh, wajahmu bahkan sudah babak belur seperti itu kau masih saja menantang ku! Besar juga nyalimu!" sahut Dion.
"Aku baru tau kalau kau jago berkelahi, padahal aku sudah menikahimu setahun lebih ... atau jangan-jangan kau bukanlah dirimu!" sambung Dion lagi-lagi memancing Camelia agar berkata jujur mengenai jati dirinya yang sebenarnya.
"Apa maksudmu?" tanya Camelia lagi-lagi terlupa bahwa dia sedang memainkan peran sebagai Camila di kediaman Dion.
"Lupakan! Setelah berkelahi kau jadi bodoh rupanya." sahut Dion.
"Haaaah, aku sangat lelah bermain denganmu, istriku sayang, hehehe." ucap Dion sembari terkekeh licik membuat Camelia kembali jengkel padanya.
"Dasar gila!" gerutu Camelia.
Dion tak menggubris umpatan kekesalan Camelia untuknya, ia hanya duduk bersandar pada tembok kamar sambil berselonjor kaki. Sementara itu Camelia mencoba untuk mendekati lemari agar ia dapat mengambil kunci pintu kamar yang Dion sembunyikan disana. Secara perlahan-lahan Camelia bangkit dan melangkah menghampiri lemari tersebut saat Dion memejamkan kedua matanya sejenak untuk beristirahat.
Saat Camelia membukanya, suara pintu lemari itu pun berderit dan membuat Dion seketika membuka matanya lebar-lebar. Dion melihat apa yang sedang Camelia lakukan di dekat lemarinya tersebut. Ia segera bangkit dan menyergap tubuh Camelia dari belakang.
"Aaahhh!!!" jerit Camelia kaget saat Dion menyergapnya.
"Kau memang benar-benar wanita yang tangguh!" ucap Dion tampak kesal lantaran Camelia terus saja ingin kabur darinya.
Dion kembali menyeret Camelia dan menghempaskannya ke atas ranjang. Tanpa memiliki kesempatan untuk menghindar, Dion langsung menimpa tubuh Camelia dan memaksanya untuk membuka balutan selimut yang melilit tubuhnya.
"Jangan, Dion! Hiks...hiks...hiks...." jerit Camelia merasa tak sanggup lagi melawan lantaran tenaganya sudah habis.
"Kau diberikan untukku jadi terserah aku mau berbuat apa padamu!" ucap Dion tak perduli jeritan Camelia bercampur dengan isak tangisnya.